Sabtu, 14 Maret 2015

Doa untuk Kabur

Mukaku becek gara-gara keringat, pertanda forest walk yang kami lakukan di hutan CIFOR (Center for International Forestry Research) lumayan jauh, ketika kami tiba di jalan beraspal. Belok kiri masuk deh kawasan perkantoran CIFOR.

Beberapa kawan satu persatu memasuki kantor satpam di depan markas CIFOR. Aku pikir ada masalah nih!, eh nggak tahunya pada antri buat pipis, karena  perjalanan masih berlanjut, kali ini suasananya seperti di Kebun Raya.



Dani, suami Pamela, melanjutkan penjelasannya tentang CIFOR. Katanya kawasan CIFOR mirip kawasan diplomatik, artinya hukum di Indonesia tidak berlaku di sini, so polisi nggak boleh seenaknya masuk ke sini.


Biasa deh kalau aneh dikit, kawan-kawan mulai norak, ada yang bilang, “Yuk, kita foto-fotoan. Foto-fotoan di sini kayak di luar negeri”. Bayangkan Riry belum datang aja sudah begini , apalagi ditambah Riry.
“Emang elo aja yang bisa norak”, kata suara hatiku, akupun bertutur kepada kawan-kawan, “Yuk, kita fotoan segembira mungkin nanti kita kasih judul Bahagia Tanpa Riry”. Sahabat tertawa, pertanda setuju kita bahagia tanpa Riry.

Perjalan kami lanjutkan melalui jalan setapak yang dilapisi con block sepanjang pinggiran markas CIFOR, sudah pasti dibatasi dengan pagar pemisah, sebagai penegasan hukum di Indonesia nggak berlaku di sini.



Melewati lapangan bola, kolam renang, fitness center, sampai akhirnya menclok di kafetaria yang interiornya hasil rancangan Pamela. Di Kafetaria kami menunggu kiriman sarapan oleh teteh asisten rumah tangga Pamela yang membawa pastel, pisang rebus, bakwan, batagor lengkap dengan sambal kacang dan cabe rawit. Itung-itung meeting point dengan kawan yang menyusul. Aku absen deh, biar kalian tahu siapa aja yang sering telat, mereka adalah Fifi, Riry, mas Endang, mas ...., dan Aziz.


Tiba-tiba hapeku berdering, muncul nama Titik Budiarti, si teteh Garut.
“Men, kamu di mana?”.
“Aku di CIFOR”.
“Aku juga di CIFOR, kamu di mananya?”.
Aku serahkan hapeku kepada Pamela yang bisa mengarahkan Tatik dan Andy.
“Siapa Men?”, pertanyaan hadirin kepadaku.
“Anak 81 dua puluh orang”.
“20 orang ???, banyak banget ..!!!, ah … palingan 2 orang”, komentar Nina.
Kok tahu ya cuma 2 orang, jangan-jangan Nina cenayang.


Beneran aku kaget Tatik ikutan acara ini, dia bela-belain kabur dari penataran. Kok bisa?.
“Kan didoain di grup WA Apadela sama Omen terus diaminin temen-temen, jadi aku bisa kabur dari penataran ke sini”, Tatik menjelaskan. 

Beginilah harapan kami lewat WA.
Kania, “Kabuuuur …”.
Iin, “Tatik, klo mmg niat kabur pasti bisa … hehehe ….”.
Jimbo, “Kabur aja Tat …”.
Andy, “Bila di niat kan 50% pekerjaan dah selesai… 50% bisa digenapkan jadi 100%.... jadi kesimpuannya ….. kabboooooorrrrr ….”.
Jimbo “Syetann… Semua nih qiqiqi ….”.
the O, Mari kita berdoa bersama agar Tatik bisa kabur”.
“Aamiin ….”.

Tidak ada komentar: