Senin, 09 Oktober 2017

Wisata Kuil Nepal



Swayambhunat Temple

Seratus dolar baru saja aku tukar dengan Nepali rupee, biar mudah menghafalnya sedolar sama dengan 100 Nepali rupee. 200 rupee pertama melayang untuk tiket masuk Swayambhunath atau Mongkey Temple, termasuk murah tempat lain 1.000 rupee untuk orang asing, di Nepal kami jadi orang asing, gaya!.

                                      
Kuil ini terletak di perbukitan, dari sini kamu bisa melihat Kathmandu Valley tempat bercokolnya ibukota Nepal, Kathmandu. Terlihat banyak elang berterbangan menambah indah pemandangan. Cakep!.

Souvenirnya bagus-bagus, percaya nggak kami sampai datang ke mari 2 kali, dan kunjungan kali kedua hanya untuk berburu souvenir

Boudhanath Temple

Kuil ini bentuknya hampir sama dengan Swamyambhunath namun ukurannya jauh lebih besar. Semakin sore para peziarah semakin banyak berdatang sembari menikmati sunset. Mereka mengitari kuil searah jarum jam beberapa diantaranya memutar roda doa, om mane padme hung. Di sekeliling kuil berjajar toko souvenir, kafe, restoran namun tidak mengganggu mereka yang beribadah.


World Peace Pagoda

Letaknya di Pokhara, dari kota yang cantik ini kita dapat melihat titik putih di antara perbukitan hijau, titik putih itulah World Peace Pagoda.

Kamu ke sini aja, nggak bakalan rugi walaupun harus menaiki undak-undak karena sesampainya di puncak World Peace Pagoda menanti, bukan itu aja memandang ke bawah kamu disuguhi danau Pea Wa, danau terbesar di Phokara, mendongak sedikit tersaji penungan bersalju paling terkenal di dunia, Himalaya.

Terdapat 4 patung Budha berwarna emas dengan berbagai posisi, bersila, duduk, tidur, dan berdiri.

Banyak tempat nongrong sewaktu kamu turun dari World Peace Pagoda untuk ngupi-ngupi atau sekedar makan es krim, enak banget es krimnya.

3 kuil yang aku sebutkan semuanya kuil agama Budha, agama terbesar kedua di Nepal. Nepal tempat di mana Sang Budha dilahirkan, Lumbini kota kelahirannya.


Berburu Oleh-Oleh

Dilihat dari sisi pemandang World Peace Pagoda paling bagus, dari sisi berburu oleh-oleh Monkey Temple yang menang, seperti yang aku bilang kami balik lagi cuma untuk berburu buah tangan.

Kalau kami harus 2 kali mengunjungi Swanyambhunath ini gara-gara Birju, guide kami, Ceritanya Rachma mau beli gelang, Birju lewat sambil ngasih tahu, "Di tempat lain ada yang lebih bagus dan lebih murah dari itu". Eh, Rachma nyari di mana-mana nggak ketemu gelang yang dimaui.

Di hari terakhir mereka di Nepal karena aku pulang keesoka harinya sendirian belajar solo travelling, Nina kepala rombongan merangkap badan, tangan dan kaki rombongan nggak tahan dengan ratapan Rachma yang mirip dengan ratapan anak tiri.Eh, ratapan anak tiri apa anak pungut ya? aku lupa.

Waktu yang diberikan 45 menit, mana bisa  buat borongers, alias orang yang suka memborong. Waktu 45 menit diartikan oleh borongers sebagai 1 babak. Babak 45 menit pertama lewat, babak 45 menit kedua juga lewat, begitu memasuki babak ketiga telpon Pram, supir kami, berdering dari Nina dan hape Pram diserahkan kepadaku, "Men, sudah hampir 2 jam, yang kalap belanja disuruh pulang", aku terpaksa menggiring borongers yang terdiri dari Yati, Aries, Daset, Cien, Rachma, sementara kids jaman now, Adip dan Raihan sudah menanti bersama Nina.

Saran kami kalau kamu ke Monkey Temple jangan membawa makanan di dalam daypack karena monyet di sini nakal suka merampas makanan yang dibawa pengunjung termasuk di dalam gembolan.

Aku menyaksikan sendiri beberapa monyet tiba-tiba merampas makanan yang dibawa seorang anak kecil, namanya juga monyet nggak bisa diatur, “Dasar monyet”.
Eh, kok jadi kamu yang tersinggung sampai melotot segala waktu aku bilang, “Dasar monyet”.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Seru beli souvenir di sini... Macam-macam dan murah-murah... Yang kemarin masih kurang nih... Balik ke sana yuk Men... Hahaha... Tks tulisan nya yaaa... Mantap...