Minggu, 29 Mei 2011

Piiiiisssss ......

Pintu keluar tol Serang sudah kami lewati, di pertigaan seharusnya belok kanan tapi tidak kami lakukan karena jalannya sempit soalnya bisnya kegedean. Lewat jalan kiri agak memutar, tetapi yang penting nggak jalan kaki bok!.

Sampai deh di desa Sawah Luhur, dari namanya terkesan jauh banget, sudah desa, sawah pakai tambahan luhur lagi. Bagiku seolah di Negeri Entah Berantah. Jangan bilang-bilang, nanti Eneng tersinggung!.


Roy kita ini mau Baksos, bukan mau tawuran....Liiizzz  tahan  emosi,
Chormen jangan malah jadi profokator.

Romannya panas nih! Aku mengambil sebotol air mineral kemasan 600 cc, aku titipkan di tas Tatik, tasnya gede baget, kayaknya semua barang masuk kesitu seperti kantong milik Doraemon aja. Rasanya pingin sekali meriksa isinya, tapi nggak sopan meriksa-meriksa tas perempuan. Kalau diizinkan aku yakin timbangan badan pasti aku temukan.

Kami berjalan menuju tenda peresmian Taman Bacaan Masyarakat, jaraknya hanya 50 meter tetapi harus ditempuh selama 10 menit, bukan gara-gara jalannya rusak melainkan karena sebentar-sebentar photo session, kamseuk! Jangan bilang-bilang, nanti angkatanku tersinggung!.

Di bawah tenda sudah berbaris kursi lipat berbaris ke belakang, walaupun di bawah tenda kehadiran radiasi sinar mentari kuat sekali, panas!. Rasa haus mulai menyapa, untung aku punya air mineral dalam botol, kalau kak Ros bilang, “Aqua botol dalam kemasan botol”, aku heran yang kayak begini mau ikutan kuis Ranking 1.

“Tatik, gue minta minuman gue dong!”.
Tatik mengeluarkan minumanku yang masih utuh, Alhamdulillah!. Aku sempat cemas ketika Tatik mengeluar tangannya dari dalam tas besarnya, aku khawatir minuman yang tadi dimasukkan ke dalam tasnya ketika dikeluarkan berubah menjadi kelinci.

Aku minum sendirian, karena air mineral gelas belum disajikan, enak bener minum sendirian di depan orang kehausan, “Men, elo dapet minuman dari mana?”. Ah, nggak tega meneruskan ceritanya.

Bisa jadi karena kepanasan dan kehausan kawan-kawan nggak ada yang bergairah main potret-potretan, tidak denganku. Ketika rombongan anak sekolah berseragam pramuka bergabung di bawah tenda. Aku meminta mereka berkumpul untuk bergaya.
“Jangan ada yang mau motret!, Jangan ada yang motret!”. Bener-bener nggak ada yang memainkan kamera.

Aku nggak khawatir, nggak percuma aku the O yang kayak Mc. Gyver, selalu punya Plan B. Aku mengeluarkan kamera saku dan meminta Heppy untuk memotret.
“Ayok kita bilang piisssss ....!”.
“Piiiiiiissssss ......!”, keluar dari mulut mereka dengan nada yang keras.

“Men, bisa aja elo ngibulin anak-anak!”.
Aku hanya tersenyum, dan dalam hati aku berkata, “Emang belum pada tahu? Kalau ngibulin anak kecil adalah satu-satunya keahlianku yang bisa aku banggakan!”.
Piiiiissssssssss ........

Tidak ada komentar: