Jujur omong aku nggak suka
dengan pepes apapun namanya, tetapi setelah merasakan pepes jambal di Warung
Pepes Jambal Walahar H. Dirja di Bendungan Walahar penilaikanku terhadap pepes berubah, enak
banget!.
Sayangnya aku ke sana
nggak sempat mengajak kamu, namun tulisan ini mungkin bisa meringankan
langkahmu membawa lidahmu bergoyang Kerawang. Jangan berprasangka negatif dulu
ya!, yang aku maksud mengoyangkan lidahmu untuk menikmati lezatnya masakan
Kerawang.
Keluar dari pintu tol Kerawang
Timur kamu belok ke kanan, nggak berapa jauh belok lagi ke kanan ke arah pabrik
Texmaco, begitu melewati bendungan Walahar, sampai deh di Warung Pepesnya H.
Dirja yang memulai usahanya di tahun 1985.
Berhubungan aku baru saja
menghadiri halal bi halal Esempe, aku hanya mencoba pepes jambal dan pepes
oncomnya. Sebagai teman makan pepes tersedia nasi timbel, lalapan dan sambal
pedasnya yang bisa bikin lupa diri.
Minuman yang pas kelapa
muda dengan gula cair dan es batu yang disajikan secara terpisah. Aku lebih
suka kelapa muda dengan rasa apa adanya, original,
orang bule bilang. Rasa manis, campur sedikit asam bisa membikin yang
meminumnya merem-melek.
Wisata kuliner ini aku
ditemani Iriana, Ratih dan Purnomo untuk mencari lokasi halal bi halal Apadela.
Warung Pepes Walahar dari sisi makanan plusnya banyak banget, tetapi dari sisi
tempat terkesan agak kumuh. Mempertahankan nuansa pedesaan kata sopannya. Harus
cari tempat lain tapi makanannya dari sini, bisa nggak ya?.
Sebagai barang bukti aku
ke sini aku pesan beberapa jenis pepes, sewaktu aku mau bayar, ternyata sudah
dibayar oleh Purnomo yang membawa kami. Tahu begitu aku pesan yang banyak!.
Sekarang aku ceritakan
tentang Purnomo, kawan sekelasku. Dulu kalau pertandingan olah raga antar kelas
dia selalu kebagian tugas di pinggir lapangan sebagai pemberi semangat. Gayanya
culun, sopan dan formal, nggak pernah ngomong “gue”.
Saat ini dia masih masih mempertahan gaya lamanya, waktu pertama kali berjumpa setelah lebih dari 30 tahun berpisah
dia memanggil aku “pak Chormen”. Pakaiannya kemeja dan bercelana hitam bergaya formal.
Aku yakin seumur hidupnya dia belum pernah memakai celana jeans. Aku berani
bertaruh untuk itu.
Ada sedikit metamorfosa,
Purnomo agak funky, dia menyetir mobil
tanpa menggunakan sambuk keselamatan, sewaktu aku tanyakan dia menjawab, “Di
Kerawang tidak perlu pakai seat belt,
kecuali kalau saya menyetir di jalan tol”. Eh, begitu masuk jalan tol, tetap
aja dia nggak pakai sabuk.
Satu lagi nih!, di jalan
raya ada rambu dilarang belok ke kiri, eh si Purnomo dengan tenangnya belok ke kiri,
berjalan contra flow yang membuatku
bangkit dari kursi dan menyebut “Astagafirullah”, sambil mengurut dada.
Purnomo, elo bener-bener funky
banget sekarang!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar