Minggu, 19 Desember 2010

Awas Copet

Entah angin apa yang membisikiku untuk menelpon Himawan, tanpa bilang “Hallo” atau “Assalamualaikum” serta-merta di speaker hapeku terdengar, “Men, elo mau ngajakin ke pengajian? Gue ikutan!”. Yakin sekali kalau aku akan mengajaknya kembali ke jalan yang benar, atau itu akal-akalan Himawan untuk mengalihkan pembicaraan, karena takut aku menagih hutangnya. Pis men!.

Di hari H, kami memang pergi dengan satu mobil, aku yang nebeng, setelah aku memarkir kendaraanku di Mega Mall Bekasi. Lebih enak karena ada teman berbincang, daripada janjian bertemu di sekolah. Kalau dia ke sekolah, kalau enggak?.

Mobil Himawan masuk ke halaman sekolah setelah pintu pagar aku buka dan bumper belakang mobilnya beradu kekuatan dengan cagak besi. Kami datang agak terlambat, shalat ashar berjamaah dahulu, aku yang jadi makmum, selanjutnya bergabung dalam acara pengajian Smandel 87.

Ceramah yang diberi judul Iman, Ilmu dan Amal adalah bagian pertama dari trilogi ceramah Aqidah yang akan dibawakan selama 3 kali oleh ustad Musnar di hari Sabtu minggu ketiga. Materi dan cara membawakannya bagus, bahkan dilengkapi dengan kasus untuk dibahas bersama. Kasusnya begini, seorang Raja mempekerjakan tukang kebun yang bertugas untuk merawat kebun, suatu sore anak Raja yang masih balita bermain sendiri di kebun karena sang baby sitter tertidur, tiba-tiba sang balita masuk sumur. Walaupun mengetahui si tukang kebun tidak bertindak dengan alasan tugasnya hanya merawat kebun.

Aku sempat berdiskusi dengan Himawan, kesimpulan kami yang salah Raja kenapa membuat sumur di kebun. Lagian hari gini Raja masih pakai sumur!.

Acara foto-fotoan juga ada, kali ini aku pasrah aja! Masa sih mau berlari-larian di mesjid.

Mendekati setengah enam ceramah dan diskusi selesai. Kami utarakan keinginan kami, aku yang jadi juru bicara,  untuk bisa mengikuti acara pengajian selanjutnya.Zubed, ketua pengajian Smandel 87, dengan senang hati mengijinkan bahkan menganjurkan untuk mengajak alumni yang lain.

Bada magrib kami berajak pulang setelah bermain petak-umpat dengan kunci mobil Himawan, penemunya Mei. Tadinya pemilik kunci mau dikerjain, berhubung yang kehilangan kunci senior batal deh niat ngerjainnya. Alhamdulillah!

Aku diturunkan Himawan tidak dengan paksa di lampu merah tikungan masuk ke arah tol Cikampek. Sebelum turun aku bilang ke Himawan, “Wan, tungguin sebentar gue mau nyiapin uang, takut kecopetan”, sambil mengeluarkan selembar rupiah berwarna biru dari dompet untuk kutempatkan di saku kanan celana jeans.

Diluar dugaan jawaban Himawan penuh kebapakan, mungkin gara-gara baru ikut pengajian, “Men, elo tenang aja, sekarang Jakarta aman, gue yakin elo nggak bakalan kecopetan, soalnya .... justru elo yang dikira copetnya!”.


Hendra Gunawan Marsilan,
Men...gw suka menantikan reportase ente yg kaya' gini nih...tulisan ente ringan , lucu , ada ledekan2nye tapi bermakna banget....cakep bro....

Himawan,
Chormen makasih ceritanya, cerita sederhana tapi kalau kau yang tulis semua terasa hidup, cuma satu yang gw tanya, habis nurunin loeh pas mau bayar tol dompet gw nggak ada di saku celana, apa loe yang mindahin ? Isi boleh di ambil Men, tapi mohon KTP, SIM, dan kartu-kartu lain, mohon segera dikembalikan, pliiis.

Salam canda,
Himawan

Hendra Gunawan Marsilan,
wuahahaha...lucu komen elhu Wan.....bener tuh dompet raib...??? Chormen abis ngaji aje berlanjut hobbynye...apalagi abis nge dugem ye Wan...???? salam canda juga ...piss Men

Lizarina Lubis,
I agree....
Brought smile at the end....
Thx bang Omen....outstanding....

~lhalida~

Himawan,
Seilmu seperguruan jangan buka rahasia. Guru kita sama.

Tidak ada komentar: