Minggu, 10 Januari 2010

5 Sekawan, 6 dengan Pak Oher

Kisah ini terjadi ketika aku masih duduk di kelas 1 IPA 2, waktu itu kelas 1 masih masuk siang. Jedah 15 menit dari bel kelas pagi pulang barulah giliran kami bersekolah.

Di kelasku ada kelompok yang rada-rada bandel, nggak tanggung-tanggung 5 orang bo! Kita sebut saja buat kenang-kenangan, mereka itu adalah Alfred, Andrew, Richard, Saud, dan Susilo, yang kusebut tadi berdasarkan alpabetik loh bukan berdasarkan urutan kenakalan.

Sebelum masuk kelas mereka mengisi daftar hadir di warung Mak Etek. Ketika bel masuk berdering mereka nggak buru-buru masuk tetapi menunggu mengabiskan rokok, padahal si rokok terkadang baru saja dinyalakan.

Kelasku ada di lantai 2, paling enak kalau terlambat masuknya melewati pintu pagar yang tidak bisa dilewati kendaraan, yang sekarang jadi gerbang utama, melewati kamar penjaga sekolah tempat tinggalnya pak Oher, masuk lorong melewati perpustakaan dan kantor guru, tepat disamping tangga terletak kantor kepala sekolah.

Agar tidak ketahuan terlambat datang mereka menitipkan tas di kamar pak Oher, “Pak nitip ya!”. Pak Oher mengiyakan sambil manggut-manggut.

Mereka masuk satu persatu ke dalam kelas dengan menyelipkan buku pelajaran pertama di punggung, alasannya pasti berbeda-beda, ada yang ke toilet, mengembalikan buku ke perpustakaan, shalat, pokoknya macam-macam deh! Pastinya mengganggu proses belajar mengajar, karena operandi yang sama dilakukan berkali-kali.

Suatu saat bu Hilma, orang nomor 1 di Smandel melakukan sidak termasuk kamar pak Oher, ditemukanlah 5 tas sekolah. Setelah mendapatkan penjelasan dari pak Oher, bu Hilma meminta pak Oher untuk meletakannya di meja sang kepala sekolah. Pak Oher mengiyakan sambil manggut-manggut.

Tapi memang pak Oher baik hati, hanya tiga buah tas yang dibawa ke kantor Kepala Sekolah, 2 lainnya disembunyikan di bawa ranjang beliau setelah melalui ritual cap, cip, cup.

Saat istirahat berkumpulah 5 sekawan, eh 6 deng dengan pak Oher. Silang pendapatpun terjadi.

Bagi yang tasnya diselamatkan pak Oher bilang begini, “Pak Oher, hafalin ya tas saya yang butut, rada bau dan agak sobek disini, lain kali diumpetin lagi ya!”.
Pak Oher mengiyakan sambil manggut-manggut.

Sedangkan yang harus mengambil tas di kantor bu Hilma bilangnya , “Lain kali kalau ada rahazia lagi, semua tas dikasihin ke bu Hilma, kalau perlu koper pak Oher juga, kan kita kompak!”
Reaksi pak Oher tetep ….. mengiyakan sambil manggut-manggut.