Acara ke Prambanan masih
lama, aku dan kawan-kawan menuju Malioboro untuk cuci mata, sayangnya di
Malioboro aku nggak bisa main mata soalnya kuda penarik andong yang banyak
mangkal di sana semuanya memakai kacamata kuda.
Aku, Aria dan Gepeng menuju
Mirota, kalau ada Pipin 4 sekawan bisa berpetualang lagi, walau sekarang si 4
sekawan sudah pada gendut-gendut. Aria dan Gepeng memborong kemeja batik lengan
pendek, sementara aku nggak mendapatkan apa yang aku cari.
Abis gitu kami ke café
masih di gedung yang sama dan memperoleh kawan baru, Swan Awanti, kawan kuliah
Gepeng yang kini tinggal di Yogyakarta. Nah, pasti Wanti tahu dimana aku
mendapatkan yang kucari.
“Tahu nggak kalau nyari
*** dimana?”.
“Ha …! Kok nyarinya
gituan!”, Wanti terpengangah, sementara Aria dan Gepeng senyum-senyum kecil,
maklum dia sudah tahu tabiatku yang suka cepas-ceplos.
Akupun menjelaskan mengapa
aku mencari gituan di Malioboro.
Tahun 1980 saat kami study
tour ke Solo, di hari terakhir ada acara bebas, bersama Adit, Vivi dan Iva,
kesempatan itu kami manfaatkan untuk mengunjungi Malioboro naik L-300, si raja
jalanan tempo dulu.
Di kaki lima ada sesuatu
yang menarik, sebuah tas kain dengan 2 buah tali, beli ah!, unik banget
soalnya. Aku mencoba kemampuan bahasa Jawaku yang masih di level basic.
“Mbok niki pinten?”, hebat
ya!.
Si embok melihatku sambil
bengong, mungkin beliau terkesima dengan kemampuan bahasa Jawaku. Turis asing
kok bisa bahasa Jawa, begitu yang aku pikir.
“Mbok ini berapa?”, si
embok tambah bengong, mungkin beliau heran si turis bisa bahasa Jawa, bisa
bahasa Indonesia juga.
“Niki untuk wanito!”, si
embok mulai berbicara setelah bengongnya hilang.
“Nggak apa-apa mbok! Untuk
wanito untuk wanito, harganya berapa?”, jawabku senang karena si embok ternyata
nggak gagu, sambil pikiran nakalku beraksi, dasar si embok orang kuno, nggak
tahu kalau di Jakarta tas unisex bisa dipakai wanita dan lelaki.
“Dilihat dulu!”, Embok
bersikukuh memperagakan dagangannya, biar aku nggak kecewa di kemudian hari,
sambil tangannya membuka lipatan tas tadi, yang ternyata ….. kutang
embok-embok, introk dalam bahasa
Jawa.
Mukaku pasti merah, malu
banget apalagi ditertawakan sejawat si mbok. Akupun meninggalkan mereka segera,
sial!.
Waktunya kami kembali ke
Solo, artinya aku mau nggak mau aku harus melewati si embok lagi, soalnya Adit,
Vivi dan Iva nggak mau menemaniku berjalan di sisi lain Malioboro, habis panas
banget karena sinar matahari mengarah ke sana.
Dengan mengendap-endap
seperti dalam filem Tom and Jerry, aku berjalan melewati si embok, aman!, si
embok nggak melihat.
Namun ……, anak si embok
melihatku dan berteriak, “MBOK …, MBOK … ITU ORANG YANG TADI …!!!!”.
Swan Awanti,
Aku lagi bayangin introk itu dipake Chormen...wah pasti jadi sexy, wkwkwkkkk...
Willem Teddy Usmany Wkwkwk.....!!
Chalis hayatni
Oalaaah... kirain apaan 'gituan'.. Ternyata gituan tah.. Lha, akhire dapet ndak gituan e? Aku yo kepingin punya, xixixi...
Rosana Harahap
Chalis,
gituan itu ada ukurannya atau all size?
emang unisex juga ya? koq si O nyari gituan?
walah...
Himawan
Baru tahu si OOº°˚˚°ºOO pakai gituan, sejak SMA lagi...kok baru pada tau ya.
Andy Masrie
The other side of “0“
Paham Ana ??????
Rosana Harahap
yeah ,... pahaammmm AM !
Chalis Hayatni
Mau gak mau jadi kebayang the O pake gituan, hohoho.. Ukuranx apa ya?
Himawan
Wah itu sih Andy yang inget!
Masa lalu aku sudah lupa, kalau Andy kan masa kini h3x.