Minggu, 29 Mei 2011

Gundala Putra Petir

Semua sudah berkumpul di bawah tenda dan sekitarnya, pejabat Pemda Banten, Kepala Sekolah, guru, murid, Smandelers 81 dan masyarakat. Wow, ramai amat!.

Acara pertama sambutan dari berbagai pihak, sengaja nggak aku liput di sini, jujur aja aku nggak suka cerita tentang acara resmi terutama sambutan-sambutan, bukannya apa-apa aku takut salah tulis yang tadinya sambutan bisa berubah menjadi sambitan.

Acara berikutnya seserahan, penyerahan secara simbolik buku bacaan dan perlengkapan perpustakaan serta seperangkat komputer supaya masyarakat melek internet dan ....... mudah mengakses blogku. Maksud lo!.

Sambil mengisi waktu kami memberikan kuis untuk masyarakat dengan hadiah yang menarik pastinya, pertanyaannya berupa pengetahuan umum, kak Mundi yang menjadi emsi. Nah, Mundi punya cerita seru waktu SMA nanti aku kasih tahu ke kamu deh.
“Meeeeennnnnnnn, jangan diceritain! Awas ya!”.

Kami bergiliran memberikan pertanyaan, aku juga mendapat giliran, “Men, itu disuruh Mundi”, emak-emak di sebelahku mengingatkan.
“Abis ini, Roy udah duluan maju”.
Roy memberikan pertanyaan kebapaan banget, maklum namanya juga bapak-bapak, anaknya aja ada 2, orang semua.

Mundi melihatku dan berbicara lip sync
“Men, maju!”.
“Pertanyaannya?”.
“Udah gue siapin”.
Aku maju ke depan diiringi dengan sambutan meriah, “Jangan ada yang motret ...! Jangan ada yang motret ....!”, duh, sentimen amat. Untung kami membawa photographer profesional, nggak terpengaruh yang kayak gitu-gituan.

Aku sedikit demam tanah, karena aku berdiri di atas tanah, bukan di atas panggung. Aku mulai beraksi sebagai Sri Panggung, eh Sri Tanah.
“Siapa mau mendapat hadiah harus lari ke sini. Harus lari ya!”, sambil aku tunjuk sejumput tanah berumput di sampingku. Penonton tertawa, aku jadi geli sendiri, perasaan barusan aku nggak bermaksud ngelawak deh!.

“Pertanyaannya gampang, kapan ibu Kartini dilahirkan?”.
Syuuuut ... dengan serta-merta berdiri seonggok manusia di sampingku, larinya cepat amat, jangan-jangan Gundala Putra Petir, eh ternyata onggokan manusia tadi perempuan, mungkin adiknya Gundala yaitu Gundali yang bernama lengkap Gundali Putri Petir.

“21 April”, kata beliau di depan moncong mik, padahal aku baru mau bertanya, “Nama ibu siapa?”.
Ya, udah dapat hadiah. Akupun menyerahkan hadiah ke ibu guru yang pandai ini.

“Men, kalo yang ini gue rela motretnya”, Andy bersuara sambil memainkan kameranya, dia meneruskan suaranya, “Tadi gue perhatian si ibu udah dari tadi ancang-acang mau lari ke samping elu! Kepingin banget berdiri di samping orang ganteng!”.
Andy loh yang bilang.
Gundali Mundi, Gundali Rosana dan Gundali Eneng menyerobot lapak fotoku

Tiba-tiba syuuuut ... syuuuut ... syuuuut .... Gundali-Gundali lain ikut beraksi di depan masyarakat dan pejabat Pemda Banten, mereka nebeng aksi di lapak fotoku.

Penyesalan selalu datang terlambat, rugi rasanya mengajari mereka “Teknik Photography”.
Mereka bagai pribahasa, “Guru kencing berdiri, murid ...... ngencingin guru”.
Arti dalam bahasa sederhana ......... kebangetan

Tidak ada komentar: