Perjuangan kami menuju Cidahu
pantas dipuji sebab mulai dari keluar tol Ciawi sampai persimpangan
Cicurug mobil berjalan merayap bahkan terkadang harus ngesot, macet
banget!.
Mampir
dulu di dua tempat, pertama mesjid baru di sisi kanan menuju Lido yang
bisa dikatagorikan sebagai bangunan mewah untuk menunaikan shalat Ashar,
kedua warung kopi untuk membeli 3 teh manis panas yang dibungkus
plastik, sebut saja namanya teh plastik, sekaligus menyeduh mie instan
untuk makan malam Hani, maklum sudah waktu Magrib sedangkan Cicurug
belum juga lewat.
Siaran
radio yang dapat diterima dengan jelas hanya musik gambus,
lama-kelamaan aku bisa menikmatinya, enak juga!. Akhirnya kami mempuyai
pilihan setelah bisa menangkap siaran lain dari Sukabumi.
Mendekati
area perkemahan kami dipungut restribusi oleh petugas berpakaian hansip
yang lebih tepat disebut tukang catut, karena si Tutut, maksudku si
tukang catut, meminta kami membayar 8 ribu sementara yang diserahkan
hanya 2 tiket bernilai 4 ribu dan selembar bonggol karcis.
Di
tempat parkir pengeluaran bertambah 10 ribu untuk karcis parkir
prabayar, artinya harus membayar 10 ribu dulu untuk memperoleh lahan
parkir selama 2 hari 2 malam.
Akhirya
sampai juga di perkemahan Batu Tapak yang menjadi lokasi Family Camp
kali ini. Ritual pertama pendaftaran ulang di bale-bale bambu yang
dijaga Ines 85 dan Jati. Uang Rp 125 ribu ditukar dengan 6 lembar kupon
makan dan selembar slayer berwarna oranye. Beberapa majalah sepakbola
boleh diambil gratis disini termasuk koran Sinar Harapan dan Koran
Jakarta edisi 6 Januri yang berisi iklan Family Camp, duh gaya!.
Di bale-bale lain teronggok lelaki gempal dan kumel sedang tidur, terlihat kurang fit, cocok dengan namanya Gembel ’85.
Makan
malam berupa nasi putih, sup wortel jagung, balado hati, rempelo dan
jantung ayam buatan crew Edoy’83 enak banget ditambah rebusan jagung,
singkong, ubi yang boleh diambil sesuka hati. Selepas makan aku kembali
ke bale pendaftaran.
Peserta yang baru tiba terlihat antusias dan ceria, sambutannya juga meriah, seperti yang satu ini.
“Kalau mau diangkut gerobak, barang-barangnya ditaro di sini aja!”
Pesertapun
meletakan bawaannya di lantai tak lama kemudian diangkat lagi setelah
Tirton ’83 melanjutkan kalimatnya, “Tapi gerobaknya harus ditarik
sendiri!”, sebagai pengganti ucapan "Welcome to FamCamp 2011".
Tuh kan, anak Expa mana ada yang bener, kalau ada yang bener itu juga gara-gara salah makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar