Agak aneh memang kalau aku memulai cerita Reuni Wisata Smandel ke
Cirebon hari Sabtu, 16 Mei 2009 tidak dimulai dari saat keberangkatan
tetapi saat kereta pulang menjelang 30 menit tiba ke stasiun Gambir, tak
apalah cerita kan bisa dimulai dari mana saja, bukan harus diawali
dengan pada suatu hari.
Di kereta api Cirebon
Express sengaja aku memilih duduk di gang ketimbang dekat jendela agar
aku dapat leluasa bercengkrama dengan temanku ketika kepulangan kami
dari dolanan nang Cirebon. Kadang aku duduk disebelah Andy, Arif, Eneng, di sandaran tangan kursi Elly, Uun, Kania,dan Intan.
Tidak
seperti biasa Hendra bilang “Men elo nggak nelpon istri lo?” saat
melewatinya menuju kursi bagian belakang. Singkat saja jawabanku
“Nggak”, sambil berpikir kok perhatian sekali temanku yang satu ini?.
Perhatian padaku atau istriku sih sebenarnya?
Kali ini
aku duduk di sandaran tangan bangku Uun di deretan belakang bercengkrama
dengan Rosana, Elly, Yenny dan Uun tentu saja sebagai pemilik sandaran,
giliran Lucy dari kejauhan bertanya, “Men, elo punya nomor hape
Raditya?, Hendra mau nelpon”.
Sekali lagi kujawab singkat, “Gue
nggak punya, di hape gue nggak ada nomornya Radit”. Bukan karena malas
memberikan atau berbohong, biasanya aku seperti buku telpon berjalan
tetapi tidak untuk kali ini, lantaran PDA milikku rusak layarnya
sehingga aku kini memakai hape jadul yang pernah menjadi milik Karra,
anakku.
Lagi asyik bercanda-candi di belakang Iriani
memanggilku minta dikirimi sms, nggak jelas apa maksudnya? Aku hampiri
Iriani yang asyik ngerumpi dengan Didut, Lucy, Tri K, Wini, Hendra,
Andy, dll. “Elo minta sms apa?”
“Gue lagi ngikutin sms em el em,
kalau gue nerima sms dari elo nanti gue dapet hadiah. Gue pinjem hape
temen-temen tapi pada nggak ngasih. Gue pinjem untuk satu sms”
“Ya
udah pake punya gue aja”, sambil memasukan kedua tangan ke dalam saku
celana jeans kiri dan kanan. Nggak ada! Alamak hapeku jatuh dimana?.
“Hape gue ilang!”, lalu kucari di tempat yang pernah aku duduki.
“Ada Men?”, kata Hendra.
“Nggak”, jawabku sambil nginyem kehilangan hape.
“Ya
udah kita telpon aja, siapa tau diangkat, nomor lo masih sama dengan
yang dulu kan?” lanjutnya sambil memencet beberapa tombol di hapenya.
“Halo… nih ada yang ngangkat elo ngomong aja sendiri”. Kudengar suara bergumam kemudian mati.
“Apa katanya”, kata Hendra lagi.
“Mati”
“Tadi suaranya laki apa perempuan?”
“Perempuan”, sambil berharap semoga si perempuan tadi berkenan mengembalikan hapeku.
“Ya udah kita telpon lagi", sekali lagi Hendra memencet tombol hapenya.
“Halo”, Hendra berbicara.
“Ya… dari siapa ya?” Liza bersuara sambil meletakkan hapeku ditelinganya.
Ngeheeee …………….! Aku kena dikerjain.
Aku berterima kasih, ternyata hapeku tidak hilang dan kembali ke genggaman walau harus melewati ritual yang memalukan.
Yang
paling senang Andy melihat aksi ini, “Ada temannya”, kira-kira dalam
benaknya. Andy kena dikerjain dengan operandi yang sama pagi tadi, di
kereta juga.
“Masukin blog ...... masukin blog ….
masukin blog” pinta teman-teman. Sekilas hampir sama dengan permintaan
kerumunan dalam film Gladiator “Kill …. kill …. kill”.
Makanya
cerita dimulai dengan adegan ini, biar kalian tahu bahwa isi blog
adalah kisah realita tanpa rekayasa, walaupun aku harus menelan pil
pahit di kandang sendiri alias di blog sendiri. Seperti Uun yang meminum
Kiranti untuk menghilangan uring-uriangan sepanjang perjalanan akibat
akan kedatangan tamunya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar