Minggu, 14 Juni 2015

Kelas yang Punya Hari Jadi



“Emang ada ya kelas punya hari jadi?”, mungkin itu pertanyaan kamu.
Kalau pertanyaan tersebut ditujukan kepada Apadela, 2 IPA 8, maka jawabannya “Ya, iyalah!”.
Itulah sebabnya hari ini, 14 Juni 2015, kami merayakan hari jadi kelas kami yang ke 35 tahun.


Apadela lahir di Gunung Bunder, area perkemahan Memory Camp SMAN 8, saat kami masih kurus-kurus kecanduan naik gunung dan kemping.

Sebetulnya acara ini merupakan acara tahunan Apadela menyambut bulan suci Ramadhan, melaksanakan ritual salaing memaafkan sebelum berpuasa selama sebulan penuh, namun karena pilihan tanggalnya jutuh tepat di saat 35 tahun Apadela maka kami melaksanakan pertemuan ini dengan tajuk, Temu Jidad Apadela: 35 tahun Apadela 146.


Behubung banyak yang bersedia membawa makanan aku berpesan kepada tuan rumah untuk menyiapkan kantong plastik yang agak banyakan dan gedean, untuk mebungkus rengginang, tahu, rujak, kue basah, tart, lupis, puding telor ceplok, dan kawan-kawannya.

Kue ulang tahunnya bawaan Uun, kebetulan dia bertanya di grup WA Apadela, “Aku bawaan apaan nih?”.
Pucuk dicinta ulam tiba, aku bilang aja agar membawa kue tart dan lilin 3 dan 5.
“Lilin 3 dan 5 maksudnya apa?”, Uun nggak mudeng.
“Lilin angka 3 dan 5 maksudnya 35 tahun Apadela”.


Mengetahui merayakan 35 tahun Apadela, semangat 45 timbul di hati kawan-kawan, untuk merayakannya di rumah ibu Sarbini.

Aku ke rumah ibu Sarbini, ibunda Kania, bersama Wijanarko Budi.
Semalam aku ditanya oleh Budi, “Men, besok elo jemput gue jam berapa?”.
Jawabanku hanya satu angka, “9”.

Pagi ini jam Sembilan pagi lebih dikit aku sudah sampai di depan rumah pak Budi, berhubung aku sudah lama nggak ke rumahnya, aku agak keder, dimulai acara ketuk pintu dengan “Assalamualaikum”.
Nggak ada jawaban, kok sepi!. Akhir muncul anak perempuan pak Budi yang mengatakan si ayah sedang keluar bersama ibu naik motor, nggak jauh, dia pun dengan hape ditangan mencoba menghubungi sang ayah.
Aku nggak mau kalah, aku juga menghubungi Budi pakai hape, “Bud, elo ada di mana?”.
“Di rumah Men”.



Nah loh! Kok bisa begitu ….!!
Aku memang agak curiga yang keluar dari rumah pak Budi, seorang anak perempuan dengan kulit agak putih sedangkan aku tahu anak Budi berkulit coklat, kulitnya orang Jawa.
Rupanya yang aku datangi rumah pak Budi Ketua RT.