“Namaste”, kami disambut dengan untaian bunga berwarna oranye, saat
keluar dari bandara Tribhuvan, Kathmandu, seneng banget rasanya. Tapi jangan
terlalu gede rasa karena untaian bunga yang sama juga diberikan kepada orang
yang meninggal dunia yang mau dikremasi
di negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini.
Dengan kendaraan Toyota Hi-Ace tujuan pertama hotel tempat kami bermalam
di kawasan Thamel, pusat industri pariwisata di Kathmandu lebih dari 4 dekade.
Eh, nggak tahunya hotelnya kekurangan kamar, kami serombongan dipindahkan ke
hotel lain, nasib!.
Aku sekamar dengan Raihan, anak Cien, sesosok kid jaman now. Akhirnya
kesampaian juga bikin cerita memakai istilah kid jaman now, musti dirayain
nih!. Kasih ucapan selamat dong!.
Nah, si Kid Jaman Now nggak lama setelah memasukan koper ke kamar pamit,
“Om, aku tinggal ke bawah dulu ya Om”.
Lama nggak balik-balik, sampai kamar mukanya ceriah amat.
“Abis nelpon pacar ya?”, aku menyapa.
“Ya, begitulah om”, jawabnya.
Si Kid Jaman Now, begitu merebahkan badan langsung tertidur, alarm bunyi
di samping telinganya tanda harus bangun pagi nggak terdengar. Aku bangunin, eh
dia tidur lagi. Emaknya turun tangan bagunin lewat telpon kamar.
Raihan harus ke bandara jam 5 pagi bersama Cien, Daset dan Yati
untuk terbang dengan pesawat kecil untuk melihat pegunungan Himalaya yang terkenal
itu dari dekat. Aku nggak ikutan karena dilarang oleh Inka, istriku. Itu
satu-satunya larangan keluyuran darinya, aku harus turuti, bukankah begitu
seharusnya. So sweet.
Sarapan pagi hanya ditemani Adip dan Nina, karena Aries dan Rachma sakit
perut gara-gara semalam perutnya alergi kari. Whatsapp berkali-kali tetap
nggak mau turun juga, padahal sarapan prasmanannya walaupun sederhana tapi enak
banget.
Kalaupun mereka nggak keluar kamar selama 2 minggupun nggak apa-apa
karena ransum yang dibawa Rachma bisa cukup sampai 2 minggu kalau hanya dimakan
berdua.
Akhirnya sepasang perempuan yang sakit perut alergi kari turun, ketika
kami mau check-out, terpaksa mereka kembali ke kamar untuk mengambil barangnya.
Aku baru tahu bahwa mereka mendapat kamar di lantai 9 dengan kamar terbesar dan
terbaik di hotel ini. Kamu tahu nggak arti kamar di lantai 9? Jangan kamu
kaitkan dengan mistik ya!. Itu artinya mereka harus naik turun tangga 9 lantai
karena hotelnya nggak ada lift maupun escalator.
Kali ini aku nggak berani bercanda dengan mereka yang baru saja
menjalani naik turun 9 lantai 2 kali, takut di-un friend.
3 komentar:
Hahaha ... Seperti biasa, Chormen ceritanya seruuuu....
Lagi ngebayangin naik turun tangga 9 lantai... Waduh... Walaupun kamarnya paling cakep, gak deh.. Untuk Aries dan Rachma aja... Hihi...
Itu koran beritanya seru banget ya kakak Chormen....
Hahaha.....baca koean beneran Men ?
Ditunggu2 lanjutan ceritanya ga balik2...
Posting Komentar