Aku hampiri Ichan yang
sedang berkumpul dengan angkatannya 77, Atutu, untuk mendapatkan cerita lebih
terinci mengenai kenakalan remaja kala itu walaupun cerita yang aku maksud
sebetulnya sudah aku peroleh 4 tahun lalu, pikir-pikir perlu juga memasukan
unsur liar Smandelers dalam blogku.
Aku musti meminta
konfirmasi pelaku utamanya, Octo, yang sempat aku temui juga di Smandel Go
Green Music Festival, kebetulan Ichan sudah berpindah posisi di sebelahnya.
Rasanya Octo sudah tahu rencanaku untuk memasukan cerita nakal tadi ke dalam
blog.
“Octo, ada fitnah nih tentang elo”.
“Bukan fitnah Men, itu
cerita semuanya bener, tapi jangan elo masukin ke blog elo”.
Kamu pasti kecewa
mendengarnya, tapi kekecewaan kamu terobati karena Octo akhirnya mengizinkan
untuk dimuat.
Ichan berdiri berkacamata hitam, Octo berkaos hitam |
Kisah ini terjadi di kelas
2 PP 4, dulu belum ada IPA istilahnya PasPal, potongannya sih kelas yang paling badung di angkatan 77, ketua
kelasnya Ichan. Saat itu mereka sedang belajar matematika yang dibimbing oleh
guru nyentrik pak Midon yang doyan menerangkan sambil menulis di papan tulis.
“Chan, ambilin pengapus
dong!”, Octo meminta Ichan mengambilkan penghapus papan tulis.
“Untuk apaan To”.
“Gue ada perlu nih!”.
Ichan lantas mengambil
penghapus di depan kelas untuk diberikan kepada Octo. Tanpa membuang waktu Octo
melempar penghapus itu dengan sekuat tenaga ke papan tulis tempat pak Midon
menulis.
“Gedubrak!!!”, kenceng
banget.
Pak Midon mengemasi buku
dan catatan beliau segera meninggalkan kelas 2 PP 4 untuk tidak mengajar kelas
ini untuk seterusnya. Murid yang lain pasti uring-uringan dong!. Kejadian tadi
mungkin karena Octo dendam dan amarah yang dipengaruhi setan. Nggak sportif
ah!, tiap apa-apa setan terus yang jadi kambing hitam.
Kalau sudah begini
jagoannya pasti turun tangan, bu Hilma, Kepala Sekolah legendaris Smandel. Bu
Hilma akan melikuidasi kelas 2 PP 4 dengan memindahkan murid-muridnya ke kelas
lain seandainya sang pelaku tidak mengaku. Mau nggak mau Octo tunjuk tangan,
daripada kelas tercinta dilikuidasi bu Hilma.
Bisa jadi karena dipaksa
mengaku kekesalan Octo memuncak, pada suatu kesempatan diirisnya salah satu ban
motor pak Midon sehingga terpaksa pak Midon harus membeli ban baru. Untung pak
Midon tidak mengusut siapa pelaku yang terlibat langsung maupun tak langsung
dan meminta bu Hilma untuk mengeluarkan yang terlibat. Kalau itu dilakukan
bisa-bisa kita tidak sempat melihat pak Oher si penjaga sekolah legendaris,
soalnya pisau untuk mengiris ban dipinjam Octo dari pak Oher.
Namun pak Midon tidak
tinggal diam, untuk memberikan efek jerah beliau memasukan golok ke dalam tas
saat mengajar, yang terkadang pangkal golok sengaja disembulkan sedikit.
“Macam-macam lagi! Biar
golok yang bicara!”, kira-kira itulah bahasa matematika yang ingin disampaikan
pak Midon.
Rizalie Chan,
..udah bozzz, hahahaha...., persis sama dengan jalan ceritanya, gimana kalau kita tingkatkan jadi cerpen juragan,,wkwkwk..
...karena setelah pak Midon keluar kelas, anak-anak singkong di kelas 2PP4 ketawa semuanya, bahkan ada yang ngelanjutin pacaran di kelas bro...hehehe...
...bahkan ada yang nyanyi-nyanyi dan nulis di papan ngikutin gaya sang guru tadi...wkwkwk...
...siap komandan, usulan kalau bisa buat kompilasi cerita lucu masa-masa di SMA yang dialami setiap angkatan bro, pasti menarik deh...
Sosehu Sonny ,
kalau cerita pengalaman selama diajar pak Midon gak bakalan selesai 7 hari 7 malem ..... kesian yg bacanya ..... hahahahaha
Men ente ade salah tulis dikit ..... kite belon kenal ama jurusan IPA tapi masih PasPal atawa PP, so 2PP4 gitu loh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar