Kehidupan yang transparan alias apa adanya mungkin hanya ada
di acara perkemahan, yang jarang mandi ketahuan, yang jarang sikat gigi
apalagi, nah kali ini aku ingin menulis tentang komunitas yang suka makan
jengkol, aku menyebutnya Jengkolers.
iiiihh... ada mr O.... |
Ceritanya dimana lagi kalau bukan di Family Camp Expa 2011,
di sini tempatnya orang yang udah nggak malu-malu lagi makan jengkol, buat
Jengkolers makanan terenak di dunia bukan rendang, jengkol tentu saja.
Tanda-tanda jengkol bakalan banyak ditemukan di sini, sudah
tercium sejak aku datang, Acing dan Titi yang membawa rendang jengkol yang
melengkapi nasi pepes, ayam goreng dan lalapan. Pagi-pagi hari kedua Mei ’87
sudah bercuap-cuap kalau dia bawa jengki, Idom Suridom ’87 nggak mau kalah,
“Gue juga bawa”.
Saat makan siang Jumar the propeller ’86 menunjukkan
keunikan jengkol mentah kesukaannya bentuknya seperti kancing kemeja, “Elo mau
nyobain nggak? Enak nih!”. Demi pergaulan, aku terima tantangan itu, biasa
aja!.
Semakin sore semakin terlihat Jengkolers semakin
memperluas jejaringnya dengan merekrut Jengkolers baru, kali ini di bale-bale
dan yang menjadi sasaran Vini, di situ sudah ada Bonny ’82, Qifty ’86, Bonyo
dan istrinya ’86, Wawan ’86, Rika ’86, Ajay ’88 dan istrinya Lia ’91 dan
Jengkolers lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mereka menikmati rendang
jengkol masakan Emak, pembantu setia Bonyo. Aku ingat banget setiap kata yang
diucapkan salah satu Jengkolers sejati, Lia, “Jangan diabisin dong!, sisain
buat Arzeti buat nanti malem, dia suka banget. Dia nggak mau makan sekarang soalnya
dia lagi mau jadi juri (Smandel Idol)”.
“Arzeti …!!, Peragawati makan jengkol ….!!”, mungkin itu yang
ada dibenak kamu.
Jalannya upacara pengangkatan Vini menjadi Jengkolers aku
ceritakan agak terinci. Vini yang mengaku belum pernah makan jengkol piring
makannya diberi sekeping rendang jengkol, “Cobain deh Vin, enak banget!”.
Vini mengambil jengkol dengan tangan kanannya lalu mulai mengigitnya,
sesuap nasi menemani si jengkol untuk dikunya Vini, wajah Jengkolers sedikit
cemas sambil berharap Vini kelak menjadi Jengkolers sejati, sama seperti mereka.
Vini mulai menelan, Jengkolers mulai penasaran, “Gimana Vin, gimana Vin? Enak
nggak?”.
Vini mengernyitkan dahi, “Belum ketahuan rasanya, Vini coba
sekali lagi”, Vini memakannya sekali lagi sementara Jengkolers menelan liur.
“Kata Vini sih ……!”, Vini mulai memberikan penilaian.
“Terus Vin …., terus Vin …..”, Jengkolers semakin
penasaran.
“Kata Vini sih biasa aja .......! Abis Vini nggak tahu sih
enaknya dimana?”.
“Aaahhhhhhhh….. !!!!”, pernyataan Vini membuat Jengkolers
kecewa, tetapi mereka tetap berbesar hati dengan memberikan Vini kartu ketua
Jengkolers.
“Kok langsung dikasih kartu ketua sih?”.
“Soalnya anggaran Jengkolers terbatas, mereka nggak bisa
menyetak kartu anggota, yang dibuat semuanya kartu ketua".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar