Sabtu, 15 November 2014

Mubes Tandingan



Mubes pertama lima tahun lalu aku nggak ikutan, sudah pasti aku masih ingat penyebabnya, nonton acara pentas seni sekolah si sulung dan pertandingan basket final antar SMP si bungsu, mereka bukan jailangkung, datang tak dijemput pulang tak diantar.



Kini di Mubes kedua aku justru yang diantar dan dijemput mereka. Namun karena anakku ada acara jam 9 suka nggak suka aku diturunkan di Jasindo kepagian, pukul 8.30, jadilah aku menjadi orang pertama yang datang selain panitia.

Aku datang sebagai peninjau sebab angkatanku berencana menghadirkan 5 orang sedangkan hak suara setiap angkatan hanya 4.

Enaknya jadi peninjau, peserta harus  khusyuk mengikuti acara Mubes, sementara para peninjau, sibuk meninjau ke sana ke mari, nggak ada beban.
 
Bersama Azis, Ketua Ikatan Alumni Smandel 2009-2014
Ketika aku meninjau area coffee break, eh ada Kura, Sulis, Rian, Goprin, Jati, Keong dan masih banyak lagi, sudah kayak bikin Mubes tandingan.
“Men, gue tinggal ambil white board buat bikin Mubes tandingan di sini”, Sulis memulai candanya.
“Chormen, elo dari zaman sekolah sukanya bikin tandingan”, Rian nggak mau kalah bacot.
“Eh, Rian, elo inget nggak waktu pak Amri di upacara bilang kita bikin OSIS tandingan!”, aku mengingatkan cerita lama yang nggak terlupakan, namun aku nggak berpanjang-panjang menuliskan cerita OSIS tandingan di sini, karena cerita tersebut sengaja dijual terpisah.

Di Mubes kali ini dipaparkan pertanggung jawaban Ketua Ikatan Alumni Smandel 2009-2014, Abdul Aziz, dan dilanjutkan dengan pemilihan Ketua Ikatan Alumni Smandel 2014-2019.
 
Bersama Kris, kepala plontos, saat Kris memimpin perolehan suara
Semula yang berminat menjadi calon ketua baru ada 4 orang, namun Rephy ’87 nggak bisa melanjukan keinginannya menjadi ketua karena terganjal AD/ART yang menyatakan bahwa alumni Smandel adalah yang bersekolah dari kelas 1 sampai 3 dan memegang ijazah SMAN 8, Jakarta, sementara Rephy kelas 1 di sekolah lain.



Salip menyalip perolehan suara dari kandidat ketua No. 2, Kris Edwin Chandra ’89 dan No. 3, Roy Matondang, seru banget, sementara kandidat No. 1, Sri Nugroho ’82 anteng di posisi ketiga sekalem pembawaannya. Akhirnya yang jadi Ketumbar (ketua umum baru) Roy “Omloy” Matondang, semoga bisa membawa Ikatan Alumni Smandel berlari.

Bersama Omloy 10 detik menjelang terpilihnya

Aku bisa menggunakan hak pilih, alias hak suara, karena salah seorang peserta angkatanku berhalangan hadir.

Nah, yang membedakan peserta dan peninjau adalah, peserta memiliki hak suara, sementara peninjau hanya memiliki hak duduk. Untungnya saat menikmati konsumsi panitia tidak membedakan, semuanya memiliki hak makan.

Tidak ada komentar: