Jumat, 24 Agustus 2012

Gue Juga Bisa!


Kecintaanku mendaki gunung berawal saat aku duduk di 2 IPA 8, kamu ingat aja namanya Apadela!. Serunya setelah turun gunung bersama kawan sekelasku Aria dan Vivi, esok harinya selepas upacara bendera kami harus ulangan kimia yang diajar oleh pak Tatang.

Ulangannya hanya 10 soal yang dibacakan langsung oleh pak Tatang dan kami harus segera menjawabnya di kertas ulangan, jawabnya harus cepat karena beliau hanya membacakan 2 kali sebelum masuk ke soal berikutnya. Gila!.

Selesai ulangan kami harus mengangkat kertas jawaban tinggi-tinggi untuk diserahkan kepada kawan di sebelah kanan, begitu seterusnya sebanyak 5 kali, yang ada di hadapanku kertas ulangan kawan yang berada 5 bangku di sebelah kiriku. Pak Tatang memberi jawaban dan kami harus menilai, dilanjutkan dengan memanggil nama murid untuk dimasukkan hasil ulangannya di buku nilai. Angkanya do, re, mi, fa, sol.

Anna Lutfiana, murid yang paling pandai di kelasku yang sekarang menjadi dokter ahli syaraf mendapat nilai 4. Nah, yang paling pintar dan nggak naik gunung aja nilainya segitu, bagaimana yang naik gunung?.

Pak Tatangpun berkenalan dengan yang naik gunung karena merekalah yang justru mendapatkan nilai terbaik. What!!!.
Aria Mandala dapat 6, Vivi Muvida memperoleh 7 dan aku sendiri dapat 8.
“Yang namanya Chormen yang mana?”, pak Tatang ingin kenal.
“Saya pak!”, jawabku sambil menunjuk tangan.
“Oh, yang itu”, sambil menatap wajahku untuk dihafal, gampang kok!. Putih, tinggi dan ganteng!. Gampang ya?.

Itulah sebabnya aku mudah banget mengajak kawan naik gunung, “Naik gunung bikin orang pinter”, bahkan menular ke kelas tetangga, Apadela juga, 1 IPA 8 angkatan 82.

Nah, ada satu kebisaan pak Tatang yaitu memberi quiz dengan menulis pertanyaan di papan tulis, bagi yang menjawab dengan benar akan mendapat nilai tambahan +1.

Kali ini beliau mengambarkan bangun senyawa organik, kami diberikan kesempatan mengadu keberuntungan, nggak ada yang betul jawabannya.

Sekali lagi beliau menulis soal, kali menulis nama senyawa organik, sambil berkata, “Nama senyawa organik yang saya tulis  salah, yang benar apa?”.
Nggak ada yang berani maju, karena nggak ada yang tahu jawabannya, dan nggak ada yang nekat kecuali … aku.

Aku mulai menulis jawaban di papan tulis ketika pak Tatang bilang, “Kalau benar dapat ples 1 kalau salah dapat mines 1, nah, kalau kamu takut dikurangi 1 mending duduk aja!”.
Kawan yang duduk di bangku depan bilang, “Men, duduk aja daripada dikurangin 1!”, “Men, nekat juga lo!”, “Gokil lo!”.

Singkatnya aku bisa menjawab dengan benar dan mendapatkan nilai +1. Kamu mau tahu rahasianya? And … the secret revealed (after 30 years).

Karena aku dianggap pandai oleh pak Tatang, persiapanku harus matang, aku selalu belajar sebelum pak Tatang mengajar termasuk berajang sana ke kelas 2 IPA 6 yang sebelumnya diajar pak Tatang, ketemu Sugiarto, salah satu orang terpandai di angkatan 81, sekarang menjalankan bisnis apotik di Bogor. Dia bilang bahwa ada quiz dan memberitahuku soal dan jawabannya, ha ha ha.

Gue juga bisa kalau begitu! Gue aduin pak Tatang ah!