Sabtu, 26 Mei 2012

Soto Kadipiro


Semua sudah memakai baju bernuansa merah termasuk Manca yang hanya ada garis merah di kerahnya. Kami menaiki bis semula menuju Kadipiro.

Enny kemayu berinisiatif menjelaskan tempat-tempat yang dilalui termasuk penjelasan mengenai Soto Kadipiro, maklum dia dulu kuliah di Yogyakarta. Soto dengan embel-embel Kadipiro banyak sekali, yang kami hampiri Soto Kadipiro yang pertama, jadi yang aslinya.

Supir bis susah sekali memarkirkan kendaraannya di Soto Kadipiro, mau nyempil seperti upil nggak bisa, soalnya bisnya gede banget. “Pak Ugi udah menunggu di sini”, penjelasan Paketu.
“Palingan bohong”, kataku dalam hati, sama seperti panitia akan mengelar karpet merah di stasiun.


Begitu masuk Soto Kadipiro, aku terkejut banget ternyata pak Ugi beserta istri sudah menunggu. Beliau naik pesawat, kalau naik kereta bareng kami bisa-bisa pak Ugi langsung di borgol petugas bersenjata karena dikira pimpinan rombongan yang nggak bisa diam.
“Seneng ada pak Ugi, gimana pak, sehat?” sambil aku menyalami pak guru olah-raga kita.
“Alhamdulillah, ini baru aja”, jawab beliau sambil menunjukan 2 buah plester berantiseptik yang menempel di lengan kirinya, seolah memberi-tahu bahwa beliau baru saja cuci darah.

“Pak, sudah pake ini?”, tanyaku sambil memperihatkan pin Baksos.
“Sudah, nih!”, jawab beliau seraya memperlihatkan pin Baksos Smandel 81 di dada kiri dengan bangga.


Soto Kadipiro kini berada di hadapanku, sesuai dengan penjelasan Enny, mangkuk penuh dengan kuah, nasinya banyak, kolnya banyak, daging ayamnya seemprit. Jangan khawatir potongan paha, dada dan ceker ayam tersedia di atas meja.
“Enakan mana sama soto Gondrong di komplek kita”, Roy meminta konfirmasi melalui telpon.
“Enakan soto Gondrong”, jawabku jujur.

Urusan hitung-menghitung repot banget, pelayannya menanyakan satu persatu apa yang kita makan, waktu aku bilang, “Perkedel, emping”.  Si pelayan menjawab, “Itu belum, aku tak nanyain tahu sama tempe dulu”. Ya ampun lama amat, dia nanyain tahu tempe kepada lebih dari 50 orang setelah itu nanya perkedel, abis gitu kerupuk, dan kawan-kawan. Aku nggak sabar, aku titipkan kepada Rike, Tatiek, Dewi dan Intan yang makan di dekatku, “Elo kan tahu apa yang gue makan, nanti tolong kasih tahu embaknya”. 
Motto alon alon asal kelakon sungguh membumi di Yogyakarta.

 
Katerkejutanku belum berakhir, Lizarina yang bermukim di Amrik menampakan diri diantar Jeff svak, Yanto bagong dan Nasril ayam, mereka berangkat naik mobil dari Jakarta. Sudah pasti aku seneng banget karena nggak menyangka, walaupun Lizarina pernah bilang lewat email, “Bang, jangan kaget ya kalau aku tiba-tiba muncul di Jogja”.


Waktu aku menulis kisah ini Lizarina sudah kembali ke Amrik. Alhamdulillah. Sebetulnya aku sempat khawatir Lizarina pergi dengan Jeff, Yanto dan Nasril, sampai rumah musti diperiksa lagi tuh barang-barang bawaan soalnya mereka punya prinsip, “Keselamatan Dijamin, Keamanan Tidak”.



Untuk semua teman2ku....
Aku mau pamit dulu yaa ( bang Omen I officially pamit niy :) happy )....
Makasii yang banyak sekali atas perhatian dan waktu yang diberikan untuk aku dari teman2 semuanya....yang sudah capek2 arrange lunches and dinners untuk aku....yang bawain segala jajanan dan oleh2....(thanks to Fanny I finally got that mie juhi:) happy )....yang telpon tiap hari tanya keberadaanku (makasii ya Ndy,Yana, :) happy....)....dan semuanya yang mohon maaf tidak aku sebutkan nama2nya I thank you all for your kindness and friendship....membuat vacationku penuh kenangan....thank u all so very much....

Mudah2an kita ketemu lagi yaa (bang Iwan mod and prof Enny tertunda yaa ketemunya:) happy)....Diduth, Liza Sunar....Bali next year ?....:) happy

Mohon dimaafkan kalau ada kata2 dan perbuatanku yang salah....
Kudoakan semua teman2ku sehat dan bahagia....till we meet again....

Makasii untuk om Jeff Suak....yang udah merencanakan vacationku sejak tiga tahun yang lalu:) happy....

Thank you all,
~lhalida~







Pak Chormen,

Terima kasih infonya. Sukses acaranya.

Salam,
AN

Tidak ada komentar: