Minggu, 27 Mei 2012

Menangkap Kijang Kencana


Angka jam di hapeku hampir menunjukan pukul 19.30, waktunya untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang Ramayana, kamipun bergegas menuju toilet restoran yang hanya ada 1 untuk wanita dan 1 lagi untuk pria. Bukan di toilet ini tempat pertunjukannya. Ketika aku masuk si toilet masih sepi begitu keluar antrian panjang laki-laki yang kebelet pipis sudah mengular.

Aku menyerahkan tiket pertujukan kepada petugas berpakaian Jawa lengkap dengan belangkon, petugas lain mengarahkanku ke tempat duduk, “Alumni SMA 8 di sana pak”. Kok tahu?. Mungkin karena si petugas tahu kalau aku orang pinter.

Bangku yang kami duduki terbuat dari batu agar sesuai dengan latar belakang panggung, si cantik Prambanan, atau karena kami duduk di kelas kambing, yang pasti bukan kelas kambing congek. Kalau si kambing dipanggil nggak dengar bukan berarti si kambing congek, bisa jadi karena si kambing kebanyakan makan gudeg yang membuatnya jadi budek.

Pak Ugi, bapak guru kami, dan ibu ditemani 2 orang kawan duduk di bangku cadangan, eh maksudku bangku VIP.

Pertunjukan dimulai, narasi dibacakan dengan bahasa Jawa, aku nggak ngerti, soalnya kemampuan bahasa Jawaku masih di level basic.  Untungnya co-dalang, Iriana, menjelaskan jalan ceritanya. Fida dan Lizarina khusyuk mendengarkan sang co-dalang.

Jujur aja aku baru sekali ini tertarik menonton wayang, dulu-dulu sih ogah. Sekarang juga kalau nggak nonton bareng aku juga nggak mau. Ternyata pertunjukan yang dikemas dalam 2 babak ini keren banget, apalagi klimaks di babak pertama seru banget, ketika Hanoman membakar istana Rahwana dengan api sungguhan. Wuih, keren!.

Aku ceritakan sedikit tentang upaya Rahwana menggaet Sinta. Pak Raksasa ini mengirimkan Marica, kijang kencana yang memiliki nama kecil Caca, nama lengkapnya Caca Marica.

Sinta ingin memiliki Caca, maka Sinta meminta Rama menangkapnya. Caca  berlari-lari kecil, bukan melaksanakan sai tetapi berlari-lari centil. Rama mengejar. Mana bisa tertangkap soalnya Rama larinya juga centil. Kesatria kok kemayu!.

Caca ternyata berlari ke pintu dekat kami duduk, pikiran jailku mencuat, “Aku tangkep ah!”, aku katakan kepada kawan, akupun berjalan menuju pintu tempat Caca keluar, kawan-kawan memperhatikan.

Marica mulai menaiki undak-undak dan menuju pintu keluar, tempat aku menanti, aku sudah siap,  aku menggerakkan kedua tanganku untuk menangkap si kijang kencana. Marica kaget dan meloncat kebelakang, kawan-kawan tertawa. Kini semua mata penonton mengarah kepada kami, si kijang dan sang pangeran.
“Men, diborgol petugasnya loh!”, teriak salah seorang dari kami.

Aku duduk kembali ke tempatku, “Men, kok nggak ketangkep?”.
Aku memang sengaja tidak ingin menangkap Marica, soalnya kan kamu tahu Prambanan menjadi kiblat sendratari Ramayana, kalau tertangkap bisa-bisa lakon Ramayana berubah menjadi ……. Rama menangkap kijang kencana dibantu pangeran ganteng bernama the O.


Willem Teddy Usmany Apadelaers mmg slalu kompak........!!20 hours ago ·

Tidak ada komentar: