Sabtu, 14 Maret 2015

SMANDELERS Go to Taiwan




nah...sekarang kami tiba di Taiwan
 — at CIFOR.
Like ·  · Share

Dari markas CIFOR kami menuju penangkaran rusa, nama latinnya Cervus timorensis. Aku hafal nama latin beberapa hewan soalnya dulu waktu SMA karya tulisku tentang Taman Nasional Ujung Kulon, mau nggak mau harus menghafalkan nama latin penghuni asli Ujung Kulon sebelum dites oleh guru pembimbing, pak Dasril kalau nggak salah.

Sehabis memberi makan rusa dengan wortel yang harganya seribu satu ikat, isinya 3 biji kecil-kecil segede jari, kami menuju ke Taiwan Technical Mission Agribusiness Development Centre, sebuah institusi yang bekerja sama dengan IPB.


Di Taiwan TMADC kamu bisa melihat green house yang isinya berbagai macam bibit, tanaman sayuran dan buah buahan, ada juga tambak ikan, macam-macam deh.

Nah, yang ikutan kan banyak yang lulusan IPB, sekalian aja kita tes mereka lulus betulan nggak sih?. Azis sempat aku tanya tapi nggak tahu nama tanaman yang aku maksud, tapi dia punya jurus berkelit, alibinya, “Gue di IPB ngambil jurusan perikanan jadi nggak tahu soal taneman, lagian juga gue bukan dari IPB, Institut pertanian Bogor, tapi dari IPB, Institut Pesantren Bogor”. Ada-ada aja!.

Anak 74, cieh kita menyebutnya anak 74 walaupun Pamela pada tahun itu baru aja lahir, mulai mengeluarkan jurus lawaknya yang dimotori oleh bang Husni. Lucu banget!, nanti ada sebagian deh aku keluarin, kosa katanya 70an banget. Mas Endang bilang, lawakan bang Husni disimpan dari tahun 1974, dan baru dikeluari sekarang.





Puas melihat-lihat kebun kami menuju tempat penjualan sayur dan buah. Aku membeli 2 jenis jambu, mutiara dan kristal, harganya hampir separuh dari hari supermarket. Ada pepaya bulat seperti bola, berukuran bola sepak sayangnya tinggal satu, dibeli oleh Pamela untuk dimakan bersama, enak banget!.

Urusan sayur aku membeli buncis Perancis, mungkin karena bentuknya langsing. Aku jadi ingat kawanku orang Belanda yang bilang french fries itu karena bentuknya seperti orang Perancis yang langsing-langsing, kalau gendut disebutnya Dutch fries. Orang Belanda jangan marah ya!, yang bilang orang Belanda sendiri loh.

Aku suka masak buncis langsing ini, soalnya anakku yang kurang doyan sayuan jadi suka. Masaknya aku campur dengan daging giling terus dikasih bumbu lada hitam. Enak banget!.
Berhubung banyak yang membeli bunga pepaya aku ikutan latah membeli, padahal nggak tahu cara masaknya bagaimana?. Beli dulu, mikir belakangan. Nggak usah khawatir kan ada Profesor Google yang bantu mikirin.



Sudah puas?, dari Taiwan kami kembali ke rumah Pamela untuk shalat dan makan siang. Banyak yang berganti pakaian, malahan Nina pakai acara mandi, bisa jadi mandi wajib. Nina agak kerepotan untuk mengunci kamar mandi di lantai dasar, pasalnya pintu kamar mandinya sepasang, terkadang kalau terdorong dari luar bisa terbuka dengan mudah.

Nina berpesan kepada sesama perempuan yang duduk di sekitar kamar mandi, “Tolong jagain ya, takut ada orang yang nggak tahu ada orang lagi mandi di dalam, entar main masuk aja!”.
Aku turut memberi solusi kepada Nina, siapa tahu dapat pahala, “Nina, kalau mandi pintunya dibuka aja ……., biar ketahuan ada yang mandi di dalam”.

Tidak ada komentar: