Sabtu, 14 Januari 2017

Itinerary: Mencari Jamur Bersinar Halimun



Dari pintu gerbang di persimpangan jalan menuju Citalahab, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, hanya berjarak 9 km, dengan mobil dibutuhkan waktu hampir 1 jam karena jalanan berlubang di sana sini. Mobil Elf sewaan kami berkali-kali bumpernya menatap jalan karena begitu dalamnya lumbang yang harus dilalui. Untungnya sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan alam yang Indonesia banget, bahkan desa yang kami lalui tertata keren.


“Asyik banget ya kalau naik flying fox bisa cepet sampai”, begitu kata Rachma setelah melihat 3 buah tali terbentang dari bukit ke bukit.
“Rachma, emang mau mati apa?, itu bukan flying fox, tapi tiang listrik”, Riry menjelaskan. Tanda-tanda Rahma kehabisan oksigen dan perlu nafas buatan sudah terlihat.


Sampai deh di homestay Citalahab, tempat menginap Plan B, untuk ishoma. Kamu berpikir Plan A pasti lebih bagus, ternyata yang dimaksud Plan A adalah menginap di tenda, biar nuansa alamnya lebih dapet begitu alasannya. Padahal Plan B tempatnya hangat, tersedia kasur dan selimut, ada kamar mandinya juga. Begini nasib kalau NinAd yang menjadi EO, kalau bisa dibuat susah kenapa harus mudah?, sesuai motto.

“Men, aku pesen makanan dari homestay tapi ibunya bilang karena lokasinya terpencil dari mana-mana, cuma bisa nyediain telur dadar dan nasi aja, tapi kita bawa makanan cukup banyak kok”, NinAd menjelaskan. Aku jadi teringat perjalanan bersama Apadela, kelasku 2 IPA 8 Smandel 81, ke Beijing dan Shanghai 3 tahun lalu, kawan-kawan ada yang nggak suka ikan, ada yang nggak suka ayam, ada yang nggak suka bebek, tapi giliran telur dadar pada demen semua, jadi selama dalam perjalanan kami makan telur dadar 3 kali sehari deh.


Habis makan kami mendirikan 7 buah tenda, dilanjutkan dengan acara utama trekking dari Citalahab menuju Cikaniki melewati jalur peneliti dipandu oleh pak Asep dan Syaiful petugas Taman Nasional.

Sepanjang perjalan kedua petugas menjelaskan jenis tumbuhan, yang bisa dimakan sampai yang tidak boleh disentuh karena getahnya beracun yang menyebabkan kulit terasa panas selama 1 kali 24 jam.

Aku sempat mencoba memakan begonia, rasanya  mengetarkan seluruh tubuh karena begitu asamnya, seperti belimbing wuluh. Pak Asep bilang bisa dimakan, bukan berarti enak dimakan.

Jalur yang kami lalui nggak terlalu panjang hanya berjarak 1,8 km, kira-kira 1,5 jam perjalanan karena asyiknya melihat owa Jawa dan surili bercengkrama di atas pepohonan, menikmati jenisnya air yang menurut pak Asep berdasarkan hasil penelitihan airnya lebih bersih daripada air mineral kemasan.


Kami sampai di lokasi canopy trail yang tidak layak dinaiki karena harus diperbaiki, jamur bersinar bertebaran di sini, belum terlihat sinarnya karena hari belum gelap. Kami bisa saja menunggu gelap di sini namun petugas menyarankan kami beristirahat di Cikaniki Research Station yang berjarak 100 meter, karena kurang tepat saat magrib berada di dalam hutan.
Cristiano Ronaldo aja yang lagi asyik main bola begitu magrib disuruh pulang oleh emaknya.



Tidak ada komentar: