Minggu, 15 Maret 2009

Nasi Uduk Gondangdia

Rapat di PPM membahas persiapan seminar dan Anugrah Kadarman Award berakhir pukul 19:30, kuhubungi the RM untuk memastikan bahwa lokasi Wiskul tidak berubah.

Sebelum pergi mampir dulu ke toilet PPM yang terkenal bersihnya. Dari tempat parkir masuk Menteng Raya sampai di lampu merah kantor pos Cikini berbelok ke kanan ke jalan Cut Mutia, menelusuri jalan kereta api di samping Buddha Bar masuk Gondangdia tinggal belok kiri dan kanan sampailah di lokasi lama, lokasi baru nasi uduk Gondangdia tak jauh dari sana yang lebih luas dan nyaman.



Miring kiri

Aku jadi ingat teman kuliahku yang sekarang sudah menjadi konglomerat yang usahanya berada di luar pulau Jawa. Dari jaman kuliah sampai sekarang tidak pernah memakai dompet, jaman kuliah memang yang di dalam saku hanya uang recehan namun sekarang tetap saja tidak memakai dompet walaupun di sakunya berjuta rupiah dan dolar, kadang kulihat ada sedikit kemajuan uangnya dimasukkan ke dalam amplop coklat sebelum masuk saku. Sumpah, aku belum pernah melihat kartu kreditnya, tetapi mending tidak punya kartu kredit tapi uangnya berjibun.
Kalau dia berkunjung ke Jakarta selalu menginap di Sultan atau HI, namun setiap malam saat bersamaku selalu bersantap malam dengan nasi uduk. Kalau mendengar informasi nasi uduk yang enak selalu kami ambangi, sampai saat ini nasi uduk Gondangdia menurut kami yang paling oks.
Miring kanan

Aku memasukan mobilku ke lapangan badminton yang terang benderang, sang juru parkir memintaku memarkir di luar, di lokasi yang ditunjuk, tempat CRV hitam yang baru meninggalkannya. Lapangan itu milik perusahaan yang akan ditutup selepas semua karyawan pulang.
Wajah keheranan menyambutku, maklum ini kali pertama aku mengikuti Wisata Kuliner Alumni Smandel, hampir semua wajah kukenal melalui fesbuk. Kusalami mereka satu persatu dan ucapan selamat ulang tahun keluar dari mulutku ketika kusalami Anita yang merayakan ulang tahunnya, nyaris kelapa empat kayaknya.
Bangku yang kosong di pojokan di samping Satya, suami tercinta Novrina, namanya juga anak baru dapat bangkunya di pojokan, di sini gosip terdengar samar-samar, alias suam-suam kuku.
Gosip tentang selingkuh berkumandang di samping kanan merambat ke kiri dari Atha, Dhyta, RM, Fanda, Estanti, dan Ina yang duduk di depanku, dari mulutnya keluar "Rumahku di Galaxy". Mana gosipnya ............?
Lain lagi kalau dari Ian, Anita, Pia, Novrina dan terakhir Satya yang duduk persis di samping, yang keluar "Kantorku di gedung BRI". Mana gosipnya ..........? Mana .......?
Kok Rudy nggak diceritain? Datangnya telat banget soalnya.
Es jeruk mengawali masuk perutku disusul tempe, ampela, dada ayam dan udang. Nasinya tanpa lauk aja enak banget apalagi pakai cocolan sambel kacang, sambel khasnya nasi uduk.
Acara tiup lilin dan potong kue. Tiup lilinnya berulang-ulang. Leyer pertama jangan dimakan, begitu kata Dhyta.
Miring ke kiri miring ke kanan
Pulang ke rumah bareng gerimis, sesampainya buka fesbuk main (Lil) Eco Racer terakhir, niatnya sih!. Sebetulnya aku sudah bosan bermain race ini bersama Toga dan Herry, eh belakangan masuk pemain baru yang getol banget membalap, sebut saja Rini, Ruly dan Phertem. Kalau telponan yang diomongi balap-balapan. Nah yang ini komentar mereka di fesbuk.
Ruly, "Race pake mobil beneran dong pak.. di Car Madness..yg power nya kecilan ga mungkin bs menang.. heee.."
Phertem, "Udah kalah ama gua ....kalah juga lo ama ruly.....( eco race ) men ganti "Car Madnes" lebih seru.....he...he...he...". Judulnya aja Sukurin kalah lo.........


Tembang Pribumi said...

makanannya mana?
March 16, 2009 6:59 AM

Minggu, 01 Maret 2009

Ustad



Rasheed said...
Hello,

Nama saya Warda Alaydrus, angkatan 81 SMA8. Akhirnya ketemu juga temen2 lama. Saya ada di luar negeri. Tolong masukan saya di group alumni.

Thanks
umar6208@yahoo.com