Jumat, 25 November 2016

Program Baru Alumni Smandel



Habis mengambil wudhu aku menuju tempat shalat Jumat yang cukup jauh dari rumahku, Menara Bank Mega di jalan Kapten Tendean, nggak harus buru-buru karena jalanan cukup sepi.

Selesai Jumatan aku menemui kawan-kawanku, Smandelers, di lantai 19 gedung yang sama. Seperti nggak ada bahan pembicaraan, hampir setiap kawan yang kujumpai memulai pembicaraan dengan topik yang sama, seolah terkena hipnotis.

Kira-kira penata gayanya yang mana?


Mbak Tuti, Marcy dan Ati angkatan 1962, “Men, jadinya kapan nih kita city tournya?”.
Endang Mariani, dedengkotnya angkatan 1984, “Ayo dong kita jalan ke Derawan”.
Riry 1983, “Jangan sampai sakit, awal tahun kita ke gunung Halimun”.
Rian 1982, “Jangan ke Sarwana dulu deh, Kiluan lebih bagus”.
Toety 1973, “Kamu kalau pergi nggak pernah ngajak-ngajak, eh nongol cerita mandi telanjang bulat, mana fotonya bagus-bagus lagi. Ke gunung Prau udah jadi?”.
Sedih deh, rasanya aku sudah dianggap mereka seperti kaki seribu.

Pengarah gaya Yuswanto, "Men, tangan elo satu ditaroh di pundak Indil, satu lagi bang Aziz"


Mas Wahyu 1974 sempat bercerita kepadaku bahwa rencana tanam pohon diundur setelah acara Save Earth di Manggala Wanabakti karena namanya juga Save Earth acaranya seharusnya diakhiri di alam terbuka, rencananya tanam pohon di gunung Pancar dengan lokasi yang cukup luas yang kelak didirikan tugu alumni Smandel. Lokasinya nggak jauh dari camping ground.
“Kalau gitu kita bikin Jambore Alumni Smandel aja mas di sana, paginya trekking dan nanam pohon”, begitu usulanku.

Selesai acara makan siang, dan foto bersama, mas Wahyu memberika sekelumit acara Save Earth di sela pembicaraannya sempat bertanya, “Jadi setuju nih kita membuat Jambore Alumni?”.
“Setujuuuu”, jawab kami kompak.
Riry menambahkan, “Ya jelas setujulah, orang yang datang ke sini muke Jambore semua”.

Suasana santai pas banget buat tukar pikiran, sempat sih AA, sebutan dari Abdul Aziz, mengungkapkan kekagumannya kepada angkatanku, Smandel 81, yang punya banyak acara, “Kemarin aja bikin acara nobar dengan Christine Hakim”.

Memang sih kegiatan Alumni Smandel agak lesuh akhir-akhir ini, AA punya pemikiran buat aja acara yang ringan-ringan abis gitu setiap angkatan bikin acara seperti Festival 8, 6 tahun lalu.
“Men, bikin acara lagi dong kayak acara spontan Jalan Jalan Pagi di Kebon Raya Bogor, walaupun spontan tapi pesertanya banyak juga, kita bikin lah di Monas”, AA memintaku.
“Eh, kalau gue lempar semuanya pada nyamber ya jangan diem aja”, jawabanku.
Harus begitu memang, ada gula ada semut. Kalau ada kompor ada apanya?. Ada sumbuh, ada minyak, ada korek. Salah dong!, ada kompor ada meleduk.

Bikin acara sih nggak sulit, aku panggil aja Rian mendekat dan tinggal bilang, “Acaranya ke Kota Tua ya, Rian yang jadi EOnya”, beres deh.

Kesepakatan acara Kota Tua sudah ditetapkan, tapi justru itu yang merepotkan, pertama: dress code blues putih, aku ngak punya jadi harus beli. Kedua, pelaksanaannya tanggal 3 Desember, aku udah skip acara arisan RT makan siang di Purwakarta pada tanggal itu karena ada kumpul anak Elektro 81, memang sih hampir cowok semua namun biar bagaimanapun mereka tetap ngangenin.

Ternyata membuat pose di atas tak semudah yang dibayangkan


Acara akan siang di kantor Abdul Aziz ini diadakan secara sepontan, tanpa undangan, hanya berupa ajakan, lumayan 20an orang yang datang, biang rempong semua, AA tidakkeberatan acara makan siang bersama ini diadakan secara berkala sebagai program baru Alumni Smandel.
Programnya apa namanya?.
Mewakili kawan-kawan aku sampaikan nama programnya adalah “Perbaikan Gizi Alumni Smandel”.


 [25/11 23.58] Wahyu Suhendar 874: Keren beritanya , padat, singkat dan menarik, tks
[26/11 03.26] Yuswanto: Ngak kren ah ngak ada ane
[26/11 04.06] Marcy Sugeng: Tks mas Omen ... 👍
[26/11 04.53] Wahyu Suhendar 874: Marahin aja om yus, masak dah bantuin foto gak di masukkin namanya....terlalu om omen tuh
[26/11 04.54] Yuswanto: 😬😬😬

Tidak ada komentar: