Sabtu, 23 Agustus 2014

Betawi Punye Cerite



Hampir semua orang kalau mau ketemu kawan-kawan pasti senang karena bisa menghilangkan stress, namun hal itu nggak berlaku bagiku kali ini. Coba bayangkan dress code-nya gaya Betawi, celana bang Mandra, celana batik, dan baju koko. Aku sudah mencari celana batik di Sogo yang di bilang orang paling lengkap nggak ada. Mau nyolong jemuran bang Mandra nggak tahu alamatnya.



Dikasih alternatif, pilihannya lebih susah, celana warna hitam cingkrang, kaos oblong, gesper hijau besar, peci, sarung, dan golok. Di rumah yang ada cuma golok untuk masak yang masih di dalam kemasannya, nggak pernah dipakai.

Akhirnya aku menuju Admiralty Residence, di jalan Raya RS Fatmawati bermodalkan baju koko doang, hadiah ulang tahun dari kakak ipar. Nama yang punya rumah belum aku bocorin sekarang, entaran ye!, kata orang Betawi.



Aku sampai nyaris jam 12 gara-gara macet di tol JORR, tadinya aku pikir kok banyak banget yang diundang sampai jalan tol macet.

Di depan rumah berjejer sepatu dan sandal, pertanda aku harus membuka sepatu sebelum masuk ke dalam. Di luar sih sepi tapi begitu pintu rumah aku buka, terdengar deh kotekan mpok-mpok dengan kebaya encim dan kokokan abang-abang bergaya bang Jampang yang rame banget.



Nuansa Betawi semakin terasa dengan hiasan bilah bambu yang dibungkus kertas krep, apa ya namanya? aku nggak inget. Hidangan Betawi nggak mau ketinggalan, ada nasi uduk, asinan, dan ….. jengkol saudara-saudara!.

Berhubung aku haus, yang aku ambangi minuman duluan, segelas sudah aku tenggak, ternyata bir. Aku berharap mudah-mudahan nggak mabok. “Nggak mabok lah Men!, ini kan cuma bir pletok!”.

Kamu tahu kan aku tuh perhatian banget, makanya ketika main poto-potoan aku lihat yang punya rumah nggak ikutan, akupun memanggilnya untuk bergabung, “Kathy…., Kathy ….. ayo ikutan!”, yang punya rumah berlari untuk ikut main poto-potoan. 


Setelah selesai yang punya rumah bilang, “Men, gue Diah bukan Kathy!”, ya ampun, udah kenceng salah pula!. Jujur aja aku tahu yang punya rumah Diah Minarni tapi berhubung aku baru terkesimah dengan bawaan Kathy, makanya yang keluar dari mulutku Kathy. Kamu tahu kenapa aku terkesimah, soalnya Kathy bawa jengkol dan nggak tanggung-tanggung ada 2 macam, semur jengkol dan rendang jengkol.

Itulah sekelumit keakraban kami, komunitas pencinta kuliner Smandel, Tongtek namanya. Bisa membuat hati senang dan perut kenyang, namun meninggalkan kecemasan.
Bagaimana nggak cemas coba!. Gimana kalau acara berikutnya bernuansa Papua, masa sih aku datang cuma pakai koteka.


Najmiah Kosasih: Tks mas Chormen...ceritanya bagus....
Marcy: Mas Omen lucu cetitanya .. makasi bikin senang bacanya ..

Tidak ada komentar: