Swayambhunat Temple
Seratus dolar baru saja aku tukar dengan Nepali rupee, biar mudah menghafalnya
sedolar sama dengan 100 Nepali rupee. 200 rupee pertama melayang untuk tiket masuk
Swayambhunath atau Mongkey Temple, termasuk murah tempat lain 1.000 rupee untuk
orang asing, di Nepal kami jadi orang asing, gaya!.
Kuil ini terletak di perbukitan, dari sini kamu bisa melihat Kathmandu
Valley tempat bercokolnya ibukota Nepal, Kathmandu. Terlihat banyak elang
berterbangan menambah indah pemandangan. Cakep!.
Souvenirnya bagus-bagus, percaya nggak kami sampai datang ke mari 2 kali,
dan kunjungan kali kedua hanya untuk berburu souvenir
Boudhanath
Temple
Kuil ini bentuknya hampir sama
dengan Swamyambhunath namun ukurannya jauh lebih besar. Semakin sore para
peziarah semakin banyak berdatang sembari menikmati sunset. Mereka mengitari
kuil searah jarum jam beberapa diantaranya memutar roda doa, om mane padme hung. Di sekeliling kuil berjajar toko souvenir,
kafe, restoran namun tidak mengganggu mereka yang beribadah.
World
Peace Pagoda
Letaknya di Pokhara, dari kota
yang cantik ini kita dapat melihat titik putih di antara perbukitan hijau,
titik putih itulah World Peace Pagoda.
Kamu ke sini aja, nggak
bakalan rugi walaupun harus menaiki undak-undak karena sesampainya di puncak
World Peace Pagoda menanti, bukan itu aja memandang ke bawah kamu disuguhi
danau Pea Wa, danau terbesar di Phokara, mendongak sedikit tersaji penungan
bersalju paling terkenal di dunia, Himalaya.
Terdapat 4 patung Budha berwarna
emas dengan berbagai posisi, bersila, duduk, tidur, dan berdiri.
Banyak tempat nongrong sewaktu
kamu turun dari World Peace Pagoda untuk ngupi-ngupi atau sekedar makan es
krim, enak banget es krimnya.
3 kuil yang aku sebutkan semuanya
kuil agama Budha, agama terbesar kedua di Nepal. Nepal tempat di mana Sang
Budha dilahirkan, Lumbini kota kelahirannya.
Berburu
Oleh-Oleh
Dilihat dari sisi pemandang
World Peace Pagoda paling bagus, dari sisi berburu oleh-oleh Monkey Temple yang
menang, seperti yang aku bilang kami balik lagi cuma untuk berburu buah tangan.
Kalau kami harus 2 kali mengunjungi Swanyambhunath ini gara-gara Birju, guide kami, Ceritanya Rachma mau beli gelang, Birju lewat sambil ngasih tahu, "Di tempat lain ada yang lebih bagus dan lebih murah dari itu". Eh, Rachma nyari di mana-mana nggak ketemu gelang yang dimaui.
Di hari terakhir mereka di Nepal karena aku pulang keesoka harinya sendirian belajar solo travelling, Nina kepala rombongan merangkap badan, tangan dan kaki rombongan nggak tahan dengan ratapan Rachma yang mirip dengan ratapan anak tiri.Eh, ratapan anak tiri apa anak pungut ya? aku lupa.
Di hari terakhir mereka di Nepal karena aku pulang keesoka harinya sendirian belajar solo travelling, Nina kepala rombongan merangkap badan, tangan dan kaki rombongan nggak tahan dengan ratapan Rachma yang mirip dengan ratapan anak tiri.Eh, ratapan anak tiri apa anak pungut ya? aku lupa.
Waktu yang diberikan 45 menit, mana bisa buat borongers, alias orang yang suka memborong. Waktu 45 menit diartikan oleh borongers sebagai 1 babak. Babak 45 menit pertama lewat, babak 45 menit kedua juga lewat, begitu memasuki babak ketiga telpon Pram, supir kami, berdering dari Nina dan hape Pram diserahkan kepadaku, "Men, sudah hampir 2 jam, yang kalap belanja disuruh pulang", aku terpaksa menggiring borongers yang terdiri dari Yati, Aries, Daset, Cien, Rachma, sementara kids jaman now, Adip dan Raihan sudah menanti bersama Nina.
Saran kami kalau kamu ke Monkey Temple jangan membawa makanan
di dalam daypack karena monyet di sini nakal suka merampas makanan yang dibawa
pengunjung termasuk di dalam gembolan.
Aku menyaksikan sendiri beberapa monyet tiba-tiba merampas makanan yang
dibawa seorang anak kecil, namanya juga monyet nggak bisa diatur, “Dasar monyet”.
Eh, kok jadi kamu yang tersinggung sampai melotot segala waktu aku bilang, “Dasar monyet”.
1 komentar:
Seru beli souvenir di sini... Macam-macam dan murah-murah... Yang kemarin masih kurang nih... Balik ke sana yuk Men... Hahaha... Tks tulisan nya yaaa... Mantap...
Posting Komentar