Sabtu, 28 Desember 2013

Carilah Kulit Sampai Ke Garut

Bis melaju melewati Situ Bagendit, salah satu bagian dari kota Garut, tempatnya mantan Bupati Aceng yang fenomenal.  Aria dan Iriana sebagai penunjuk jalan mulai ragu menunjukan arah ke rumah Tatik karena lupa-lupa ingat yang artinya banyak lupanya daripada ingat.

Di suatu persimpangan kami bertanya kepada sekelompok orang, yang nggak terduga terjadi, seseorang bukan hanya menunjukkan bahkan mengantarkan sampai di depan rumah dengan senang hati, ternyata bu Tatik ngetop banget di Garut, aku curiga jangan-jangan Tatik adalah salah satu istri mantan Bupati Aceng.


Meiyar, jago volly Smandel di era kami turut menyambut, istri salah satu pejabat tinggi kepolisian di negeri ini ternyata kampungnya di Garut. Entahlah dulunya dia kelas berapa?, yang pasti dia kagum dengan kekompakan Apadela, yang bisa bikin kelas lain ngiri. Ngiri yang sampai 7 turunan, sekarang baru 2 masih 5 turunan lagi!.

Shalat zuhur sudah kini giliran makan. Nasi liwet dalam periuk besar dibuka, sederet ikan asin peda terlihat, "Ciluuuuk ....... ba!", mereka menyambut. Yang barusan berciluk-ba disingkirkan ke piring kosong.


Meiyar memegang centong, bahasa tubuhnya menunjukan dia kelaparan, namun dia ingin berbuat baik dengan menawarkan nasi pertama ke pinganku, yang seperti ini patut dicurigai.
"Men, mana piring lu, sini gue isiin".
"Elo aja duluan, yang paling atas kan asin banget!".
"Justru itu!, tadinya gue mau ngerjain elo".
Tuh, kan apa aku bilang!, temen sih temen, curiga jalan terus!.

Ady, Rina dan anak-anak masih dalam perjalanan dari Bandung dijemput Inova, dan seperti biasanya datang terlambat dan nyasar ke sana ke mari. Kata Fiera, "Di Kerawang aja nyasar apalagi di Garut". Untung ada polisi yang berbaik hati yang bersedia mengantarkan. Soal makanan mereka nggak perlu takut kehabisan, Tatik menyediakannya banyak banget bisa buat makan orang satu kampung.


Perut kenyang giliran ngantuk datang, nasib baik berpihak kepada kami yang punya Syamsi, mantan penyiar radio gelap Veronica SW1. Dia bercerita tentang perjalan hidupnya yang dikemas dalam gaya stand-up comedy, lucu banget!. Nggak bisa aku ceritakan, panjang banget, bisa satu buku sendiri dan kalau dijual pasti harganya mahal.

Iriana Wihardja Gayanya syamsi n OeOen kompak niyee
Perjalanan dilanjutkan ke tempat kerajinan kulit, siapa tahu ada yang mau beli jaket, sepatu atau tas kulit. Urusan belanja Uun yang suka kalap, anaknya nggak diurusin sementara dia asyik belanja.

Lain Uun, lain pula Syamsi, dia mencari tas sandang. Yang dicari nggak ketemu, tas yang bukan terbuat dari kulit sapi atau buaya melainkan dari kulit nenek.

Ratih tersinggung, "Jangan begitu dong! Gue juga udah nenek-nenek!".

Tidak ada komentar: