Minggu, 11 Agustus 2013

Sepasang Sumpit



Aku kaget banget sewaktu membuka facebook, ada sebuah message yang aku buka tenyata dari Mei dan Yani, 2 TKW yang pulang kampung, TKW itu sebutan mereka sendiri loh!. Kicauan mereka di FB rame banget.

Arief Mooyoto reuni lulusan SLB kelas cacat mental permanen...
Yani tinggal di Den Hag, Belanda, bersama suaminya yang orang Belanda, penjajah Yani menyebutnya. Sementara si Mei kawin sama orang Amerika dan menetap di Texas.

“Kok, kamu nggak pernah cerita ada lagi yang tinggal di Belanda dan Amerika selain Jhnonk dan Liza!”, istriku bertanya saat aku mau ketemuan dengan Yani dan Mei.
“Kalau yang ini bukan Smandel 81 tetapi angkatan 82”, jawabku.

Sebelum berangkat dari rumah aku berkali-kali mengubungi Arif Mooyoto, kawan seangkatanku yang dicari-cari oleh 2 TKW, eh, nggak diangkat-angkat. Waktu aku sampai di tempat pertemuan, di salah satu kedai kopi di Plaza Senayan, Arif Mooyoto sudah sampai di situ.
“Men, kalau gue angkat telpon elu, nanti mereka tahu dong gue datang ke sini”, begitu penjelasan Arif.
Dasar kunyuk!.

Arif baru saja menjenguk Krisna ’77 yang di rawat di rumah sakit karena dbd, besuknya bareng Beton yang juga ikutan ke Plaza Senayan. Lewat tulisan ini aku doakan, semoga Krisna lekas sembuh.

Nah, si Beton mendapat julukan naughty dari Peter, suaminya Yani.
“Naughty itu apaan?”, Beton bertanya kepada aku, Arif dan Yati.
“Naughty itu cowok macho, pokoknya cool banget deh!”, Yati si kembaran Yani menjelaskan.
“Kalau begitu bagus dong!”, kata Beton si naughty.
 
Special evening with old friends from high school

 Aku tersipu saat Yani bercerita kepada kawan-kawan tentang aku, “Aku dulu suka diganguin Chormen kalau main basket!, kalau sudah deket ring dia suka ngagetin, Hayo loh! Hayo loh! Bikin orang grogi aja!”.
Itulah makanya Apadela juara umum class meeting.

Kami asyik bercanda sedangkan Azis ‘82 serius banget berbicara dengan salah satu rekan kerjanya. Setelah bergabung lagi Azis menjelaskan, “Tuh orang curat karena baru dipecat dari kantornya”.

Mei akhirnya datang juga bersama dua putrinya, Ian ’80 dan keluarga, Dani ’80 dan keluarga, jadi semakin ramai deh!. Sementara aku khawatir Karris, anakku, belum datang menjemputku, aku telpon dia.
“Karris, kamu sekarang ada di mana?”.
“Aku ada di belakang papa”, jawabnya. Oala sudah sampai rupanya.



Anak-anak ngumpul dengan anak anak, orang tua ngumpul dengan orang tua, TKW dengan TKW.


Senang rasanya setelah lebih dari 32 tahun bertemu kembali dengan Mei dan si kembar, Yani dan Yati. Jujur aku ngak kebayang tampang Mei dulu waktu SMA. Dani membantu mengingatkan, “Mei dulu rambutnya dipotong pendek, dulu tomboy banget!”.
Mei sekarang takut banget dibilang tomboy, soalnya dia nggak suka anak-anaknya jadi tomboy.

Kalau Yani dan Yati gampang mengingatnya zaman SMA, mereka yang kurus tinggi suka jalan berdua, ngebayangin mereka berdua .............? Lihat aja sepasang sumpit.




Arief Mooyoto Hahahaha... kocak! kunyuk jg lo Men...
Vivie Muvida, salam buat si kembar men   critanya seruu deh...ha ha

Tidak ada komentar: