Minggu, 10 Oktober 2010

Nggak Seru ...!!!

Mengatur foto bareng dengan peserta seratusan bukan hal yang mudah terlebih di lapangan tenis di bawah terik matahari. Paling mudah meletakkan spanduk yang dipegang oleh 2 orang setelah itu baru pesertanya, awalnya aku berdiri di belakang spanduk, sok tertib!.

Fida orang pertama yang bikin gara-gara, ditutupnya angka 1, kemudian Haryo menutupi angka 8 sambil berkilah, “Semua orang tahu yang ditutupi angka 81”. Berikutnya Azwardi menutupi logo Smandel, selanjutnya tulisannya, akupun memindahkan diri ke depan spanduk, yang pasti bukan aku yang menjadi biang kerok si spanduk menjadi mubazir.

Ternyata oh halah ....., tulisannya kok Halah bi Halal bukan Halal bi Halal. Etna yang sudah kesengsem kawin (lagi) yang membuat, pantesan nggak datang, takut disalahi ya? Atau lagi dipingit.

Waktunya joging!
Ada sih halal bi halal pakai acara joging? Lari ke sana, lari ke sini, lari kemara, lari kemari, mencari arah kamera dibidik. Pesertanya kian hari kian bertambah dan semakin ahli bahkan ada yang berani menyombongkan diri, angel Didut misalnya, “Chormen mah cetek! Urusan foto sekarang mah pinteran kita-kita!”. Padahal dulu aku tuh pengajar tunggalnya.

Sebegitu hot berjoging sampai sol sepatu kananku lepas. Pulangnya aku meminta tas kresek kepada pengurus rumah tangga Ello, bukan untuk membungkus makanan tapi untuk membawa sol sepatu yang terlepas.

Seperti biasa acara selanjutnya pembagian door price dan souvenir. Kami semua mendapat 8 buah batere ukuran kecil dari Adit, dengan sedikit catatan bahwa si batere disisakan 2 buah untuk tahun depan karena Adit mau membagikan remote controlnya, baru deh tahun berikutnya Adit memberikan televisi LCDnya. Makanya jangan sampai nggak datang kalau ada acara kumpul-kumpul.

Acara dipandu oleh Iwan dan Hendra, Ketua dan Wakil Ketua Puapala di jaman kami masih bersekolah yang memperkenalkan pasangan suami istri sesama Smandel 81 yaitu Rudita-Panti, Jaya-Tuti, Ady-Andrina yang akan ditambah dengan Wishnu-Etna.
Acara berikutnya kawan-kawan yang mempunyai nama sama diminta maju ke depan, Iwan Karyawan dan Iwan Mantan Karyawan, Hendra Marhendra Suhendra dan Hendra Gayus, kemudian ada 3 orang Enny yang hadir maju ke depan. Setelah itu aku nggak pernah lagi memperhatikan acaranya, jujur aja nggaaaakkkk seruuuuuuuuu...... !!!! Gariiiiing ....!!!!

Biar acara angkatan sendiri kalau nggak seru ya nggak seru aja! Mau dibilang apa lagi?. Coba bayangkan kapan giliran aku yang punya nama Chormen.

Tunggu 5 Menit

Menurut catatan Rory di eFBe Halal bi Halal kali ini dihadiri oleh 110 Smandelers apabila mbak Tuti, Aziz dan istri kita masukan dalam hitungan, not bad buat gelaran acara rutin setiap tahun, walau ada sedikit penurunan sih sebenarnya.
In this photo: Luciana Darmansyah WewengkangAbdul AzizDiah KrisdiantiIriana WihardjaToety EmmydiartyChormen Omen
“Aku tamu nggak diundang nih Men”, bisik kecil mbak Tuti ’62 kepadaku. “Nggak apa-apa lagi! Kita semua seneng kok mbak Tuti datang”, kehadiran beliau memang diharapkan dalam acara ini, “Apa ayo ......? Pokoknya ada aja!”.

Bercerita tentang makanan aku sampai bingung melihatnya, untung aku senantiasa memegang piring dan sendok, bukankah kalau bingung kita harus berpengangan. Coba kita absen, ada nasi goreng iga bakar, mie goreng, empek-empek, roti jala met kare, baso Makasar, nasi timbel lengkap, nasi oncom, nasi peda, pepes tahu, pepes oncom, pepes ikan mas, tumis jeroan, tumis jagung manis, Korean bbq, asinan Bogor, skutel kentang. Belum lagi buah-buahan dan camilan di atas meja makan besar. Aku nggak bisa hafal semua, jangan salahkan aku ya! Kalian kan tahu hafal menghafal itu tugasnya Hasahatan.

Porsi makanku jujur aja nggak banyak-banyak amat, diibaratkan tabung elpiji perutku ukuran tabung 3 kilogram bukan yang 12 kiloan, makanya walau aku hanya icip-icip nggak semua makanan bisa aku rasakan, cukup mendengar cerita teman yang mencobakan aja sudah senang, “Men, enak deh, itu ada di meja sana!”, kata Wati sambil memakan jajan pasar yang dibungkus daun pisang, sayang sudah nggak muat lagi!.

Aduh ....! Sayang banget .... sayang banget .... nggak bisa mencoba semua ...!!! Aku belum merasakan nasi oncom, nasi timbel, roti jala, skutel kentang. Padahal postur badanku boleh dibilang tinggi, menurut pelajaran biologi, seharusnya porsi makanku lebih banyak sebab kata pak Didin, pak guru Biologi, panjang usus manusia 2 kali panjang badan

Added October 9


    • Liza Soenar Windarti Kuliner.. Nasi Tug2 (oncom), nasi peda', nasi timbel, daun singkong kuning, pepes telur asin, pepes jamur, pepes ikan, empal campur, ayam pedas, jagung manis oseng, sop iga.. Sisi lain Rib Barbekyu, kentang cheese, salad, asinan.. Nyam nyam.. Dan masih banyak lg macemnya.. Bingung milihnyaaa.. BRAVO!!

Soal minuman, aku sudah bersumpah sebelum berangkat dari rumah bahwa aku nggak mau meneguk minuman dingin sebab semalam aku harus menelan Panadol untuk menghilangkan flue ringan. Apa daya aku bukanlah Gajah Mada yang bisa memegang teguh sumpahnya, minuman dingin yang beraneka rupa sungguh menggugah selera. Kalau flue lagi, ya minum Panadol lagi!. Susah amat!
In this photo: Susi Yulius (photos)Chormen Omen (photos)

    • Hadi Busono Ceria amat ya.
      October 10 at 12:00am 

    • Hariyanto Putra The ooooo pemburu camera ...........kemana aje...... nempeell terus

Sebagai tuan rumah yang baik aku menemani Aziz dan mbak Tuti untuk menikmati hidangan.
“Mbak Tuti ada pantangan nggak?”
“Pantangan apa? Makanan ...? Aku nggak punya pantangan makanan”
“Kalau gitu cobain Korean barbeque yuk!”
Mbak Tuti menuruti saranku untuk mengambil beberapa potong daging iga dan mencicipinya.
“Ehhmmm ...., enak bener Men ....., eh kamu sendiri udah nyoba belum?”
“Justru itu aku minta mbak Tuti nyoba. Nah, sekarang aku tinggal nunggu 5 menit ..... kalau nggak terjadi apa-apa sama mbak Tuti, baru deh aku coba!”

Sabtu, 09 Oktober 2010

9 Oktober 2010

Sabtu tanggal 9 Oktober 2010 bisa jadi merupakan hari baik bagi Smandelers, pasalnya ada 3 undangan buatku di hari ini, mungkin saja semuanya atas saran dukun yang sama.

Pertama latihan basket untuk persiapan melawan alumni SMA 4, “Mau ikutan latihan basket or just kumpul2? Besok di ProArena Pd Indah jam 8-10 pagi… Men dateng yuk Men :D”, berita tertulis yang kuterima melalui sms.
“Nggak bisa besok HBH Smandel 81, besok besok deh, berhubung hape rusak nomor kamu belum teregistrasi, siapa kah gerangan?”.
“Riniiii delapan empattt…”

Kedua pesan di eFBe kiriman uni Teppy berupa halal bi halal dan 30 tahun Smandel 80, dengan acara sampai jam 11 malam dan mendapatkan kaos kalau hadir, sayang aku nggak bisa datang perlu istirahat because my body is not delicious.

Dan yang ketiga halal bi halal angkatanku 81. sebetulnya acara ini sudah dibatalkan ketua angkatan saat Bukber sebulan lalu. Rasanya aneh apabila acara yang setiap tahun digelar ini ditiadakan, biar nggak bosen alih-alih pak ketua, cukup masuk akal sih sebenarnya bila dikaitkan dengan angkatanku akan merayakan 3D tahun depan.

Memang bisa menunggu pertemuan hingga tahun depan? Ternyata nggak bisa tuh!
“Gue udah hubungi Ello, dia bersedia rumahnya tanggal 9 ketempatan halal bi halal”, suara emak Didut di speaker hapeku.
“Ya udah, tinggal dilaksanain aja dong!”
“Elu kan yang biasa ngomporin di milis, kita lihat responnya kalau positif kita laksanain, kalau nggak ........ kita laksanain juga!”.
“Gue baru bisa nanti malem”
“Itu tugas elu ya?, nanti malem gue telpon Gayus sama Andy untuk ngipasin, urusan dapur biar gue sama Luci”.

Malam itu aku nggak sempat beremailan, pagi hari kulihat milis sudah ramai dengan reuniers yang sudah kangen bertemu, Hendra Gayus dan Andy tukang kompornya. Pekerjaanku diambil orang lain bo!, mungkin gara-gara mereka pikir tukang kompor honornya gede, nggak tahunya …… emang iya!

Tega sekali Gayus dan Andy mengambilnya, padahal tukang kompor pekerjaan sambilanku loh!.

Jumat, 01 Oktober 2010

Tawa di antara Duka

“Innalliahi wa inna Illahi rojiun ......, yang bener lo Nar?”, kata itu otomatis terucap setelah almarhum Danar ’80 mengatakan, “Men, udah tahu kalau Sarjito meninggal?” persis di pintu pagar dekat kamar pak Oher ketika aku baru sampai di sekolah.
“Elo nggak ikut? Semua anak kelas 3 pada ngelayat”, Danar menambahkan.
“Gue kan kelas 2, kayaknya gue harus belajar deh! Salam aja sama keluarganya terutama Beton, tolong sampein gue turut berduka-cita”.

Berita menggelegar itu sudah pasti disambut isak tangis bu Hilma, Kepala Sekolah, sudah nggak ada lagi nih anak Smandel yang kumel kalau Jito tiada. Sekumel-kumelnya Jito tetaplah aset Smandel yang berharga, mungkin itu yang ada di pikiran bu Hilma.


Singkat kata rombongan pelayat kelas 3 ditemani beberapa guru sudah sampai di depan rumah duka disambut bapaknya Jito yang kebetulan ada di rumah.
“Om, kami turut berduka-cita atas meninggalnya Sarjito”, ucap perwakilan rombongan sambil memasang muka sedih.
“Hah ......!! Apaan .....??? Jito meninggal ...???”, Om Basar, orang tua Jito kaget setengah mati.
Lah, bapaknya sendiri baru tahu! Bagaimana ceritanya nih .....?! Rombongan pelayat menjadi bingung.

“Jito ..!! Bangun Jit ..!! Temen-temen kamu pada dateng .... katanya kamu udah meninggal ..!”, suara sang bapak membangunkan putranya.
“Iyee .....”
“Iyee itu maksudnya apa..? Masih hidup apa udah meninggal?”
“Masih .....!”
Sarjitopun keluar dari kamarnya dengan wajah kucel karena belum mandi, bak selebriti disambut dengan riuh kegembiraan, siapa sih yang nggak senang kawan seangkatan mereka ternyata masih hidup, hanya saja kasihan pewakilan guru yang harus melaporkan kejadian ini kepada ibu Hilma, terbayang nggak kalau mereka harus bilang, “Alhamdullilaah bu ... Sarjito meninggal aja gagal ...!”.

Setelah diusut anak Puapala si biang keroknya, sehari sebelumnya Perthem, Danar, Benny Respati, dan kawan-kawan survey mencari lokasi kemping. Semuanya masuk sekolah kecuali Sarjito yang kelelahan. Atas anjuran setan iseng mereka memasang tulisan di majalah dinding, “Innalillahi wa inna Illahi rojiun, telah meninggal dunia teman kita tercinta Sarjito Basar angkatan 80 ............ bla bla bla ...”.

Menurutku sih mereka sebetulnya nggak salah, bukankah mereka tidak mencantumkan “... telah meninggal dunia dengan sukses . ....”.

Setelah para korban penipuan kembali ke sekolah, sebagai orang tua yang baik om Basar menasihati putranya agar kejadian tadi tidak berulang.
“Jito, lain kali kalau kamu meninggal lagi bilang-bilang dong ...!”
“Emangnya kenapa pap?”
“Biar gue nggak kaget ...!!!”


April Mob paling sukses, lelucon paling konyol sepanjang sejarah Smandel, presiden, seluruh aparat dan rakyat jelata Republik Smandel tertipu. Atas keberhasilannya Sarjito memperoleh hukuman 3 hari tidak boleh masuk sekolah, emang dasar Jito itu hukuman dimakan sendiri nggak dibagikan kepada teman-temannya.

Cerita di atas masih menyisakan sepenggal pertanyaan, “Uang dukanya dikemanain ......??!!”


Sar Djito 28 September at 16:08
harus dimasukan 1 aprilnya bro yg membuat gw cuma di skors 3 hari
Hahaha iya itu,mana ada yg mau foto gw , ngekernya aja males,apa lg hasilnya, skors cuma gw aja