Minggu, 11 Maret 2012

Vespaku

Widjanarko Budi '81

Ketika emak-emak Apadela belanja tahu susu Lembang ditemani Aria, kami yang babe-babe menunggu sambil ngupi atawa minum bajigur. Azwardi masih menemani sebelum kembali ke Jakarta menyetir mobil sendiri.

Azwardi pulang ke Jakarta karena ada undangan resepsi malam hari, dia tanpa membawa oleh-oleh Bandung soalnya waktu berangkat dia pamit hanya untuk beli rokok. Azwardi nggak berbohong karena memang dia ke Bandung untuk membeli rokok.

Ketika aku, Widjanarko Budi, diminta untuk menceritakan pengalaman di Apadela, 2 IPA 8, ini kesempatanku untuk menceritakan kehebatan vespa kesayanganku.
Widjanarko Budi, paling kiri

Si vespa selalu setia menemaniku pergi dan pulang sekolah, walaupun bukan vespa keluaran tahun terbaru namun vespaku selalu tokcer.

Kejadian 32 tahun lalu kira-kira begini. Pagi itu selesai mandi dan memakai seragam aku menghampiri si vespa, aku lap sedikit, nggak perlu bersih-bersih, percuma juga nggak ada yang naksir aku. Aku putar kunci kontak, dan mengengkolnya pelan, “brem …”, setelah itu aku gas-gas dikit, “brem … bremm … bremmm..”. Percaya kan vespaku tokcer banget.


Dengan vespa sebentar saja aku sudah sampai di sekolah, sekarang aku ikut-ikutan belajar, sambil menunggu bel pulang sekolah yang barusan berbunyi untuk selanjutnya menjumpai si vespa lagi.

Sekali lagi ya aku pemerkan kehebatan vespaku yang nggak pernah mogok, apalagi minggu lalu aku tune-up sekaligus mengganti busi baru, bensinnya juga penuh.

Nih, lihat nih, perhatikan baik-baik.
“Kok, nggak bunyi Bud !”.
Mungkin barusan aku ngengkolnya nggak kenceng, aku coba sekali lagi ya.
“Kok, tetep nggak nyala Bud !”
Mungkin gara-gara spionnya kotor, aku bersihin dulu ya, nah sekarang pasti hidup.
“Kok, tetep aja nggak bunyi Bud !”.

Aku engkol lagi, sekali, dua kali, sepuluh kali …. 15 menit kemudian ..., 1 jam kemudian ..., 5 jam kemudian …. 4 hari kemudian ..., 10 hari kemudian …. tetap aja nggak mau nyala, akupun mulai kesal, “Omennnnnnnnn …. lebay banget sih ngedit ceritanya !!!!”.
Temu Jidad Apadela  28/04/81, dakika: Yusuf Rizal, Budi masih pakai jambul, Brebet, Ibenk, Ari pacarnya Andrina, Dicky
Aku terpaksa berjalan di samping si vespa menuju bengkel terdekat di Bukitduri Tanjakan, malu juga diledekin kawan-kawan nenteng vespa mogok. Berat juga, apalagi jalannya menanjak. Untung tenagaku cukup kuat untuk menuntunnya ke bengkel.
Sang montir mulai bertanya, “Bensinnya ada nggak?”.
“Besin sih pul-teng”.

Si montir membuka kabel busi, diambilnya obeng kecil untuk mencungkil sesuatu. Akupun tertawa kecut, “Dasar Apadela isinya kunyuk semua!!!”, tetapi aku senang, Apadela telah memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Nggak apa-apa motorku mogok yang penting hidup Apadela!.

Pantesan aja si vespa nggak bisa hidup, soalnya diantara kabel dan businya disempal plastik.

Tidak ada komentar: