Kami buru-buru kembali ke
hotel mempersiapkan diri ke Prambanan. Kakiku bengkak gara-gara keseleo kumat
lagi. Mau naik andong ke jalan Dagen tempat hotel bercokol sedekat itu seharga
35 ribu, nggak salah nih?.
Sampai hotel, mandi lalu
pakai batik. Aria sibuk memilih 1 dari 3 batiknya yang baru dibeli, “Bagusnya
pake yang mana nih Men? Merah apa biru.”
“Cocoknya yang biru”,
saranku, jadi ingat istriku (yang cantik menarik dan menawan hati) kalau mau
pergi selalu meminta dipilihkan baju.
Aku berharap perjalanan ke
Prambanan nggak macet sehingga kami bisa menikmati matahari tenggelam dan
berfoto bersama siluet Prambanan, namun harapan pupus karena saat magrib kami
masih di jalan. Telat!.
Meja makan menanti dan terus
menanti karena kami sibuk berfoto-ria termasuk foto bareng pak Ugi sebelum
lampu Prambanan menyalah, “Tahu ah, gelap!” kata si Prambanan. Nggak berapa
lama si lampu menyalah, bagus banget. Foto barengnya diulang? Nggak! Karena
nggak pernah ada siaran ulangan untuk acara foto-fotoan.
Tri Utami tks Chormen....foto2nya dari Aria keren2....makasih juga buat Aria....sayang Pipin ga ada ya... |
Kehilangan momen sunset,
tergantikan, perasaan jenuh untuk memandang Prambanan nggak pernah hinggap,
tentu saja karena bapoto.
Masalah kulinernya nggak
usah aku certakan deh soalnya makanannya aku nggak perhatikan, pokoknya enak
suenak!.
Aku ingat ada 2 orang
kawan yang datang ke sini harus naik taksi, pertama Kania yang baru tiba dari
Jakarta, yang kedua Andy brewok yang ketiban sial beruntun gara-gara kualat
terima honor keamanan tapi dia tidur di kereta.
“Men, masukin dong
kesialan Brewok di blog elo”, Gayus memohon dengan penuh belas kasihan di pertemuan
Smandel Coffee Club.
“Gue nggak takut, soalnya
the O pasti konfirmasi dulu sebelum dimuat di blog”, Brewok menantang.
“Kalau gue masukin blog,
langsung aja, nggak pake konfirmasi”, si the O memberi jawaban, percuma juga
karena semua orang juga sudah tahu.
|
Nah, keterlambatan si
Brewok tadi gara-gara dia kebablasan tidur sehingga harus merogoh kocek untuk
ongkos taksi yang cukup lumayan.
Kedua, waktu di Wisma
Bimo, Brewok keluar kamar mandi yang posisinya di balkon lantai 2, tiba-tiba
kami mendengar suara “Gedebuk!” keras banget, seperti suara kuda nil
terpeleset, semua mata memandang, rupanya si Brewok terpeleset, dia meringis
persis kuda nil yang kesakitan.
Ketiga, saat di kereta,
dia bangun lantas ke toilet untuk kecing sukencing, dia pegang semprotan dan
dipencetnya, airnya muncrat ke muka dan bajunya. Rasain lo!.
Kata orang, setiap
kebaikan akan diganjar dengan 700 kebaikan, mungkin juga untuk kesalahan yang
akan diganjar dengan 700 kesialan. Ayo Andy siap-siap menerima 697 kesialan
lagi. Ceritain semuanya ya!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar