Minggu, 27 Mei 2012

Mencari Gituan di Malioboro


Acara ke Prambanan masih lama, aku dan kawan-kawan menuju Malioboro untuk cuci mata, sayangnya di Malioboro aku nggak bisa main mata soalnya kuda penarik andong yang banyak mangkal di sana semuanya memakai kacamata kuda.

Aku, Aria dan Gepeng menuju Mirota, kalau ada Pipin 4 sekawan bisa berpetualang lagi, walau sekarang si 4 sekawan sudah pada gendut-gendut. Aria dan Gepeng memborong kemeja batik lengan pendek, sementara aku nggak mendapatkan apa yang aku cari.
Abis gitu kami ke café masih di gedung yang sama dan memperoleh kawan baru, Swan Awanti, kawan kuliah Gepeng yang kini tinggal di Yogyakarta. Nah, pasti Wanti tahu dimana aku mendapatkan yang kucari.


“Tahu nggak kalau nyari *** dimana?”.
“Ha …! Kok nyarinya gituan!”, Wanti terpengangah, sementara Aria dan Gepeng senyum-senyum kecil, maklum dia sudah tahu tabiatku yang suka cepas-ceplos.
Akupun menjelaskan mengapa aku mencari gituan di Malioboro.


Tahun 1980 saat kami study tour ke Solo, di hari terakhir ada acara bebas, bersama Adit, Vivi dan Iva, kesempatan itu kami manfaatkan untuk mengunjungi Malioboro naik L-300, si raja jalanan tempo dulu.



Di kaki lima ada sesuatu yang menarik, sebuah tas kain dengan 2 buah tali, beli ah!, unik banget soalnya. Aku mencoba kemampuan bahasa Jawaku yang masih di level basic.
“Mbok niki pinten?”, hebat ya!.
Si embok melihatku sambil bengong, mungkin beliau terkesima dengan kemampuan bahasa Jawaku. Turis asing kok bisa bahasa Jawa, begitu yang aku pikir.
“Mbok ini berapa?”, si embok tambah bengong, mungkin beliau heran si turis bisa bahasa Jawa, bisa bahasa Indonesia juga.
“Niki untuk wanito!”, si embok mulai berbicara setelah bengongnya hilang.
“Nggak apa-apa mbok! Untuk wanito untuk wanito, harganya berapa?”, jawabku senang karena si embok ternyata nggak gagu, sambil pikiran nakalku beraksi, dasar si embok orang kuno, nggak tahu kalau di Jakarta tas unisex bisa dipakai wanita dan lelaki.

“Dilihat dulu!”, Embok bersikukuh memperagakan dagangannya, biar aku nggak kecewa di kemudian hari, sambil tangannya membuka lipatan tas tadi, yang ternyata ….. kutang embok-embok, introk dalam bahasa Jawa.
Mukaku pasti merah, malu banget apalagi ditertawakan sejawat si mbok. Akupun meninggalkan mereka segera, sial!.


Waktunya kami kembali ke Solo, artinya aku mau nggak mau aku harus melewati si embok lagi, soalnya Adit, Vivi dan Iva nggak mau menemaniku berjalan di sisi lain Malioboro, habis panas banget karena sinar matahari mengarah ke sana.

Dengan mengendap-endap seperti dalam filem Tom and Jerry, aku berjalan melewati si embok, aman!, si embok nggak melihat.
Namun ……, anak si embok melihatku dan berteriak, “MBOK …, MBOK … ITU ORANG YANG TADI …!!!!”.



Swan Awanti,
Aku lagi bayangin introk itu dipake Chormen...wah pasti jadi sexy, wkwkwkkkk...

Willem Teddy Usmany Wkwkwk.....!!

Chalis hayatni
Oalaaah... kirain apaan 'gituan'.. Ternyata gituan tah.. Lha, akhire dapet ndak gituan e? Aku yo kepingin punya, xixixi...


Rosana Harahap

Chalis,
gituan itu ada ukurannya atau all size?
emang unisex juga ya?  koq si O nyari gituan?
walah...


Himawan

Baru tahu si  OOº°˚˚°ºOO  pakai gituan, sejak SMA lagi...kok baru pada tau ya.

Andy Masrie
The other side of “0“
Paham Ana ??????

Rosana Harahap
yeah ,... pahaammmm  AM !
Chalis Hayatni
Mau gak mau jadi kebayang the O pake gituan, hohoho.. Ukuranx apa ya? 
Himawan
Wah itu sih Andy yang inget!
Masa lalu aku sudah lupa, kalau Andy kan masa kini h3x.

Tidak ada komentar: