Jumat, 15 Februari 1980

Kuaci Valentine

Di kelas 2 IPA 8 aku pernah duduk berempat dengan mengandengkan dua meja menjadi satu dengan empat buah kursi menemani mereka, jadi di kelas hanya ada 3 gang di kiri, tengah dan kanan. Formasi yang cukup nyaman karena gang lebih luas dan teman ngobrol jadi lebih banyak, 4 orang bok.

Kalau menghadap papan tulis aku duduk di sebelah kiri 2 baris dari depan bersama Iriana, Uun dan Toto. Nah, yang namanya Toto itu seorang perempuan yang bernama asli Astuti, dulu mempunyai ciri-ciri ada tahi lalat di pipi. Apadelaers memberikan nama kepadanya Jedo, dia sih seneng aja karena nggak tahu artinya, kalau tahu mungkin dia marah kalau dipanggil Jedo.

Tanggal 13 Februari 1980, 31 tahun lalu, kami bersepakat untuk merayakan hari Valentine keesokan hari, sederhana saja, masing-masing membawa makanan boleh apa saja.

14 Februari 31 tahun lalu kami saling bertukar makanan, aku mendapatkan sejenis kue dari Uun, wafer berlapis coklat dari Iriana dan kuaci dari Jedo, aku sendiri memberikan kepada mereka masing-masing sebatang coklat S*lv*r Q**n. Dan tak lupa saling mengucapkan “Happy Valentine”.
Mundi, Uun, Gepeng, Jedo

Bawaan Iriana dan Uun tidak sempat aku bawa pulang, aku makan di sekolah, enak banget. Perkara makan kuaci ini yang agak repot, Jedo meminta kami hanya boleh makan 1 biji kuaci sehari, alasannya biar setiap hari saat makan kuaci selalu ingat dia.

Kalau begitu aku makan satu biji aja di sekolah sisanya aku bawa pulang, ketika aku mau membuka kotaknya Jedo mencegah sambil berkata, “Makannya harus di rumah, jangan disini!”. Busyet deh, makan kuaci aja repot, banyak banget aturannya.

Sampai di rumah itu kuaci aku mulai makan, satu-satu setiap pulang sekolah, eh, nggak juga deng! Kadang-kadang 2 atau 3 bahkan lebih. Sisanya aku taruh di lemari pakaian.

“Kenyang?”, ya nggak lah! Satu biji kuaci mana nendang!. Yang ada malah membuat iri kakakku yang mayoritas perempuan, makan nggak bagi-bagi sih.
Iriana dan anak-anak

Kira-kira seminggu berlalu, ketika pulang sekolah sang kuaci tidak aku jumpai di lemari. Waktu aku keluar kamar disambut dengan pertanyaan kakakku Ella, “Nyari kuaci ya? Kuacinya enak banget!”.
“Sekarang ada dimana?”.
“Makanan tuh jangan di taruh di lemari pakaian! Aku udah pindahin ke dapur”.

Buru-buru aku menuju dapur untuk menjumpai si kuaci, “Kok  nggak ada? Di dapurnya dimananya?”.
“Ya, di tempat sampahnya!”


1 comments:

Hernowo said...
T.O.P. deh, wanita2 cantik dan bijak Smandel81

  • Inka LestariEnny Rusmaenny and 2 others like this.

    • Hendra Gunawan Marsilan Men....yg nongol dipintu itu Erico khan...??? Kemane tuh anak ye...??? Gw terakhir ketemu th 97 abis itu die menghilang bagaikan ditelan bumi....Ente tau keberadaannye sob...???
      14 February at 09:16 · 

    • Chormen Omen Betul Erico, sejak keluar dari Smandel gue nggak pernah ketemu lagi, kabar terakhir ke Palembang
      14 February at 09:19 · 

    • Hendra Gunawan Marsilan gw masih sering ketemu, masih maen kerumahnye sampe th 97, nah setelah itu ilang kontak deh....kalo ente dapet info tentang die khabarin ye sob....
      14 February at 09:22 · 

    • Chormen Omen So pasti
      14 February at 09:24 · 

    • Chairuna Awaluddin rupanya gw sdh tua sekarang,memoryku sdh melemah, sdh lupa kalau aku pernah kasih kue dan diganti dengan silver queen ...
      16 February at 18:16 ·