Senin, 15 Oktober 2012

Semangka Terakhir


Jam setengah sepuluh pagi aku sudah menuju JORR untuk mengantar Inka ke rumah mertua di Bintaro, selepas itu menuju danau Situgintung. Eh, Ari telpon, “Men, elo di mana? Gue baru mau mandi, jadi nggak kita berangkat bareng”. Keterlaluan!, aku sudah mau sampai dia baru mau mandi sudah begitu mau mengajak bareng.

Kalau dipikir-pikir lokasi reuni kok jauh banget ya?, untung aku perginya nggak pakai mikir jadi nggak kerasa jauhnya. Kawan-kawan pada memakai baju putih, aku sih nggak, soalnya aku tahu persis akan diberikan kaos seragam warna putih di samping blus putihku warnanya sudah butek banget, sudah nggak layak tampil.


Datang bareng Astuti alias Toto, mengisi buku tamu barengan, berganti pakaian bareng dia juga di toilet, sudah keluar ngaca bareng terus masuk toilet lagi setelah kami sepakat bahwa lebih keren kalau kaosnya dimasukin ke dalam celana jeans.

Masuk ruangan ketemu Alwin, “Men, foto dulu!, gue demen ada elo yang doyan difoto”. Tentu saja aku tak menampik, memang ini yang aku cari. Aku yakin yang lain pada jaim-jaim, ya kan Alwin?. Mereka musti dididik cara tampil di depan kamera nih kayaknya.


Ternyata ada Ketua dan Sekretaris IKAL SMPN 3. Pak Sekretaris bilang, “Men, apa yang elo minta gue selalu penuhin, sesuai permintaan elo sekarang gue bawa Windu adek gue ke sini”. Dulu waktu khitanan masal acara 50 tahun Smandel aku minta carikan TitiT, dan dia bawakan berapa TitiT sehingga terkumpul 50 TitiT untuk disunat. Buat Windu, terima kasih kamu datang, semoga lekas sembuh.

Sari, Ati, Puji, berniat mendirikan Ikatan Janda Esempekita, yang laki-laki nggak bisa sembarangan mendekati, namanya juga Ikatan Janda Terlarang.


Acara sambutan-sambutan kita skip aja! Itu aturan tak tertulis di blog ini. Lanjut aja ke acara makan siang. Kalau sudah ngobrol dan cekakan, aku biasanya nggak terlalu berselera makan. Setelah semua mengambil makanan baru giliranku, ngambilnya males-malesan, abis nggak laper!. Aku hanya mengambil sayur asem, asinan dan sepenggal ayam goreng. Eh, sama kerupuk deng, sama semangka, sama melon, sama lalapan juga.

Aku doyan banget makan buah, makanya aku berdiri dekat piring buah, tinggal beberapa irisan melon dan semata wayang semangka. Antariksa mendekat, aku tahu matanya mengincar semangka yang tinggal semata wayang, tangannya sudah siap mengambil the last water melon, and suddenly…..  aku comot itu semangga di depan matanya dengan garpu pindah ke piringku, dia gigit jari sementara aku menikmati semangka terakhir, enak tenan!. Aku yakin Antariksa keqi banget dan menyesal seumur hidup.

Nah, sekarang kita ngomongin acara yang paten banget. Emsinya Poetri Monalia, itu tuh yang jadi None Jakarta 2010 membawakan acaranya sip banget mana hadiahnya keren-keren, ada sepeda gunung, kompor gas, kipas angin, rice cooker, setrika, masih bayak lagi, yang nggak datang bakalan nyesel!. 


Bu Hermiati, emaknya Edoy, nantangin minta lagu dangdut karena beliau mau joget asal ditemani Esempekita ’77. Aku minta Ipank dan Agus yang ngurusin acara untuk dangdutan, lalu bersama Desi menyeret kawan-kawan untuk berjoget sehingga lantai joget penuh sementara akunya sendiri cuma jadi penonton . Aku paling nggak bisa joget dangdut dan ….. joget yang lain juga nggak bisa!.


Ada pertemuan ada perpisahan. Ya, ampun acaranya emosional banget sampai-sampai banyak yang menangis, yang paling kejer nangisnya Qe, waktu pulang dia masih menangis, ketika aku tanya dia bilang, “Men, ini masalah umur, kita semua masih bisa ketemu lagi nggak sih besok-besok”. Bener juga sih!, mengingat reuni ini dalam rangka merayakan usia kami 50 tahun, nggak terasa sudah separuh abab.

Mengakhiri cerita ini aku mau bilang ke semua kawan Esempekita ’77 yang sukses mencapai usia emas untuk tetap semangat dengan ucapan yang heroik, “Ayo kawan-kawan semangat!!! Mari kita sama-sama gapai 50 tahun berikutnya!!!”.

group Janis...beserta menejernya...hehehehe — with Chormen Omen, Fuji K. Meina Sari, Bunda Ayu and Sari Yuntari at Taman Wisata Pulau Situ Gintung.
Endang Murtiningsih and Fuji K. Meina Sari like this.
Bunda Ayu, Ini dia nih group Janis tapi ada sih cowo siiih
Desi Indrati, cowoknya .... bukannya menejernya ??


Sari Yuntari,
Pokoknya cihuyyyy dehhhhh

Bobby Wae,
giliran panggilan tuk photo kelas Tiga Delapan, hikkkk...... gw sendirian

Tri Suhartono,
Kacian amat nih si Bobby Wae...

Bobby Wae,
hahaaaaaa...... kan masih ada temen yg laen

Endang Murtiningsih,
tku ya men...sharingnya...kamu ga nyebutin namaku yang ber2an nungguin yang antre makan n di itung2 berapa total makannya ha..ha.. duh lama juga ya nunggu photonya...penasaran seru kali ya

Iriana Wihardja,
pantesan, ternyata elo mondar-mandir deket meja prasmanan cuma mau ngabisin buah doang to, Men...Men...

Fuji K. Meina Sari,
Terharu & brsyukur sekali masih diberi ksempatan bertemu tmn" SMP oleh Allah SAW,amin...amin y Allah

Ipank Irga,
Ternyata dari kls Tiga satu yg paling banyak yg dateng..., he he he..emang dari dulu 3 satu mmg paling oke yaaa...

Sabtu, 13 Oktober 2012

Kutukan Erlina


Bosen nggak sih kalau sekelas terus dari SD sampai SMA?. Hal ini aku alami bersama Erlina. Waktu SD aku sekelas dengannya dari kelas 4 sampai lulus, aku pindahan dari sekolah lain dengan alasan kepindahan biar pergi dan pulang nggak  menyeberangi jalan Matraman Raya.

Di SMP sekelas lagi dari kelas 1 sampai lulus. Di Smandel di kelas 1-1, setelah itu untungnya nggak sekelas lagi, kalau nggak bosen banget ya?.


Sekarang Erlina sudah memakai jilbab sehingga nggak bisa memamerkan rambutnya yang selalu disisir rapih pakai di-blow segala. Begitu takut rambutnya acak-acakan dia kalau dipanggil nggak bakalan mau nenggok tetapi badannya ikut berputar supaya rambutnya yang rapih nggak berantakan.

Orangnya bawel banget, saking dekatnya dia bercandanya terkadang sampai kelewatan, aku malah lebih kelewatan lagi. Kalau ngomong suka nyelekit, nyebelin banget!. Pernah karena begitu sebelnya sehingga terlontar dari mulutku.
“Erlina, gue nggak bakalan mau punya pacar orang Jawa! Gue berani sumpah gue nggak bakalan pacaran sama orang Jawa”.
“Nah ya!. Gue sumpahin lo dapet pacar orang Jawa, sekalian gue sumpahin istri elo juga orang Jawa”.
“Kayaknya nggak mungkin deh gue pacaran sama orang Jawa, orang Jawa nyebelin kayak elo gitu!”.

Namanya bercanda, aku melupakan apa yang aku ucapkan begitu aja.
Tanpa terasa waktupun segera berlalu, 10 Juli 1990, aku mengucapkan ijab kabul pernikahan dengan Inka Lestari, sekarang kami sudah mempunyai anak 2 orang.

Terkadang aku suka melamun mengingat masa lalu, tiba-tiba aku teringat canda tempo dulu. Ha!, jangan-jangan aku kawin sama Inka yang asli Jawa walau nggak bisa bahasa Jawa ini gara-gara kutukan Erlina.


Percaya nggak prcaya sih!. Aku coba runut ke belakang, bener nggak sih ini kutukannya, tetapi kalaupun benar nggak apa-apa juga.

Pacarku yang pertama bapaknya orang Jawa, ibunya orang Sunda. Bisa dibilang orang Jawa kan?,  walau cuma separuh. Bener juga nih kutukan Erlina berlaku. Kebetulan kali.


Tapi ada nih yang bukan orang Jawa, bapak bukan Jawa ibunya juga bukan orang Jawa, tetapi lahir dan dibesarkan di Jawa. Berlaku nggak ya?.

 Mungkin kamu bilang, “Kutukan Erlina nggak manjur, buktinya aku pernah nggak pacaran sama orang Jawa”.
Tapi kamu jangan salah sangkah, menurutku sih karena kutukan Erlina. Memang benar secara keturunan nggak ada jawa-jawanya, tetapi kalau diajak ngomong baru ketahuan Jawa-nya, soalnya suaranya medok banget.



Erlinawati Arief,
He he he ......
Rasanya dah ga ada memori yg trsisa.
Jd ga ada koreksi.

Oke deh.
Slamat beristirahat.
Wassalam.i

Kamis, 11 Oktober 2012

Nonton di Ancol

Lusiaji Aris Prabowo '81

Aku masih sempat merasakan yang namanya Drive-In Ancol, itu loh bioskop terbuka yang nontonnya bisa dari dalam mobil. Saat ini sudah nggak ada, dijadikan apa ya? Aku lupa.

Sekarang aku mau menceritakan pengalaman serunya nonton di Ancol bersama kawan Smandel dari kelas 2 IPA 7, Lisa Eka, Liza Soenar, Lucy, Haryo, Ardy Anwar, Kusmartono dan Rustian. Semuanya 8 orang termasuk aku. Kalau jumlahnya delapan bukan berarti senggaja kami pas-pasin supaya jadi delapan biar sama dengan SMA Negeri 8, nggak begitu-begitu amat kali!.


Pergi ke Ancol dengan mengunakan 1 mobil, soalnya biar hemat bensin. Mobil yang dipakai mobil sedannya Ardy Anwar, terus terang sebetulnya bukan mobil Ardy Anwar tetapi mobil babenya deng!. Sayangnya aku lupa mobilnya merek apa?, buatan tahun berapa?, warnanya apa?, maklum aku dikasih Tuhan otak ala kadarnya.

Di luar bensin, secara hitung-hitungan pasti memerlukan biaya yang cukup besar jalan bareng seperti itu, kamu tahu sendiri kan uang jajan kami masih minta emak!. Coba hitung masuk Drive-In 8 orang kali berapa ya harga tiketnya, walah aku lupa, tapi tadi kan aku sudah bilang kalau aku dikasih otak oleh Tuhan ala kadarnya, walaupun begitu aku tetap bersyukur atas nikmatNYA.


Untungnya kami mendapatkan free-pass untuk masuk Drive-In dari Lucy yang dikasih dari tantenya. Kata Lucy sih dikasih. Tetapi mungkin aja sebenarnya dia merengek-merengek sambil guling-guling di lantai untuk mendapatkan free-pass itu. Hal itu nggak aku pikirkan, yang penting dapat free-pass.

Sayangnya itu free-pass hanya berlaku untuk 1 mobil dan 5 orang, secara hitung-hitungan kuota kelebihan 3 orang. Walaupun cuma membayar karcis untuk 3 orang kan cukup lumayan, nggak rela deh aku kalau harus membayar, maklum aku lebih sering bokeknya daripada punya duit.

Waduh bagaimana dong caranya, aku nggak punya ide, nggak bisa mikir. Aku dag-dig-dug kalau diundi dan aku harus membayar sendiri. Mahal bok untuk ukuranku.

Sartono Basar, Diskusinya ga serius, matanya yg serius....
8 August at 16:05
Kristina Dwiyanti, Lihat Dokter yg cantik deh pastinya..hehehe....mantap deh

Akhirnya kami berdelapan bisa nonton film di Drive-In, asyik banget buat menambah pengalaman. Sekedar mengingatkan waktu masuk lampu besar mobil harus dimatikan karena bisa mengganggu orang lain yang sedang menonton. Jalannya ada bukit-bukitan mirip polisi ngorok biar mobil bisa mendongak supaya kita nyaman kala nonton filmnya.


Asyik deh bisa nonton bareng berdelapan nggak pakai bayar di Drive-In Ancol. Segitu aja ceritanya.
Aji kok cuma segitu, nggak ada seru-serunya! Ceritain dong kok bisa nonton 8 orang padahal karcisnya hanya untuk 5 orang!.

Nah, waktu masuk yang 5 orang diperiksa resmi, 3 orang lagi nggak kena periksa yaitu aku, Rustian dan Kusmartono karena masuk di dalam bagasi sedan yang pengap melewati bukit-bukitan, serasa korban mafia, itung-itung nambah pengalaman.

Senin, 08 Oktober 2012

Allen Mannen


Di Smandel Go Green Music Festival aku sempat berbincang cukup lama dengan Arieswari Putri‘86, ibu 3 putra, sejauh ini dapat dikatakan keluarga arsitek sebab Aries dan suaminya lulusan Arsitektur UI walau berbeda angkatan, anak pertamanya sedang kuliah di jurusan Arsitektur di perguruan tinggi swasta di Bandung.


Aku ingin berbagi cerita serunya sekolah allen mannen, sekolah yang muridnya laki-laki semua, Panggudi Luhur alias PL di jalan Brawijaya, biar kamu bisa membandingkan dengan sekolah kita yang muridnya campuran, kebetulan anak pertama Aries baru lulus dari sana sedangkan anakku masih di kelas 11.

Sekolah ini melegalkan senioritas, makanya murid baru takut banget sama senior, mereka taat menjalankan aturan turun-temurun. Anak kelas 10 di luar sekolah kemana-mana harus memakai celana pendek dan kaos oblong yang ada embel-embel kegiatan siswa PL, alas kakinya sandal jepit atau sepatu kets murahan, kaos dalam seragam berupa kaos singlet warna putih, harus warna putih loh!.

Namanya sayang anak untuk kegiatan ekstra kulikuler sepak bola, aku membelikan anakku sepatu bola bermerek tersohor biar nggak cepat rusak, namun baru sekali dipakai dipinjam seniornya kelas 12 dan dikembalikan setelah si senior lulus, pinjamnya 1 tahun, mungkin lebih tepatnya disita karena kelas 10 tidak boleh memakai barang mewah.


Tempat nongkrong sebelum dan sepulang sekolahpun ada aturannya, angkatan genap di sebelah kanan sekolah, SUR namanya, sedangkan angkatan ganjil di sayap kiri, namanya AC.
Kalau diantar tidak boleh turun di depan sekolah karena punya kelas 12, anakku angkatan 2014 jadi turun-naiknya di SUR.

Hari pertama naik ke kelas 11, ada pelantikan oleh kelas 12, pukul 6.30 pagi mereka disuruh membuka baju seragam bersama-sama sehingga terlihat kaos oblong warna putih, nah mereka naik pangkat dari kaos singlet ke kaos oblong tetapi harus warna putih, kalau kelas 12 kaos oblongnya boleh warna-warni. Sekarang kalau jalan-jalan sudah boleh pakai celana panjang. Setiap sekolah hari Jumat sudah boleh berpakaian bebas dan bercelana jeans kecuali warna hitam yang punya kelas 12.

Bolpan, Pato, Helpme, Misyu..

Buat yang pintar boleh gondrong, tetapi persyaratannya nggak mudah, mereka harus memiliki nilai di semua pelajaran tidak kurang dari angka 75.

Anak PL nggak kenal tawuran karena kalau ada perselisihan diselesaikan dengan cara man to man, duel 1 lawan 1. Laki-laki banget!.

Nah, menurutku yang paling unik mereka punya nama PL yang akan melekat seumur hidup di kalangan mereka, diberikan selepas masa orientasi sekolah. Anakku pangilannya Maling, anak Aries dipanggil Helpme dari nama aslinya Hilmy, masih mendingan, nggak seru ah!. Aku sendiri jadi ikut-ikutan, sekarang aku jadi lupa nama kawannya Maling yang sering ikut mobil kami karena aku selalu memanggilnya Kampuang.

Kamu masih ingat Rafi murid PL yang tewas tahun lalu di sebuah kafe di Kemang, almarhum panggilannya Bolpan.
“Bolpen kali!, Bolpan emangnya apaan?”, aku bertanya kepada Maling.
“Bukan Bolpen tapi Bolpan pa!, tapi aku nggak tahu artinya apa”, mungkin karena Maling malu menyebutkan.
Dari Aries aku tahu bahwa Bolpan adalah kependekan dari …….. Bolongan Pantat.


Hilmy & Almarhum Raafi - 17 Agustus 2009



Arieswari Putri,

Haha.. Menarik tulisannya, Bang... Aku belum bisa bikin kayak begitu... Baca tulisannya Bang Chormen jadi merasa 3 tahun anakku di SMA Pangudi Luhur terasa cepat. Ingat masa2 deg2an krn mereka "puls", hrs ikut ke acaranya kakak2 kelas, dsb yg bikin mereka jd sering pulang telat.

Soal nama khas PL emang bikin bingung. Mereka terbiasa saling panggil dgn nama itu. Alhasil ortu malah jd gak tau nama asli teman2 anaknya. Di rapat2 POMG jg kebawa menyebut nama PL anak2. Tp seru dan lucu nama2nya. Kalo anakku msh mending... Hilmy jd Helpme... Lha teman2nya jd Itil, Bangor, Pekong...

Terus yang seru lagi tiap acara PL Fair (udah pernah nonton belum?) ada yg namanya Cheers PL - cheerleaders yang anggotanya cowok semua. Kayaknya belum ada di sekolah lain deh.. Setiap tahun selalu datang ke PLF buat lihat atraksi itu.

So, buat Maling, selamat menikmati fase "manusia"... (kelas 10 : budak, kelas 11 : manusia, kelas 12 : raja). Kalo anakku udah "dewa" karena udah jadi alumni.


Akmal Nasery Basral,
Keren, keren, keren! thanks buat om Chormen Omen dan tante Arieswari Putri yang udah sharing dunia PL yang menarik ini. Kebayang gimana seru sekaligus deg-degannya sebagai ortu.


http://www.shadowsyndrome.com/



Golok Pak Midon Bisa Bicara


Aku hampiri Ichan yang sedang berkumpul dengan angkatannya 77, Atutu, untuk mendapatkan cerita lebih terinci mengenai kenakalan remaja kala itu walaupun cerita yang aku maksud sebetulnya sudah aku peroleh 4 tahun lalu, pikir-pikir perlu juga memasukan unsur liar Smandelers dalam blogku.

Aku musti meminta konfirmasi pelaku utamanya, Octo, yang sempat aku temui juga di Smandel Go Green Music Festival, kebetulan Ichan sudah berpindah posisi di sebelahnya. Rasanya Octo sudah tahu rencanaku untuk memasukan cerita nakal tadi ke dalam blog.
 “Octo, ada fitnah nih tentang elo”.
“Bukan fitnah Men, itu cerita semuanya bener, tapi jangan elo masukin ke blog elo”.
Kamu pasti kecewa mendengarnya, tapi kekecewaan kamu terobati karena Octo akhirnya mengizinkan untuk dimuat.

Ichan berdiri berkacamata hitam, Octo berkaos hitam

Kisah ini terjadi di kelas 2 PP 4, dulu belum ada IPA istilahnya PasPal, potongannya sih kelas yang paling badung di angkatan 77, ketua kelasnya Ichan. Saat itu mereka sedang belajar matematika yang dibimbing oleh guru nyentrik pak Midon yang doyan menerangkan sambil menulis di papan tulis.

“Chan, ambilin pengapus dong!”, Octo meminta Ichan mengambilkan penghapus papan tulis.
“Untuk apaan To”.
“Gue ada perlu nih!”.
Ichan lantas mengambil penghapus di depan kelas untuk diberikan kepada Octo. Tanpa membuang waktu Octo melempar penghapus itu dengan sekuat tenaga ke papan tulis tempat pak Midon menulis.
“Gedubrak!!!”, kenceng banget.

