Minggu, 08 Oktober 2017

Namaste Nepal



“Namaste”, kami disambut dengan untaian bunga berwarna oranye, saat keluar dari bandara Tribhuvan, Kathmandu, seneng banget rasanya. Tapi jangan terlalu gede rasa karena untaian bunga yang sama juga diberikan kepada orang yang  meninggal dunia yang mau dikremasi di negara yang mayoritas penduduknya beragama Hindu ini.


Dengan kendaraan Toyota Hi-Ace tujuan pertama hotel tempat kami bermalam di kawasan Thamel, pusat industri pariwisata di Kathmandu lebih dari 4 dekade. Eh, nggak tahunya hotelnya kekurangan kamar, kami serombongan dipindahkan ke hotel lain, nasib!.

Aku sekamar dengan Raihan, anak Cien, sesosok kid jaman now. Akhirnya kesampaian juga bikin cerita memakai istilah kid jaman now, musti dirayain nih!. Kasih ucapan selamat dong!.

Nah, si Kid Jaman Now nggak lama setelah memasukan koper ke kamar pamit, “Om, aku tinggal ke bawah dulu ya Om”.
Lama nggak balik-balik, sampai kamar mukanya ceriah amat.
“Abis nelpon pacar ya?”, aku menyapa.
“Ya, begitulah om”, jawabnya.
Superhero baru, BRIPTU RAIHAN. Memanggilnya dengan sempritan

Si Kid Jaman Now, begitu merebahkan badan langsung tertidur, alarm bunyi di samping telinganya tanda harus bangun pagi nggak terdengar. Aku bangunin, eh dia tidur lagi. Emaknya turun tangan bagunin lewat telpon kamar.

Raihan harus ke bandara jam 5 pagi bersama Cien, Daset dan Yati untuk terbang dengan pesawat kecil untuk melihat pegunungan Himalaya yang terkenal itu dari dekat. Aku nggak ikutan karena dilarang oleh Inka, istriku. Itu satu-satunya larangan keluyuran darinya, aku harus turuti, bukankah begitu seharusnya. So sweet.

Sarapan pagi hanya ditemani Adip dan Nina, karena Aries dan Rachma sakit perut gara-gara semalam perutnya alergi kari. Whatsapp berkali-kali tetap nggak mau turun juga, padahal sarapan prasmanannya walaupun sederhana tapi enak banget.
Kamar di lantai 9

Kalaupun mereka nggak keluar kamar selama 2 minggupun nggak apa-apa karena ransum yang dibawa Rachma bisa cukup sampai 2 minggu kalau hanya dimakan berdua.

Akhirnya sepasang perempuan yang sakit perut alergi kari turun, ketika kami mau check-out, terpaksa mereka kembali ke kamar untuk mengambil barangnya. Aku baru tahu bahwa mereka mendapat kamar di lantai 9 dengan kamar terbesar dan terbaik di hotel ini. Kamu tahu nggak arti kamar di lantai 9? Jangan kamu kaitkan dengan mistik ya!. Itu artinya mereka harus naik turun tangga 9 lantai karena hotelnya nggak ada lift maupun escalator.

Kali ini aku nggak berani bercanda dengan mereka yang baru saja menjalani naik turun 9 lantai 2 kali, takut di-un friend.

Eh, kamu masih baca cerita aku kan?, Artinya kamu masih bersamaku, bagaimana sambil menunggu kawan-kawan berkemas kamu menemani aku baca koran biar nggak ketinggalan berita.

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Hahaha ... Seperti biasa, Chormen ceritanya seruuuu....
Lagi ngebayangin naik turun tangga 9 lantai... Waduh... Walaupun kamarnya paling cakep, gak deh.. Untuk Aries dan Rachma aja... Hihi...

Itu koran beritanya seru banget ya kakak Chormen....

Unknown mengatakan...

Hahaha.....baca koean beneran Men ?

achen_namono mengatakan...

Ditunggu2 lanjutan ceritanya ga balik2...