Jumat, 22 Juli 2016

Mengajar Tukik Berenang



Jelang senja kami berada di pantai Ujung Genteng, pantai yang banyak dinikmati oleh penyu untuk bertelur, dulu ada 6 species yang rajin sowan ke sini, kini yang datang cuma species yang itu-itu aja, penyu hijau tok.

Tanya punya tanya kepada penjual tiket masuk Area Pelestarian Penyu, hari ini kebetulan ada jadual pelepasan tukik, baru deh kita masuk dengan membayar 10 ribu per kepala, untung masing-masing orang kepalanya hanya ada satu.


Turun dari Elf harus memakai jas hujan atau payung, bakalan jadi asyik nih bisa bapoto dengan gaya agak lain, dengan jas hujan dan payung berwarna-warni, ada juga yang bawa payung polkadot, jujur bicara aku baru sekali ini melihatnya.

Pantainya bersih dan sepi, seolah menjadi pantai pribadi kapan lagi bisa begini, mantafs. Mulailah aksi di depan kamera, keren-keren ya.

Setengah enam sore tukik-tukik mulai dikeluarkan dari tempat penetasan, rumah sementaranya, sebelum dilepas ke lautan yang luas untuk menghirup air lautan dengan bebas merdeka.

Eh, ngomong-ngomong kamu tahu nggak perbedaan penyu dengan kura-kura?, nih aku kasih tahu ya.
Ada 3 perbedaannya, pertama penyu hidup di laut, kura-kura habitannya di darat, kedua kepada dan kaki penyu tidak bisa masuk ke dalam cangkangnya, sedangkan kura-kura insya Allah bisa, nah yang ketiga kakinya, kura-kura kakinya bulat yang dipergunakan untuk berjalan, termasuk berjalan di di dalam sungai, kalau penyu kamu pasti tahu dong, kakinya seperti dayung untuk berenang di lautan bebas merdeka. Oke, paham ya, jangan salah.


Eh, kok pantainya sekarang jadi agak ramai, mungkin mereka menunggu waktu pelepasan tukik di tempat lain atau mungkin minder dengan kita-kita yang merajai dunia perfotoan walaupun kelasnya baru sebatas Ujung Genteng.

Kami berdiri di belakang garis yang dibuat pelestari penyu menghadap laut yang konon dikuasai oleh Ratu Pantai Selatan, Nyi Blorong, eh bukan deng Nyi Roro Kidul. Tujuan garis yang dibuat oleh kaki si pelestari penyu adalah agar kita melepaskan tukik di atas pasir sehingga tukik berjalan ke arah laut sambal mencium aroma pasir Ujung Genteng, kelak 30 tahun lagi mereka kembali ke sini untuk bertelur.


Aku memegang si anak penyu dengan berhati-hati, takut terlepas, dag-dig-dug, eh ternyata di tukik menambahkan dengan pret. Pretnya jatuh ke tanganku, ibarat kata rejeki nggak kemana.

Seolah lomba berjalan di pasir para tukik berusaha untuk menjadi yang pertama masuk ke dalam lautan, tarikan ombak mempercepat usaha mereka. Alhamdulilah semuanya berhasil melintasi garis embarakasi pasir dan lautan, selamat berjuang penyu muda.


Saatnya tampilkan foto keindahan alam Indonesia kepada kawan-kawan melalui WA grup Ilalang, Ikatan Alumni Petualang Smandel, agar membakar minat mereka untuk beranjangsana ke sini, yuk kita kemon!.
Sambutan Ilalangers sungguh mereka antusias sekali atas kiriman foto-foto kami, komentarpun sungguh tidak terduga, “Omen, payung kamu keren!”.

Tidak ada komentar: