Minggu, 17 Mei 2009

Batik Lesehan

Masuk toko batik seperti mau masuk mesjid harus melepas alas kaki. Setelah masuk kini aku mengerti, belanja batik yang unik; bisa berdiri, jongkok maupun lesehan, bahkan kalau mau ngesot dan berguling-guling juga tidak dilarang.

Tidak lengkap rasanya kalau tidak berbelanja batik bila berada di Cirebon, itulah sebabnya kami hadir disini. Melalui by-pass ke arah Jakarta, Trusmi kami kunjungi, sentra batik di tengah perumahan dengan suasana yang agak berbeda, lebih tertata dan bersih.

Rombongan yang masuk mendahului kami belum beranjak pulang, menyebabkan toko batik menjadi sesak. “Men sini!”, suara Wati dan Erlina memanggil, mereka duduk di kursi kayu panjang sambil minum air mineral dan makan kerupuk gratisan di ruangan berpenyejuk udara. Giliran gratisan ngajak-ngajak deh!.

Yang tergoda bukan aku sendiri, beberapa teman ikut berpartisipasi, tak lengkap tanpa berfoto-ria. Lah seperti main tamu-tamuan, nggak seperti di toko batik, selembar batik di dekat kami segera menjadi obyek pelengkap penderita yang benar-benar menderita.


Eneng Nurcahyati at 17:47 on 27 May
akhirnya gue mejeng juga....thank men...


Setelah agak lowong aku mulai mencari yang berbahan katun, nggak ada yang pas, XXL saja tidak muat apalagi yang XL, nggak jelas yang salah ukuran batiknya atau ukuran badanku. Elly juga mengeluh “Gue mau beli batik untuk Uum nggak ada ukurannya”.

Gepeng yang lagi mencoba batik model kelalawar kuhampiri, “Tri, cariin satu lagi buat istri gue”. Banyak yang membantu mencarikan sebut saja Manzilah, Iriani, Octy, Wati, dan Dewi. Kan jatahnya 1 lelaki dibantu 7 perempuan, kapan lagi!.

Ada yang bagus yang dipakai manekin, “Mbak, yang kayak gini ada lagi nggak?”, oh oh sudah habis. “Yang ini aja ya?”, si mbak mengangguk tanda setuju. Tidak sulit menanggalkan baju dari si manekin, ternyata batik tersebut justru yang sesuai dengan selera istriku, chemistry juga yang bicara.

Karena kasir penuh sesak kutitipkan uang kepada Gepeng, biar dia sekalian yang bayar, diserahkan uang 5.000 sebelum dia ke kasir. Belakangan uang itu dimintanya lagi.
“Men, mana uang yang 5.000 yang tadi? Gue tuker sama 10.000”.
“Emangnya kenapa? Salah harga?”.
“Bukan!, dapet diskon …..”


Rosita Tagor at 06:51 on 03 July
Boleh juga nih Batik Lesehan...I like Batik


Lain halnya dengan Intan, ketika ia ingin memasukan pilihan untuk anak lelakinya ke dalam plastik aku lihat di bagian belahan depan motif boneka tentara tidak menyatu jadi agak janggal, eh dia malah bilang, “Batik dua puluh lima ribuan aja motifnya mau nyambung”. Namun rasanya ucapanku menancap dibenaknya, giliran dia yang bingung mencari motif yang nyambung, sudah 2 lusin diperiksanya akhirnya terdengar juga kejujuran, “Chormeeeeeeeeenn …… gara-gara elo ah gue jadi bingung!”.
“Lagian batik dua puluh lima ribuan motifnya mau nyambung”.

Tidak ada komentar: