Semua sudah memakai baju
bernuansa merah termasuk Manca yang hanya ada garis merah di kerahnya. Kami menaiki
bis semula menuju Kadipiro.
Enny kemayu berinisiatif menjelaskan tempat-tempat yang dilalui termasuk
penjelasan mengenai Soto Kadipiro, maklum dia dulu kuliah di Yogyakarta. Soto dengan
embel-embel Kadipiro banyak sekali, yang kami hampiri Soto Kadipiro yang
pertama, jadi yang aslinya.
Supir bis susah sekali
memarkirkan kendaraannya di Soto Kadipiro, mau nyempil seperti upil nggak bisa,
soalnya bisnya gede banget. “Pak Ugi udah menunggu di sini”, penjelasan Paketu.
“Palingan bohong”, kataku
dalam hati, sama seperti panitia akan mengelar karpet merah di stasiun.
Begitu masuk Soto
Kadipiro, aku terkejut banget ternyata pak Ugi beserta istri sudah menunggu.
Beliau naik pesawat, kalau naik kereta bareng kami bisa-bisa pak Ugi langsung
di borgol petugas bersenjata karena dikira pimpinan rombongan yang nggak bisa
diam.
“Seneng ada pak Ugi,
gimana pak, sehat?” sambil aku menyalami pak guru olah-raga kita.
“Alhamdulillah, ini baru
aja”, jawab beliau sambil menunjukan 2 buah plester berantiseptik yang menempel
di lengan kirinya, seolah memberi-tahu bahwa beliau baru saja cuci darah.
“Pak, sudah pake ini?”,
tanyaku sambil memperihatkan pin Baksos.
“Sudah, nih!”, jawab
beliau seraya memperlihatkan pin Baksos Smandel 81 di dada kiri dengan bangga.
Soto Kadipiro kini berada
di hadapanku, sesuai dengan penjelasan Enny, mangkuk penuh dengan kuah, nasinya
banyak, kolnya banyak, daging ayamnya seemprit. Jangan khawatir potongan paha,
dada dan ceker ayam tersedia di atas meja.
“Enakan mana sama soto
Gondrong di komplek kita”, Roy meminta konfirmasi melalui telpon.
“Enakan soto Gondrong”,
jawabku jujur.
Urusan hitung-menghitung
repot banget, pelayannya menanyakan satu persatu apa yang kita makan, waktu aku
bilang, “Perkedel, emping”. Si pelayan
menjawab, “Itu belum, aku tak nanyain tahu sama tempe dulu”. Ya ampun lama
amat, dia nanyain tahu tempe kepada lebih dari 50 orang setelah itu nanya
perkedel, abis gitu kerupuk, dan kawan-kawan. Aku nggak sabar, aku titipkan kepada
Rike, Tatiek, Dewi dan Intan yang makan di dekatku, “Elo kan tahu apa yang gue makan,
nanti tolong kasih tahu embaknya”.
Motto alon alon asal kelakon sungguh membumi di Yogyakarta.
Motto alon alon asal kelakon sungguh membumi di Yogyakarta.
Katerkejutanku belum
berakhir, Lizarina yang bermukim di Amrik menampakan diri diantar Jeff svak, Yanto bagong dan Nasril ayam,
mereka berangkat naik mobil dari Jakarta. Sudah pasti aku seneng banget karena
nggak menyangka, walaupun Lizarina pernah bilang lewat email, “Bang, jangan kaget
ya kalau aku tiba-tiba muncul di Jogja”.
|
Waktu aku menulis kisah
ini Lizarina sudah kembali ke Amrik. Alhamdulillah. Sebetulnya aku sempat
khawatir Lizarina pergi dengan Jeff, Yanto dan Nasril, sampai rumah musti diperiksa lagi tuh barang-barang bawaan soalnya mereka punya
prinsip, “Keselamatan Dijamin, Keamanan Tidak”.
Terima kasih infonya. Sukses acaranya.
Salam,
Untuk semua teman2ku....
Aku mau pamit dulu yaa ( bang Omen I officially pamit niy )....
Makasii
yang banyak sekali atas perhatian dan waktu yang diberikan untuk aku
dari teman2 semuanya....yang sudah capek2 arrange lunches and dinners
untuk aku....yang bawain segala jajanan dan oleh2....(thanks to Fanny I
finally got that mie juhi )....yang telpon tiap hari tanya keberadaanku (makasii ya Ndy,Yana, ....)....dan
semuanya yang mohon maaf tidak aku sebutkan nama2nya I thank you all
for your kindness and friendship....membuat vacationku penuh
kenangan....thank u all
so very much....
Mudah2an kita ketemu lagi yaa (bang Iwan mod and prof Enny tertunda yaa ketemunya)....Diduth, Liza Sunar....Bali next year ?....
Mohon dimaafkan kalau ada kata2 dan perbuatanku yang salah....
Kudoakan semua teman2ku sehat dan bahagia....till we meet again....
Makasii untuk om Jeff Suak....yang udah merencanakan vacationku sejak tiga tahun yang lalu....
Thank you all,
~lhalida~
Pak Chormen,
Terima kasih infonya. Sukses acaranya.
Salam,
AN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar