Senin, 01 Oktober 2012

Kakak Terbaik



Ada 2 acara di hari yang sama dan jam yang sama, pertama HBH Smandelers di rumah Ella ’87, satunya lagi ratiban sepupu istriku. Harus bagi-bagi, istriku ke ratiban, aku ke HBH Smandelers. Kalau mau mendapatkan suasana yang berbeda aku yang ke ratiban biar istriku ke acara Smandel.

Nggak ah!, aku kan ingin ketemu kawan-kawan lintas angkatan, jadi selepas mengantar istriku, betul!, yang cantik, menarik dan menawan hari aku buru-buru ke rumah Ella. Makanya aku sampainya rada telat, pas waktunya zuhur.

Datang-datang mengambil wudhu terus naik ke lantai 2 untuk shalat berjamaah, abis shalat kan jadi tenang, tinggal mikirin makan dan makan deh!.

Sudah barang tentu aku salami si nyonya rumah terlebih dulu, sebelum aku salami yang lain. Aku kaget ada Manzilah, Ady, dan Andrina dari angkatan 81. Sama kagetnya dengan mbak Toety ’62, katanya biasanya kalau aku pergi cuma sendirian. Sengaja aku tulis biar besok-besok kalau ada acara seperti ini yang datang bertambah banyak.

Kamu tahu kan aku paling nggak suka cerita tentang sambutan-sambutan, tetapi nggak untuk kali ini. Ella saat mengakhiri kata sambutannya bilang. “Mohon maaf kalau konsumsinya tidak berkenan, di luar sebelah kiri ada prasmanan lengkap, di tengah ada nasi bakar, sebelah kanan tempura, di bawah dekat kolam renang ada soto mie, soto Betawi, somay dan kambing guling”.
Sebegitu banyaknya sampai-sampai Omloy ’86 komentar, “Ella, itu semuanya satu harga?”.

Berani sumpah  nggak semua makanan aku jamah, apalagi ada nasi mandi yang baru datang dan direkomendasikan Manzilah untuk dicoba.

Suara yang keluar dari moncong Dewi ’86, Ariani ’90, Omloy ’86, Bowie ’87, grup band berpakaian Timur tengah, Ronny Waluya, Sarah Indonesian Idol membuat suasana bertambah asyik.

Belum lagi aku bisa ketemu Amin yang 15 tahun di Amrik, angkatan 83 yang masuk Elektro UI ’84. Pas tahun 1984 OSPEK dilakukan di tingkat jurusan. Setelah OSPEK ada acara malam keakraban, seperti biasa ada penobatan kakak terbaik dan kakak tergalak. Nah, Amin ketua angkatan E’84 bersama para yunior memilihku menjadikan kakak terbaik. 

Suatu kesempatan Amin bicara kepadaku, “Men, elo waktu OSPEK galak banget, gue sampe takut!. Nah, elo pastinya pinginnya dapet kakak tergalak kan? Makanya gue kasih jadi kakak terbaik”.

Ketika OSPEK aku memang galak banget, sampai-sampai beberapa bulan setelahnya nggak ada anak E’84 yang berani bercanda di depanku, mungkin gara-gara Benny E’80 anak Elektro yang badannya paling berotot aku mau hajar di depan mereka.

Ceritanya jadual OSPEK giliranku sudah masuk, tetapi Benny masih ngoceh aja. Aku bilang, “Ben, sekarang acara gue”.
“Iya sebentar”, dia ngomong terus.
Akhirnya aku bentak dia, “Sekarang elo keluar!”, sambil aku cengkram kerah bajunya, dan aku dorong badannya yang besar sehingga membentur pintu, “Gedubrak!”, keras banget.
“Iye, gue keluar”, katanya dengan nada ketakutan.

Kawan-kawanku yang melihat bilang, “Emang elo anak Berlan! Nggak ada takutnya, Benny yang segede itu nggak ngelawan. Elo pake ilmu apa sih?”.

Berhubung hampir 30 tahun, rahasianya aku ungkapkan kepada kamu.
Selesai acara aku temui Benny, kulihat lehernya masih merah gara-gara aku cengkram, dia bilang begini waktu aku dekati, “Men, elo nyekel gue keras banget!, Masih kerasa sakit nih leher gue!. Padahal elo tadi janjinya pelan-pelan!”.




Iwan Rifai Kadir‎ and ‎Vera Trisnawati‎ like this.
Vera Trisnawati, Ini cerita ospek84 FTUI digabung dgn cerita n foto2 HBH lintas angkatan smandel? Kalo bukan Chormen Omen, ga ada yg bikin kayak gini...*jadi ketemu gak sama Amin'83?


Willem Teddy Usmany, Pantesan......!

Iriana Wihardja, siapa sih chormen....!

Tidak ada komentar: