Minggu, 27 Mei 2012

Prambanan


Kami buru-buru kembali ke hotel mempersiapkan diri ke Prambanan. Kakiku bengkak gara-gara keseleo kumat lagi. Mau naik andong ke jalan Dagen tempat hotel bercokol sedekat itu seharga 35 ribu, nggak salah nih?.

Sampai hotel, mandi lalu pakai batik. Aria sibuk memilih 1 dari 3 batiknya yang baru dibeli, “Bagusnya pake yang mana nih Men? Merah apa biru.”
“Cocoknya yang biru”, saranku, jadi ingat istriku (yang cantik menarik dan menawan hati) kalau mau pergi selalu meminta dipilihkan baju.

Aku berharap perjalanan ke Prambanan nggak macet sehingga kami bisa menikmati matahari tenggelam dan berfoto bersama siluet Prambanan, namun harapan pupus karena saat magrib kami masih di jalan. Telat!.

Meja makan menanti dan terus menanti karena kami sibuk berfoto-ria termasuk foto bareng pak Ugi sebelum lampu Prambanan menyalah, “Tahu ah, gelap!” kata si Prambanan. Nggak berapa lama si lampu menyalah, bagus banget. Foto barengnya diulang? Nggak! Karena nggak pernah ada siaran ulangan untuk acara foto-fotoan.
Tri Utami tks Chormen....foto2nya dari Aria keren2....makasih juga buat Aria....sayang Pipin ga ada ya...

Kehilangan momen sunset, tergantikan, perasaan jenuh untuk memandang Prambanan nggak pernah hinggap, tentu saja karena bapoto.

Masalah kulinernya nggak usah aku certakan deh soalnya makanannya aku nggak perhatikan, pokoknya enak suenak!.

Aku ingat ada 2 orang kawan yang datang ke sini harus naik taksi, pertama Kania yang baru tiba dari Jakarta, yang kedua Andy brewok yang ketiban sial beruntun gara-gara kualat terima honor keamanan tapi dia tidur di kereta.

“Men, masukin dong kesialan Brewok di blog elo”, Gayus memohon dengan penuh belas kasihan di pertemuan Smandel Coffee Club.
“Gue nggak takut, soalnya the O pasti konfirmasi dulu sebelum dimuat di blog”, Brewok menantang.
“Kalau gue masukin blog, langsung aja, nggak pake konfirmasi”, si the O memberi jawaban, percuma juga karena semua orang juga sudah tahu.

Nah, keterlambatan si Brewok tadi gara-gara dia kebablasan tidur sehingga harus merogoh kocek untuk ongkos taksi yang cukup lumayan.
Kedua, waktu di Wisma Bimo, Brewok keluar kamar mandi yang posisinya di balkon lantai 2, tiba-tiba kami mendengar suara “Gedebuk!” keras banget, seperti suara kuda nil terpeleset, semua mata memandang, rupanya si Brewok terpeleset, dia meringis persis kuda nil yang kesakitan.
Ketiga, saat di kereta, dia bangun lantas ke toilet untuk kecing sukencing, dia pegang semprotan dan dipencetnya, airnya muncrat ke muka dan bajunya. Rasain lo!.

Kata orang, setiap kebaikan akan diganjar dengan 700 kebaikan, mungkin juga untuk kesalahan yang akan diganjar dengan 700 kesialan. Ayo Andy siap-siap menerima 697 kesialan lagi. Ceritain semuanya ya!.

Tidak ada komentar: