Sabtu, 01 September 2012

Undangan ber-RSVP


Lusiaji Aris Prabowo '81

Hari ini agak istimewa karena sepulang sekolah aku mendapat undangan ulang tahun yang dicetak sangat lux, biasanya kalau ada kawan yang berulang tahun paling hanya bilang, “Aji, gue ulang tahun, gue traktir elu”, makannya juga nggak jauh-jauh di warung bu Imron atau somay Johny, agak jauhan dikit warungnya Mak Etek.

Aku buka undangan yang tercetak di atas kertas harum, dari Tati Rusmawarni yang berulang tahun ke-17, sweet seventeen. Tati sudah almarhumah 6 tahun lalu, beliau pencetus pengajian rutin angkatanku yang menjadi pengajian rutin pertama di lingkungan alumni Smandel. Terima kasih ya Tati yang membuat angkatan kita bangga karena selalu terdepan.
Bersama Smandelers 81

Selain harum, keterkejutanku bertambah, karena undangan tersebut ada tulisan R.S.V.P. gaya banget yang menjadi undangan berRSVP pertamaku, dan yang lebih mengagetkan ada embel-embel, NB: Wajib Memakai Batik.

Terus terang aku sudah coba semua batik ayahku, semuanya kegedean karena badanku waktu itu kecil banget, tetapi aku nggak perlu takut sebab ibuku pasti membelikan batik untukku, maklum ayahku pernah tinggal cukup lama di Eropa, jadi masalah etika pasti dipegang teguh.

Pelatihan Teroris

Singkatnya aku bersama Haryo, kawan sekelasku saat itu di 2 IPA 7, sudah berada di Cawang Baru Tengah yang letaknya nggak jauh dari rumahku di Otista.

Ternyata yang memakai batik nggak banyak, paling-paling hanya seperlimanya, ada beberapa kemungkinan, nggak punya duit untuk beli batik, nggak punya etiket, atau acaranya sudah bocor. Kayaknya karena acaranya sudah bocor deh!.

Kenapa aku bilang begitu, soalnya kan dulu kami masih malu-malu meong. Celakanya panitia ulang tahun yang dihadiri lebih dari seratus orang itu membidik hadirin dan hadirat yang berbatik.

Nah, kami yang memakai batik dikumpulkan di suatu ruangan, diberi arahan bagaimana cara berjalannya peragawan dan peragawati, kini aku tahu mengapa mereka banyak yang nggak berbatik, sayangnya aku nggak mendapatkan bocorannya. Sial!.


Gilanya kami harus berjalan berpasang-pasangan dan ….. bergandengan tangan, sayang seribu sayang aku nggak dipasangkan dengan ***, cewek yang aku taksir dulu. Aku tulis begini biar kamu penasaran aja!. Kamu pasti penasaran kan siapa cewek yang aku taksir?.

Aku dipasangkan oleh panitia dengan Puspita, panggilannya Ita, cewek yang rumahnya di samping sekolah, rumahnya selalu kompak dengan sekolah, artinya kalau sekolah banjir, rumah Ita pasti kebanjiran juga.


Kami harus berlengak-lenggok keluar ruangan dan kembali ke dalam ruangan, rasanya perjalanannya panjang banget.

Nah, awalnya aku malu banget bergandengan dengan Ita, apalagi Ita memegang tanganku sekenanya, berjalan di depan penonton yang ngeledikin kami. Itu awalnya!, lama-lama aku merasa lebih PD bahkan merasa di atas angin, soalnya aku merasakan Ita lebih malu lagi bergandengan tangan denganku.

Tidak ada komentar: