Selasa, 01 Februari 2022

Imlek Pertamaku

Imlek kali ini aku bersama keluarga kecilku jalan pagi di sekitaran Kemang, sekaligus mencoba sarapan di salah satu outlet waralaba terbesar di dunia.

Selepas subuh aku ngopi-ngopi kecil dulu, minum kopi dengan cangkir kecil yang cocok untuk menyajikan seperdua bagian kopi kemasan. Minuman pagi kali ini cold brew kopi Arabica Agopuro yang disajikan ala Americano alias encer. Arabica Agopuro punya rasa asam diujung seruputan.



Baru deh kami berempat berjalan menelusuri Kemang Selatan, Kemang Raya, melewati Kemang Village, muncul di Kemchick, mampir di ATM Bank Mandiri dan setelah 2 kali penarikan tunai kartuku tertelan mesin. Aku gedor deh pintu besi untuk membangunkan satpam yang tidur di dalam Bank.  Sang Satpam yang berseragam mirip Polisi yang menjelaskan prosedur pengantian ATM yang tertelan.

Beberapa langkah berjalan aku coba cek dompetku, eh aku jadi malu sendiri, ternyata sang kartu ATM ada di dompet. Maaf ya pak Satpam sudah mengganggu tidurmu.

Sampai deh kami di outlet waralaba tersebut dan ternyata bukanya masih lama saudara-saudara. Minggu lalu jam 7 sudah buka buat hari Sabtu dan Minggu doang. Terpaksa deh jalan kaki dilanjutkan sampai rumah, total 8318 langkah.

Akhirnya jam 9 kurang kami kembali lagi ke outlet waralaba yang didominasi warna hijau dengan tidak berjalan kaki. Itu kegiatan kami pagi ini di hari Imlek.

Sore hari aku mendapat whatsapp dari Amyta Miranti, mantan Ketua Angkatanku, tumben?. Kalau nggak penting mana pernah dia ngirim WA. Setelah berbasa-basi, aku mendapat kejutan darinya berupa ucapan. “Selamat Tahun Baru Imlek”. Aku berkesimpulan ini perempuan jarang nonton Siaran Berita.

Gegara Amyta aku jadi ingat Imlek pertamaku.

Waktu aku SD bersama Endang Rahadian, Tri Yudiarti, Kristioningsih yang juga kawan SMAku. Dulu saat kami SD hari Imlek bukan merupakan hari libur nasional, jadi kami tetap bersekolah, di berapa kalangan Imlek disebut Lebaran China.

Lagi asyiknya belajar, di hari Imlek, pintu kelas diketuk ibu Jaja, Kepala Sekolah. Setelah berbasa-basi dengan guru kami, ibu Rini, Kepala Sekolah menyapaku, “Chormen kalau kamu mau pulang silahkan, biar bisa merayakan hari raya di rumah”.

Sudah tentu aku bengong karena bingung, teman-teman membantu menjelaskan, “Men, hari ini kan elo Lebaran”, nah loh aku jadi tambah bingung.

“Lebaran kan udah lewat”, jawabku.

“Elo pulang aja ngerayain Imlek di rumah”, kata kawan-kawanku.

“Nah, Imlek itu apaan?”, kebingunganku menjadi.

Wawa, yang bernama lengkap Low Shian Hua, menjelaskan, “Imlek itu Lebaran China, lebarannya kita”.

Kini aku mengerti, aku dikira orang Tionghoa, dan jadilah hari itu, Imlek pertamaku.