Pak Midon mengemasi buku dan catatan beliau segera meninggalkan kelas 2 PP 4 untuk tidak mengajar kelas ini untuk seterusnya. Murid yang lain pasti uring-uringan dong!. Kejadian tadi mungkin karena Octo dendam dan amarah yang dipengaruhi setan. Nggak sportif ah!, tiap apa-apa setan terus yang jadi kambing hitam. 

Kalau sudah begini jagoannya pasti turun tangan, bu Hilma, Kepala Sekolah legendaris Smandel. Bu Hilma akan melikuidasi kelas 2 PP 4 dengan memindahkan murid-muridnya ke kelas lain seandainya sang pelaku tidak mengaku. Mau nggak mau Octo tunjuk tangan, daripada kelas tercinta dilikuidasi bu Hilma.


Bisa jadi karena dipaksa mengaku kekesalan Octo memuncak, pada suatu kesempatan diirisnya salah satu ban motor pak Midon sehingga terpaksa pak Midon harus membeli ban baru. Untung pak Midon tidak mengusut siapa pelaku yang terlibat langsung maupun tak langsung dan meminta bu Hilma untuk mengeluarkan yang terlibat. Kalau itu dilakukan bisa-bisa kita tidak sempat melihat pak Oher si penjaga sekolah legendaris, soalnya pisau untuk mengiris ban dipinjam Octo dari pak Oher.

Namun pak Midon tidak tinggal diam, untuk memberikan efek jerah beliau memasukan golok ke dalam tas saat mengajar, yang terkadang pangkal golok sengaja disembulkan sedikit.
“Macam-macam lagi! Biar golok yang bicara!”, kira-kira itulah bahasa matematika yang ingin disampaikan pak Midon.



Rizalie Chan,
..udah bozzz, hahahaha...., persis sama dengan jalan ceritanya, gimana kalau kita tingkatkan jadi cerpen juragan,,wkwkwk..
...karena setelah pak Midon keluar kelas, anak-anak singkong di kelas 2PP4 ketawa semuanya, bahkan ada yang ngelanjutin pacaran di kelas bro...hehehe...
...bahkan ada yang nyanyi-nyanyi dan nulis di papan ngikutin gaya sang guru tadi...wkwkwk...
...siap komandan, usulan kalau bisa buat kompilasi cerita lucu masa-masa di SMA yang dialami setiap angkatan bro, pasti menarik deh...

Sosehu Sonny ,
kalau cerita pengalaman selama diajar pak Midon gak bakalan selesai 7 hari 7 malem ..... kesian yg bacanya ..... hahahahaha
Men ente ade salah tulis dikit ..... kite belon kenal ama jurusan IPA tapi masih PasPal atawa PP, so 2PP4 gitu loh

Ady Keong '84,5



Ady bukanlah orang pertama di Smandel yang memiliki panggilan Keong, sebelumnya ada Erico angkatan 81 yang dipanggil Keong karena lelet banget kalau naik gunung. Nah, yang satu ini dipanggil Keong mungkin gara-gara suka makan keong. Kok, keong makan keong.

Aku tulis angkatan delapan puluh empat setengah, karena itulah yang sering disebutkannya kalau berkenalan, soalnya Keong pernah sekali nggak naik kelas, masuk ikutan angkatan 84 lulusnya ikutan angkatan 85.

Jumar Juni Marwan, percuma mbak diobatin juga !!! lah wong semua ini gara2 obat !!!
7 June 2011 at 15:23 · Like · 1

Perkenalanku dengannya di sekolahan kita, Bukan!, bukan karena aku juga pernah nggak naik, tetapi saat acara bakti sosial pengobatan murah Expa-Smandel buat orang tak mampu di sekitar sekolah, sekitar tahun 90 sekian.

Hobi si Keong suka mencela orang, baru aja berkenalan aku dicela abis, untung seseorang bilang, “Hati-hati Chormen anak Berlan!”. Berhenti deh celaannya. Rupanya ada untungnya juga pernah tinggal di Berlan.

Soal Go Green jangan ditanya deh, dia tega memarahi tetangga yang buang sampah sembarangan, anaknya aja dididik di Sekolah Alam yang kepala sekolahnya Made angkatan 81. Situ Gadog jadi sasaran bersih-bersihnya yang mendapat perhatian Walikota Depok.


Nah, acara Green Festival tahun 2010 di Cibubur, Keong menjadi komandan untuk jalan santai yang diselingi acara permainan dan pendidikan lingkungan yang didukung oleh Expa-Smandel, bagus dan berkesan banget!.

Saat Smandel Go Green Music Festival, yang dilakukannya lebih gila lagi. Dia menjadi komandan Green Volunteers yang tanpa malu-malu bahkan terkesan malu-maluin memungut sampah di arena festival itu.

Aku usul kaos Green Volunteers warnanya hijau, dia bilang warnanya oranye biar kayak tukang sampah beneran dan bertuliskan, PErsatuan peMUlung Limbah UNGgulan. 

Di akhir acara terkumpul beberapa karung kemasan plastik air mineral, “Lumayan buat dikiloin!”. Aku jadi curiga niat Keong mau jadi Green Volunteer apa nyari penghasilan sih sebetulnya!. Waduh, jangan-jangan kami diperalatnya.


Lawakannya menghibur anak-anak di setiap acara gelaran Expa-Smandel, Family Camp misalnya. Herannya anak Expa-Smandel tetap aja tertawa walaupun lawakan yang diluncurkan kebanyakan  yang itu-itu juga.

Salah satu lawakannya aku tulis di sini biar kamu tahu betapa konyolnya orang yang dipanggil Keong.
Ada seorang gagu yang berobat ke dokter agar bisa berbicara, dokter yang terkenal bisa menyembuhkan orang gagu. Si dokter meminta pasien gagu duduk di pingiran ranjang dan tiba-tiba si dokter memukul dengkul si gagu menggunakan palu dengan kencang, tentu saja pasien tadi teriak kesakitan.
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ………….”, keras banget!.
“Bagus!”, komentar dokter.
Loh kok orang teriak kesakitan dibilang bagus. Dokterpun melanjutkan pembicaraannya.
“Bagus, sudah mulai normal. Besok datang lagi untuk pelajaran berikutnya, huruf BBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBBB ………….., abis gitu CCCCCCCCCCCCCCCCCCC …………..”.



http://www.shadowsyndrome.com/

Pasukan Baju Oranye


Sayang aku datang terlambat, jadi nggak bisa menikmati acara dari awal, aku datang ketika band angkatan 85 manggung, yang cuma 3 kali latihan tapi hasilnya bagus, angkatan 86 dengan Beatles, orchestra mahasiswa UI asuhan Bowie ‘87 menyuguhkan instrumentalia yang akrab di telinga.
“Bos, yang main ada anak Eletro-nya juga tuh!”, Bowie memberi laporan.
“Ya …, mana gue kena kenal!. Gue lulus dia baru lahir”.

Smandel 90

Ada acara selingan pemberian piala yang mendapatkan Atutu, angkatan 77, mereka menerimanya dengan bangga. Kamu tahu nggak itu piala apa?. Piala yang diterima Atutu adalah angkatan yang datang ke Smandel Go Green Festival paling sedikit. Aku jadi heran, datang paling sedikit kok bangga!.

Jujur kata, angkatanku yang datang juga nggak banyak, mungkin karena sehari sebelumnya ada pertemuan angkatan, ada yang beralasan ratiban, ada yang sudah punya acara, tetapi ada juga yang alasannya konyol, “Mending gue baca blog elo aja, dateng sama baca blog kayaknya sama aja!”. Jadi beban moral nih!.

Slatan Band yang pemainnya Smandelers semua, juara festival rock antar alumni SMA se Jakarta, membikin panggung semakin panas. Nah, Smandelers kan nggak culun yang terkenal cuma bisa belajar, ternyata bisa nge-rock juga.


Pamungkas acara Acid Speed Band, si Rolling Stones KW1, pantas menjadi band penutup, bagus banget!. Satisfaction batal menjadi lagu terakhir setelah permintaan “Tambo ciek!” dari Krisna ’77 yang jadi emsi dan penonton yang antusias diladeni band KW1 ini, jadilah Hongky Tonk Woman sebagai senjata andalan. Top banget!.


Secara kualitas pagelaran musik yang diselengarakan oleh Smandelers semakin oks, tetapi terus terang keberatan nama. Label Go Green hanya melekat di spanduk Music Festival kali ini, tidak melekat di hati, baik peserta maupun panitianya, terbukti banyak banget sampah yang ditinggalkan di arena setelah selesai acara.

Kamu nggak usah sedih, untungnya Smandelers punya komplotan Green Volunteers, terdiri dari Rieka, mas Tomo, Iwan, Idom, Gembel, Benny, Oet, dkk yang dipimpin oleh Keong melakukan operasi semut. Mas Tomo ’62 di tengah acara memunguti sampah dan memasukan ke tempat yang layak tiba-tiba diberi hadiah kaos oranye oleh Keong dan diterima beliau dengan bangga. Alumni yang seperti mas Tomo ini yang pantas diteladani yang mengerti Go Green dalam arti yang sebenarnya.


Go Green tanggung jawab dan kewajiban semua orang, makanya angkatan 81 hampir di setiap acara bakti sosial hampir selalu menanam pohon, bahkan dalam rangka memperingati 50 tahun Smandel angkatan 81 menanam 8 pohon langkah di sekolah kita tercinta.

Kamu tahu kan sekolah kita dikelilingi oleh pohon yang rindang yang membuat sejuk sekolah yang memiliki predikat Sekolah Terbaik di Indonesia. Nah, kamu tahu nggak siapa yang menanam pohon-pohon itu?.
 “Nggak tahu …!, angkatan 81 juga ya …?”.
“Aku juga nggak tahu!, makanya aku tanya siapa yang menanam?”.

Lagu Wajib


Kamu tahu nggak lagu wajib Alumni Smandel? Kalau belum tahu nanti aku kasih tahu deh!.



Aku berniat melanjutkan tidurku selepas shalat subuh, soalnya capek dan ngantuk banget setelah sehari sebelumnya ada acara persiapan Baksos Seribu Kacamata Smandel 81 dilanjutkan dengan acara keluargaku tentu saja.

Pelaksanaannya sedikit terganggu gara-gara miss call dilanjutkan dengan sms dari nomor yang tidak dikenal di hapeku jam 4.58, penting banget kayaknya, aku baca, “Pak saya punya penyakit rabun mata sangat parah mohon solusinya dari muh Alpudin magelang”. Gila, dipikirnya aku dokter mata!. Atau dikiranya aku suaminya Amita ‘81 yang dokter mata.


Bangun-bangun jam 8.30, mandi, satu jam kemudian aku berangkat ke Plaza Arsipel TMII tempatnya Smandel Go Green Music Festival, makanya aku datang agak telat sehingga nggak bisa menceritakan acara sebelumnya, tapi salah panitianya juga, bukannya menunggu aku datang baru acaranya dimulai.

Sehabis memakai kaos bertulisan Go Green seharga 25 ribu,yang aku tebus di tempat pendaftaran yang dijaga Jati ’82, Kura ’86 dan kawan-kawan, lalu aku salami beberapa alumni yang aku kenal dan belum aku kenal, sok akrab!.


Angkatan yang paling senior dulu yang aku salami, rombongannya mbak Toety, beliau bilang, “Men, tadi aku panggil-panggil kok kamu nggak nengok?”.
“Waduh, maaf deh mbak, soalnya banyak banyak yang manggil-manggil begitu!, maklum banyak fans”.


Akupun bergabung dengan alumni lintas angkatan untuk menikmati musik yang asyik-asyik.

Aku menduga keras lagu yang dinyanyikan 2 acara sebelumnya di Cibubur dan Ancol bakalan keluar lagi, namanya juga lagu wajib Alumni Smandel. Benar kan 12.04 lagu itu muncul dilantunkan oleh vokalis Habib Band, yang kata Ika ‘83F, “Didandanin dulu kek yang nyanyinya, kok kayak tukang parkir gitu!”. Lagu wajib Alumni Smandel itu adalah Smoke on the Water dari Deep Purple.


Hilda yang doyan memakai baju merah menyembulkan celana dalam merah di balik celan pendek blue jeansnya, kayaknya sengaja dipamerin, kenapa nggak sekalian aja pakai celana dalam merah gaya Superman, celana dalam merahnya ditaruh di luar.

Orang yang paling hot berjoget menurutku Rieka ’86, wajahnya penuh peluh. Saat duduk di sampingku aku bilang kepada Rieka, “Jangan terlalu hot jogetnya, entar celana dalem elo kelihatan kayak Hilda”.
Rieka menatapku keheranan, “Men, kok bisa sih celana dalem gue kelihatan ….? Orang gue nggak pake celana dalem kok!”. Kacau!.

Rabu, 03 Oktober 2012

Like Father Like Son


Lelaki yang paling beruntung mungkin seperti aku yang bisa menyaksikan kedua anak kami lahir melalui pintu ajaib, ngoek …. ngoek …..

Pertama perempuan dan yang kedua laki-laki. Nah, yang aku mau ceritakan yang laki-laki nih, yang waktu masih kecil nggak bisa makan nasi. Bagaimana nggak bingung sampai kelas 3 SD sebutir nasipun belum pernah ditelannya. Sampai dia bilang, “Pa, kalau aku dibeliin PS aku mau makan nasi”.

Mau nggak mau aku belikan deh itu Play Station. Biar ada unsur surprise, aku tutup kedua mata kedua anak kami, kemudian aku berikan sebatang pensil untuk ditebak, bisa tertebak pasti. Berikutnya penggaris, tertebak juga, abis gitu stick PS, mereka berteriak, “Play Station!”.

Si laki-laki bilang, “Pa, udah boleh dibuka”.
“Boleh”.
Diapun membuka penutup matanya, keluar kalimat dari mulutnya yang nggak mungkin aku lupa, “Aku sampai mau nangis”.

Dia mulai belajar makan nasi. Hari pertama dia laporan dengan senang hati karena sudah bisa makan nasi, “Pa, aku udah bisa makan nasi …1 butir”.

Nama putra kami Karris Pramandhika, mungkin karena namanya dia ramah banget sama setiap orang, kalau bermain selalu mendapat kawan baru. Saking ramahnya, setelah bangun pagi dia langsung ke rumah tetangga, Hansel, kawan mainnya.

Pernah pagi-pagi buta dia menghilang, sudah pasti di rumah tetangga, mereka masih pada tidur. Papanya Hasel bangun kebingungan kok ada anak kecil di ranjangnya, pas dilihat ternyata Karris.

Hansel dan Karris satu kelas dari TK sampai SD, bahkan satu bangku, sama dengan mama mereka yang pernah satu bangku saat SMA dan nama mereka pengucapannya sama hanya tulisannya berbeda, Inca mamanya Hansel, sedangkan Inka mamanya Karris. Kok bisa ya?.

Kalau jadi kapal perang Karris cocoknya jadi Destroyer, bukannya apa-apa, barang yang dimilikinya gampang rusak dan hilang, coba bayangkan hapenya berkali-kali masuk bengkel, sepatu sekolahnya hanya berumur beberapa bulan, 2 BB hilang, dompet dan duit kecurian sudah nggak kehitung, sepatu sekolah hilang saat latihan fisik. Coba bayangkan pernah nggak kamu kehilangan celana seragam?, Karris pernah.

Aku sudah kehabisan kata-kata dan nggak bisa marah lagi kalau mendapatkan cerita seperti itu. Kalau dikasih tahu dia jawabnya, “Aku kan shio babi!, shio babi kan emang begitu!”.

Kata orang like father like son, kalau kehilangan barang aku sih nggak begitu.

Hari ini Karris berumur 17 tahun, sudah punya pacar. Waktu SMP dia pernah ditanya tantenya, “Karris pacarnya ada berapa?”, dia jawab, “28”.
Aku yang mendengarnya hanya tersenyum, dalam hati berkata, “Banyak amat ada 28 ….! Sama dong!”.

Selamat ulang tahun Karris.

Senin, 01 Oktober 2012

Kakak Terbaik



Ada 2 acara di hari yang sama dan jam yang sama, pertama HBH Smandelers di rumah Ella ’87, satunya lagi ratiban sepupu istriku. Harus bagi-bagi, istriku ke ratiban, aku ke HBH Smandelers. Kalau mau mendapatkan suasana yang berbeda aku yang ke ratiban biar istriku ke acara Smandel.

Nggak ah!, aku kan ingin ketemu kawan-kawan lintas angkatan, jadi selepas mengantar istriku, betul!, yang cantik, menarik dan menawan hari aku buru-buru ke rumah Ella. Makanya aku sampainya rada telat, pas waktunya zuhur.

Datang-datang mengambil wudhu terus naik ke lantai 2 untuk shalat berjamaah, abis shalat kan jadi tenang, tinggal mikirin makan dan makan deh!.

Sudah barang tentu aku salami si nyonya rumah terlebih dulu, sebelum aku salami yang lain. Aku kaget ada Manzilah, Ady, dan Andrina dari angkatan 81. Sama kagetnya dengan mbak Toety ’62, katanya biasanya kalau aku pergi cuma sendirian. Sengaja aku tulis biar besok-besok kalau ada acara seperti ini yang datang bertambah banyak.

Kamu tahu kan aku paling nggak suka cerita tentang sambutan-sambutan, tetapi nggak untuk kali ini. Ella saat mengakhiri kata sambutannya bilang. “Mohon maaf kalau konsumsinya tidak berkenan, di luar sebelah kiri ada prasmanan lengkap, di tengah ada nasi bakar, sebelah kanan tempura, di bawah dekat kolam renang ada soto mie, soto Betawi, somay dan kambing guling”.
Sebegitu banyaknya sampai-sampai Omloy ’86 komentar, “Ella, itu semuanya satu harga?”.

Berani sumpah  nggak semua makanan aku jamah, apalagi ada nasi mandi yang baru datang dan direkomendasikan Manzilah untuk dicoba.

Suara yang keluar dari moncong Dewi ’86, Ariani ’90, Omloy ’86, Bowie ’87, grup band berpakaian Timur tengah, Ronny Waluya, Sarah Indonesian Idol membuat suasana bertambah asyik.

Belum lagi aku bisa ketemu Amin yang 15 tahun di Amrik, angkatan 83 yang masuk Elektro UI ’84. Pas tahun 1984 OSPEK dilakukan di tingkat jurusan. Setelah OSPEK ada acara malam keakraban, seperti biasa ada penobatan kakak terbaik dan kakak tergalak. Nah, Amin ketua angkatan E’84 bersama para yunior memilihku menjadikan kakak terbaik. 

Suatu kesempatan Amin bicara kepadaku, “Men, elo waktu OSPEK galak banget, gue sampe takut!. Nah, elo pastinya pinginnya dapet kakak tergalak kan? Makanya gue kasih jadi kakak terbaik”.

Ketika OSPEK aku memang galak banget, sampai-sampai beberapa bulan setelahnya nggak ada anak E’84 yang berani bercanda di depanku, mungkin gara-gara Benny E’80 anak Elektro yang badannya paling berotot aku mau hajar di depan mereka.

Ceritanya jadual OSPEK giliranku sudah masuk, tetapi Benny masih ngoceh aja. Aku bilang, “Ben, sekarang acara gue”.
“Iya sebentar”, dia ngomong terus.
Akhirnya aku bentak dia, “Sekarang elo keluar!”, sambil aku cengkram kerah bajunya, dan aku dorong badannya yang besar sehingga membentur pintu, “Gedubrak!”, keras banget.
“Iye, gue keluar”, katanya dengan nada ketakutan.

Kawan-kawanku yang melihat bilang, “Emang elo anak Berlan! Nggak ada takutnya, Benny yang segede itu nggak ngelawan. Elo pake ilmu apa sih?”.

Berhubung hampir 30 tahun, rahasianya aku ungkapkan kepada kamu.
Selesai acara aku temui Benny, kulihat lehernya masih merah gara-gara aku cengkram, dia bilang begini waktu aku dekati, “Men, elo nyekel gue keras banget!, Masih kerasa sakit nih leher gue!. Padahal elo tadi janjinya pelan-pelan!”.




Iwan Rifai Kadir‎ and ‎Vera Trisnawati‎ like this.
Vera Trisnawati, Ini cerita ospek84 FTUI digabung dgn cerita n foto2 HBH lintas angkatan smandel? Kalo bukan Chormen Omen, ga ada yg bikin kayak gini...*jadi ketemu gak sama Amin'83?


Willem Teddy Usmany, Pantesan......!

Iriana Wihardja, siapa sih chormen....!