Sabtu, 29 November 2008

Apadela, Persahabatan Lintas Kelas dan Lintas Angkatan

Banyak di antara kita mengenang saat SMA sebagai masa paling menyenangkan, persoalan hidup berlum terlalu dipikirkan, kecuali tentang PR itupun kalau mau dipikirkan. Bagi kami, masa ini lebih dominan dalam pikiran untuk mengisi akhir pekan demi akhir pekan dengan pendakian gunung.

Yah, tanpa dinyana di SMA dulu kami membentuk suatu perkumpulan informal mendaki gunung di Smandel dengan sebutan “APADELA”, kependekan dari Anak IPA Delapan. Tanpa sengaja dan tentu menjadi kebangaan tersendiri, bahwa kami yang yunior kelas 1 SMA duduk di kelas 1 IPA 8’82 dapat diterima dalam Pertemanan yang baik dan sejajar dengan kakak kelas kami yang duduk di kelas 2 IPA 8’81. Pertemanan antara dua kelas berbeda angkatan seperti ini barangkali termasuk fenomena yang langka.

Pasalnya, bukan waktu itu saja karena kedua kelas kami di Smandel yang bertetanggaan, tapi juga terlebih lantaran hobi kami yang sama dalam mendaki gunung hampir saban minggu itu. Dari situlah kami kemudian mengikrarkan diri menjadi Apadela.

Setiap minggu dengan berbagai cara kami “bermain” di Cibodas menunggu saatnya mendaki atau terkadang hanya bermain rugby dengan bola plastik. Di sini tentu anak-anak Apadela menjadi tidak sendiri. Pasti ada teman-teman Smandel lain yang lebih senior pula, satu atau beberapa tahun di atas gerombolan Apadela.

Sesungguhnya anak Apadela tidak juga berarti eksklusif, apalagi berminat menyaingi Puapala. Dulu di Smandel selalu ada dua kali perkemahan sekolah maka Apadela pun akan asyik dengan kesibukan masing-masing sebagai Panitia Perkemahan tersebut. Salah seorang anak Apadela, Himawan, bahkan menjadi Ketua Puapala.

Beberapa yang lain asyik mendaki gunung di tempat yang lebih jauh dari “sekedar arena bermain” gunung Gede-Pangrango. Misalnya suatu saat saya dan beberapa teman mendaki marathon/ sekalgisu ketiga gunung Slamet, Sumbing, dan Sindoro, di Jateng. Rombongan kali ini tentu tidak semuanya dengan anak Apadela, tapi kami perginya dengan Yoyoi, Bambang Ragil, Sri Umbul, dan Chonon, orang yang paling SMA 8 dibanding anak Smandel yang sebenarnya. Kali yang lain kami dengan beberapa teman Apadela plus sempat mendaki gunung Semeru di Jatim.

Romantisme Apadela tidak lepas juga dari persoalan remaja pada umumnya. Pacaran “incest”, begitu kami menyebutnya. Hebatnya lagi, sang cowok kelas 1 IPA 8 dan ceweknya 2 IPA 8. Ehm, benar-benar bukti kesetaraan pertemanan lintas-angkatan yang langka…

Tidak ada komentar: