Minggu, 08 September 2013

7 Lilitan



Hari ini cita-cita Smitha tercapai yaitu menjadi pengantin. Cita-cita yang didambakan waktu masih TK. Pria yang menjadi pilihannya Ega.

Dulu waktu Smitha masih kecil, kalau aku makan pisang goreng bikinan Sumi aku suka bilang kepadanya, “Makan kupingnya".
Dia ketawa.
“Makan pipinya”.
Dia ketawa lagi.
“Makan matanya”
Dia ketawa lagi.
Sekarang Smitha heran kenapa dia ketawa sendiri kalau aku makan pisang goreng sambil ngomong seperti itu.


Pernikahan Smitha dengan Ega dilaksanakan dengan menggunakan adat Jawa, pastinya ada acara nginjak telur, dan lempar melempar daun sirih, masing-masing mendapat jatah 4 buah.
Sebagai pengapit pengantin pria bersama Ruli kami bertaruh, aku bilang Ega cuma bisa melempar 3 sirih yang mengenai Smitha, Ruli lebih persimis lagi, cuma 2 katanya.

Ternyata Ega hebat, dia bisa menyambit 4 sirih kena ke Smitha, sedangkan Smitha hanya bisa 3, yang satunya nyasar kena ke dadaku. Kalau yang ini rasanya karena Smitha sentimen.

Oh iya, adat Jawa kan keluarganya memakai beskap. Kalau pakai beskap pasti pakai stagen, kain yang dililit di perut.

Untuk Karris (sepupu Smitha) 7 lilitan stagen yang melingkari perutnya, aku 5 lilitan, Robby Bambang Subroto (bapaknya Smitha) 4 lilitan dan Ruli (pak de Smitha) ….. coba tebak berapa saudara-saudara?. Ternyata hanya 3 lilitan.
Ha ha ha …., sengaja aku tulis ha ha ha biar Ruli nggak marah.

Giliran pemasangan ikat pinggang. Ikatan pinggang Ruli nggak muat.
Ha ha ha lagi.
Untungnya juru rias membawa ukuran yang ekstra panjang, sehingga bisa dipergunakan oleh Ruli.

Malamnya ada resepsi pernikahan dengan undangan kawan Smitha dan Ega dengan menggunakan busana modern, Smitha terlihat cantik sekali, "Seperti Cinderella", kata Karris. 
Aku menimpali, “Hati-hati jam 12”.
Robby menambahi, “Kalau jam 12 nanti gue berubah jadi kuda”.
Aku kaget bukan kepalang, tadinya aku pikir jam 12 malam Robby berubah jadi labu.

Tidak ada komentar: