Minggu, 29 Mei 2011

Inget Batik Inget Mak Uwok

Kami mengunjungi pabrik batik bukanlah kali pertama, namun yang satu ini tempat pembuatan batik Banten. Aku hanya lihat-lihat aja nggak berbelanja batik, soalnya nggak ada ukurannya. Kemeja batik yang ada paling besar berukuran L untuk ukuran pria Banten, kalau ukuran baju yang biasa aku beli batik tadi berukuran M.
Tukang jemur batik sedang bergaya

Kemeja batik lengan pendek dibandrol dengan harga Rp 175 ribu, menurutku terlalu mahal, tetapi mungkin aja karena aku yang nggak tahu harga.

Motifnya sederhana, nggak jelimet, tipenya batik pesisir, aku kurang suka. Tulisan ini bukan upayaku untuk tidak mau membeli batik Banten loh.

Aku mencoba untuk mewarnai batik, awalnya ragu-ragu karena takut blobor. Si perajin batik batik memperagakan acara mewarnai dengan benar, nggak sulit ternyata.

Aku juga melihat ketrampilan perajin melukis batik, tangan mereka cekatan sekali, di sampingku Susyanto turut memperhatikan.
“Men, gue jadi inget karya tulis gue”
“Guru pembimbing elo siapa?”
“Mak Uwok”.
“Elo cuma dapet enam ya?”.
Susyanto menganguk dan tersenyum malu.

Aku buka rahasia angkatanku ya, bukan karena Mak Uwok, yang bernama asli ibu Siti Anifah, yang kecam menilai karya tulis murid yang dibimbingnya dengan nilai paling mentok kepala 6.
Mak Uwok pasti bosenlah karena hampir separuh murid yang study tour ke Jogjakarta membikin karya tulis tentang batik. Emang nggak bisa bikin karya tulis selain batik.

“Elo juga dapet enem ya?”, Susyanto mencari teman.
“Enak aja!, nilai gue 8”.
Karya tulisku dibimbing pak Dasril, aku beri judul Taman Nasional Ujung Kulon, dengan Rhinoceros sondaicus, badak jawa, sebagai master piece-nya.

Kalau kamu bikin karya tulis tentang batik, bacanya sambil senyum-senyum ya?, soalnya cuma dapat 6 sih!.

Tidak ada komentar: