Mukaku becek gara-gara
keringat, pertanda forest walk yang kami lakukan di hutan CIFOR (Center for International Forestry Research) lumayan jauh,
ketika kami tiba di jalan beraspal. Belok kiri masuk deh kawasan perkantoran
CIFOR.
Beberapa kawan satu
persatu memasuki kantor satpam di depan markas CIFOR. Aku pikir ada masalah
nih!, eh nggak tahunya pada antri buat pipis, karena perjalanan masih berlanjut, kali ini
suasananya seperti di Kebun Raya.
Dani, suami Pamela, melanjutkan
penjelasannya tentang CIFOR. Katanya kawasan CIFOR mirip kawasan diplomatik,
artinya hukum di Indonesia tidak berlaku di sini, so polisi nggak boleh seenaknya masuk ke sini.
Biasa deh kalau aneh
dikit, kawan-kawan mulai norak, ada yang bilang, “Yuk, kita foto-fotoan. Foto-fotoan
di sini kayak di luar negeri”. Bayangkan Riry belum datang aja sudah begini ,
apalagi ditambah Riry.
“Emang elo aja yang bisa
norak”, kata suara hatiku, akupun bertutur kepada kawan-kawan, “Yuk, kita
fotoan segembira mungkin nanti kita kasih judul Bahagia Tanpa Riry”. Sahabat tertawa,
pertanda setuju kita bahagia tanpa Riry.
Perjalan kami lanjutkan
melalui jalan setapak yang dilapisi con block sepanjang pinggiran markas CIFOR,
sudah pasti dibatasi dengan pagar pemisah, sebagai penegasan hukum di Indonesia
nggak berlaku di sini.
Melewati lapangan bola,
kolam renang, fitness center, sampai akhirnya menclok di kafetaria yang interiornya
hasil rancangan Pamela. Di Kafetaria kami menunggu kiriman sarapan oleh teteh
asisten rumah tangga Pamela yang membawa pastel, pisang rebus, bakwan, batagor
lengkap dengan sambal kacang dan cabe rawit. Itung-itung meeting point dengan
kawan yang menyusul. Aku absen deh, biar kalian tahu siapa aja yang sering
telat, mereka adalah Fifi, Riry, mas Endang, mas ...., dan Aziz.
Tiba-tiba hapeku berdering,
muncul nama Titik Budiarti, si teteh Garut.
“Men, kamu di mana?”.
“Aku di CIFOR”.
“Aku juga di CIFOR, kamu
di mananya?”.
Aku serahkan hapeku kepada
Pamela yang bisa mengarahkan Tatik dan Andy.
“Siapa Men?”, pertanyaan
hadirin kepadaku.
“Anak 81 dua puluh orang”.
“20 orang ???, banyak
banget ..!!!, ah … palingan 2 orang”, komentar Nina.
Kok tahu ya cuma 2 orang,
jangan-jangan Nina cenayang.
Beneran aku kaget Tatik
ikutan acara ini, dia bela-belain kabur dari penataran. Kok bisa?.
“Kan didoain di grup WA
Apadela sama Omen terus diaminin temen-temen, jadi aku bisa kabur dari
penataran ke sini”, Tatik menjelaskan.
Beginilah harapan kami lewat WA.
Beginilah harapan kami lewat WA.
Kania, “Kabuuuur …”.
Iin, “Tatik, klo mmg niat
kabur pasti bisa … hehehe ….”.
Jimbo, “Kabur aja Tat …”.
Andy, “Bila di niat kan
50% pekerjaan dah selesai… 50% bisa digenapkan jadi 100%.... jadi kesimpuannya …..
kabboooooorrrrr ….”.
Jimbo “Syetann… Semua nih
qiqiqi ….”.
the O, Mari kita berdoa
bersama agar Tatik bisa kabur”.
“Aamiin ….”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar