Jumat, 22 Mei 2015

Si Kenek Cantik Banget!



Selepas shalat Jumat aku mengemas pakaian dan barang yang aku perlukan ke dalam ransel yang akan aku bawa untuk acara trekking di gunung Papandayan bersama alumni Smandel lintas angkatan.

Berhubung takut macet aku diturunkan di Rest Area KM 19 jalan tol Jakarta menuju Cikampek oleh istrinda saat jarum jam belum menunjukan angka 4. Kicauan di grup WA untuk urusan keberadaan masing berkali-kali mengudara, aku menjawab dengan copy & paste pernyatanku “Aku sudah di KM 19”, paling sedikit 7 kali.


Aku menunggu di Burger King dengan hanya memesan lemon tea, soalnya belum lapar, dan sebetulnya nggak perlu-perlu amat itu pesanan karena di backpack-ku bercokol 2 botol air mineral kemasan 330 cc. Tapi masa sih numpang ngadem di ruangan ber-AC nggak keluar duit.

Kawan pertama yang aku jumpai Aji yang datang dengan Grand Max bersama istri dan anaknya, lumayan ada tempat penitipan barang selama aku shalat Magrib. Barang yang ada di Grand Max lengkap banget, ada tenda, kompor, segalon air mineral, pokoknya lengkap deh, seperti keluarga yang diusir dari rumah kontrakan karena lama nggak bayar.
Rosmini, Betty, Furqon, Riry

Bada magrib barulah Elf sewaan menjemput, dengan Betty yang duduk di kursi depan bersama sang supir, persis seperti kenek, co-driver bahasa kerennya. Aku dipersilahkan memilih tempat, aku suka di kursi paling belakang yang di depannya lorong alias nggak berkursi sehingga kaki belakangku bisa selonjoran ke depan. Kok aku nulisnya kaki belakang, emang ada yang namanya kaki depan?.

Jalan tol cukup padat dipenuhi mereka yang baru pulang dari kantor, dari mal, dari nonton bioskop, dari belanja, dari sekolah, dari kuliah, dari bengkel, dll. Kok yang kayak ginian diceritain!, nggak penting amat!.

Aku mendapat telpon yang nomornya nggak aku kenal, suaranya nggak jelas, dua kali, jangan-jangan vooreijder dari salah satu kesatuan yang akan mengawal kami dari pinggiran Garut. Aku coba berkomunikasi melalui sms, untuk memberitahukan posisi kami karena hal itu yang ditanyakan, dan berkali-kali si lawan sms-ku yang berpangkat Kapten menjawab, “Siap pak!”.

Keluar tol Cilenyi kami mampir di warung “Seda” alias seadanya. Masakan sup iga dan  buntutnya enak banget, juga tahu gorengnya, sayang satenya keras.

Makan selesai, bayar beres, masih banyak makanan yang tersisa, sayang kalau nggak dimanfaatkan. “Dibungkus aja buat nasi goreng pagi-pagi”, usul yang baik. Jadilah 2 mangkok sup, 2 porsi sate, satu bakul nasi, satu porsi tahu goreng masuk dalam kantong plastik.

Setelah berbenah baru teringat bahwa makan si supir belum dibayar, kami tanyakan kepada sang pelayan.
“Mbak, makanan supir udah diitung belum?”.
“Makanan supir nggak dihitung, nggak perlu bayar”.

Waduh, nyesel, tahu gitu Betty makan bareng supir jadi nggak perlu bayar, kan Betty keneknya.

2 komentar:

Laksmi mengatakan...

Hi-hi-hi... geli baca Betty jadi kenek Elf.

Nina Adriani mengatakan...

Betty nggak boleh digeser Men...
Itu udah aturan dalam perjalanan....
Kalau di pesawat jangan diajak ngomong...jatahnya tidur selama perjalanan karena kapten pilot nggak perlu kenek ....hahaha