Jumat, 17 April 2015

Wisata Museum



Tiga dekade lalu seorang kawanku ogah banget ketika ditawari untuk mengunjungi beberapa museum di Belanda, “Nggak asyik banget!”, ujarnya.

Kini giliran aku membaca itinerary jalan-jalan ke Surabaya dan Malang dari tanggal 17-19 April 2015  bersama Feds yang isinya mengunjungi 3 museum, kalau aku pergi sendiri aku bakalan bilang, “Idih, males banget!.

Museum pertama yang kami kunjungi Museum Sampurna di Surabaya, dari namanya kami bisa menerka jeroan museum ini pasti isinya berkisar rokok merokok. Lokasinya di paberik rokok Sampoerna yang pertama. Kalau kamu membaca tulisan paberik itu memang aku sengaja biar lebih kental nuansa museumnya, jadi bukan karena salah ketik, paham ya!.

Pintu museum dibuka dari dalam oleh 2 dara manis, aroma menyambut kami, “Tembakau”, ujar beberapa dari kami. Bel di dalam hatiku berbunyi, “Tet ..tot”, salah. Walaupun di ruangan ada beberapa keranjang tembakau tapi buka aroma tembakau yang dominan melainkan aroma cengkeh yang menyengat. Semeriwing cengkeh sampai ke lantai 2.

Kita mulai dari lantai 2, seolah berdiri di balkon kamu bisa melihat aktifitas pabrik rokok beneran dengan peralatan zaman dulu lengkap dengan buruhnya, kalau kamu datang antara pukul 8 sampai pukul 13, kamu juga bisa membeli merchandiser. Di lantai 1 ada laboratorium, oven pengering, drum band Sampurna yang berjaya di era awal 1980an, dll. Di museum ini kamu nggak perlu takut kepanasan karena ruangannya pul AC.

Museum berikutnya, Museum Angkut di Batu, Malang. Namanya museum angkut ya isinya alat angkut  dari becak, gerobak, delman yang made in Indonesia, replika sepeda dengan ban mati, mesin uap, motor, mobil, dll, dan nggak ketinggalan kendaraan yang menjadi saksi sejarah perang dunia.

Buatku yang menarik Mercy Batman, Mercedes Benz tahun 1960an berwarna hitam dengan 2 ujung bagian belakang runcing seperti mobil Batman, aku dulu pernah punya soalnya. Kalau nyetir mobil itu serasa menjadi orang paling kaya di dunia.

Nah, nggak mau kalah sama isi museum, Feds memakai dress code zaman dulu di era 1950an, mereka bikin video clips segala. Bagus dan kreatif!.

Museum yang ketiga adalah Museum Malang Tempo Doeloe, sayangnya si empu museum yang merangkap pemilik rumah makan di sampingnya menutup museum dan restoran untuk persiapan acara khitanan pemiliknya, eh putra pemiliknya. Kami kecele!.

Sebagai hadiah hiburan kami diperkenankan berfoto ria dengan tempat makanan kaleng yang biasa dipakai penjajah kue baskom, bagus buat foto-fotoan.

Sayang ya museumnya tutup. Mungkin si pemilik punya alasan …… takut isi museumnya kalah antik dibandingkan kami.

Tidak ada komentar: