Minggu, 17 Mei 2009

Sunyaragi

Tulisan Situs Sunyaragi tertera di sebidang papan di pintu masuk, rumput yang tidak terawat menyambut, istilah rumput tetangga lebih indah benar adanya, menyembunyikan situs cantik dari abad ke-18.

Sang architek pastilah berkulit putih dan bermata sipit begitu yang kubayangkan selepas juru pandu mengatakan bahwa beliau berasal dari negeri China.

Tata air yang indah pernah hadir yang kini hanya tinggal kenangan. Patung gajah Siam tengkurap seukuran aslinya berada di dalam salah satu bekas kolam, menurut kepercayaan di musim kemarau panjang sang patung kadang dimandikan dengan maksud menghadirkan hujan. Air kolam ini berasal dari tirai air menutupi tempat bersemedi menyucikan diri untuk kesatria yang ilmu sucinya belum terlampau tinggi. Menyucikan raga itulah makna Sunyaragi.

Ada patung berbentuk tonggak yang tidak boleh disentuh perempuan jomlo, konon menyebabkan si jomblo jauh dari jodoh berdiri menghalangi jalan sehingga kami semua mau tidak mau menyentuhnya. Setelah semua menyentuh barulah si pemandu menjelaskan. Oh Oh!

Lelaki pemandu menyalakan 2 batang lilin untuk menerangi gua buatan yang gelap dan terjal, “Kita balik aja yuk”, Jimbo mencari teman. Nggak ada yang mau akhirnya dia ikutan masuk gua yang timbulnya di Bale Kambang sebelum sampai ke tempat kesatria berilmu tinggi bersunyaragi.

Bilik sebelah kanan di latar belakang foto tempat memindahkan jiwa dan raga menuju China, konon Sunan Gunung Jati kerap menemui Putri China dari sini. Di sebelah kiri untuk menujuh Mekah, sayangnya tidak ada yang menuju Gambir, jadi kami tidak bisa menghemat ongkos kereta.

Telepon Hendra kepada Andy tidak diindahkan, telepon beralih ke hapeku untuk memberitahu acara foto bersama dengan Iwan Fals. Bercanda kali ….?.

Aroma Lintas Perdesaan di jaman kami sekolah berinteraksi saat kami kembali, “Kok situsnya nggak terawat sih pak!”, keluar dari mulut Heppy.
“Mesin potong rumputnya rusak!”, jawab si pemandu.
Walaa… memang merawat situs cukup dengan mesin rumput doang!.

Tidak ada komentar: