Aku sampai menjelang azan
magrib berkumandang setelah menempuh perjalananan hampir 2 jam, nggak lama
setelah Deden, sementara Himawan sudah nyangkut dari tadi menyambut dengan
ucapan, “Men, kasihan tuh Deden, temen-temen belum ada yang kenal”. Dalam hati
aku menjawab, “Entar juga kenal sendiri”.
Teh manis hangat
membatalkan puasaku, nggak seperti biasa yang meneguk minuman dingin, dilanjutkan
dengan makanan basa-basi, arem-arem dan gorengan.
Imam shalat magrib
haruslah orang yang memiliki jabatan paling tinggi di angkatan kami, sudah
pasti Eko, dia jabatan dari dulu sampai sekarang sebagai Ketua OSIS.
Elly asyik mengatur
makanan ketika aku mendekat, “Men, elo musti nyobain nasi kebuli bikinan gue
dong!”.
“Pingin banget, tapi
jangan banyak-banyak gue mau nyobain yang lain”.
Tangan Ely trampil banget
meracik nasi kebuli buatannya, potongan kambing sengaja dipilihkan agak banyakan
untukku, emping dan acar sebagai pelengkap. Enak banget.
“Enak banget Ly, Roy elo
musti coba nasi kebulinya Elly”.
“Wah, boleh dicoba nasi
kebuli buatan Elly”, Elly mulai meracik. Roy juga sependapat denganku, enak
banget!. Sebentar saja Elly sudah memiliki dua jempol dari aku dan Roy.
Minuman kelapa muda sudah
aku lirik dari tadi bahkan sebelum waktu berbuka, sayang sudah diberi gula, aku
lebih suka rasa kelapa muda original, bisa bikin gregetan soalnya. Rike di
sampingku ketika aku menuang untuk kedua kali, “Men, kelapa mudanya manis ya?”.
“Manis Ke!”.
“Kalau dimasukin ke sini
nggak apa-apa kali ya!”, akupun membantu mencarikan daging kelapa muda untuk
dimasukkan ke dalam gelas air mineralnya.
Kesibukan setiap orang
berbeda-beda, Iriana dan Bucip sibuk mendiskusi reuni SMP 3, Arief dan Febru
sibuk motret, yang lainnya sibuk dipotret, sudah ketularan!. Sementara Syamsi
sibuk nyosor sana nyosor sini, nggak perempuan, nggak laki.
Malam semakin larut masih
saja ada yang baru datang, Jaya, Wilem, Rio, Berty dan kawan-kawan. Rio masih dengan
gaya klimisnya, dari zaman SMA dia selalu rapi, dengan celana model rimple,
kali ini Rio berkemeja koko menutupi celana bagian atasnya, Deden
menyingkapnya, “Busyet deh celananya masih model jaman dulu, model
cubit-cubitan!”.
Restoran Bang Jiang tempat
kami bukber tidak tertutup untuk pengunjung lain, asal si pengunjung nggak merasa
terganggu dengan ulah kami.
Ketika seseorang pulang,
dengan akrabnya Berty, pendeta yang sering nongol di layar kaca, menyalami, “Gimana
kabarnya?”.
“Baik!, mari pak!”, jawab
orang tadi.
Berty si pendeta berbisik
kepadaku, “Men, barusan yang gue salamin siapa? Kok manggil gue pak”.
Pendeta juga manusia,
akupun menjawab, “Berty yang barusan elo salamin ...... orang lain!”.
Willem Teddy Usmany Hehehe...., si Berti so akrab tuh...!
Elly Muflihah
hahaha....lucu juga, makasih um Men...pujiannya, gw puazz bangetz klo pada suka nasi kebuli buatan gw...gak sia-sia ngejar2 ''Balibu'' sampe ke ps klender...skrg tinggal pesen tlp n di anter....makasih jg infonya ''si jurkam (juragan kambing)'' um bethon n um Hendra.....
elly muflihah
albert_sondang@yahoo.com
Hahahaha....yg ringan dan jenaka!Willem Teddy Usmany Hehehe...., si Berti so akrab tuh...!
Elly Muflihah
hahaha....lucu juga, makasih um Men...pujiannya, gw puazz bangetz klo pada suka nasi kebuli buatan gw...gak sia-sia ngejar2 ''Balibu'' sampe ke ps klender...skrg tinggal pesen tlp n di anter....makasih jg infonya ''si jurkam (juragan kambing)'' um bethon n um Hendra.....
elly muflihah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar