Di SMA aku mempunyai seorang
sahabat Aria Mandala namanya, ada juga yang bilang bukan sahabat tetapi
saudara kembar, sama-sama tinggi, begeng, dan rambut berombak, bedanya,
seperti iklan Viva, kulitku lebih putih dari Aria.
Bioritme
kami selepas sekolah pulang ke rumah masing-masing untuk makan dan
tidur siang, sore hari Aria datang dengan Vespa biru, untuk jalan,
mengoda teman yang pacaran atau belajar bersama. Terkadang kami pergi
naik mobil Toyota canvas Hankam bernomor 249, mobil dinas ayahku,
untungnya nggak pernah terkena rahazia POM ABRI.
Pernah
juga naik mobil Nurtanio, sekarang IPTN, mobil yang memakai lipstik
alias berpelat merah, sebelum berangkat kakak iparku bilang, “Hati-hati
remnya harus dikocok dulu!”. Di Bukit Duri Tanjakan aku terlambat
mengocok rem akibatnya bumper mobil naik ke roda belakang becak yang
menyebabkan ban belakang becak berbentuk angka 8. “Elo nggak usah turun
biar gue yang ngurusin”, kata Aria sebentar kemudian dia sudah di dalam
mobil, “Beres, jalan lagi! Tukang becanya udah gue kasih 10 ribu untuk
beli ban baru!”.
Ibuku
paling rewel kalau aku bagun kesiangan, “Men, bangun! Udah siang!”,
betapa terkejutnya beliau setelah tahu yang dibangunkan ternyata Aria.
Tadi Aria sudah aku bangunkan untuk mandi, “Elo mandi duluan deh!”, kata
Aria terus dia tidur lagi.
“Aria, elo mandi nggak? Ini handuknya”
“Nggak usah mandi deh udah jam segini, tapi elo jangan bilang orang-orang kalau gue nggak mandi!”.
Aku tidak pernah bilang kalau Aria nggak mandi, aku cuma memasukkannya ke dalam blog.
Kegemaran
kami berdua saban minggu naik gunung bersama Apadela, 2 IPA 8 angkatan
81 dan 1 IPA 8 angkatan 82, berangkat Sabtu pulang hari Minggu.
“Men, elo naik gunung nggak? Anak-anak kelas 1 pada naik gunung tuh!”
“Elo naik gunung nggak?”, aku balik bertanya.
“Gue sih terserah elo, naik ayok! Nggak juga nggak apa-apa”
“Kayaknya kita istirahat aja minggu ini, capek juga naik gunung melulu”
Karena nggak naik gunung, enaknya main kemana ya?. Coba tanya Iva dulu deh.
“Iva, elo malam Minggu diapelin nggak?”
“Nggak? Emangnya kenapa?’
“Gue main ke rumah elo ya?”
“Ya udah gue tunggu”
Sabtu malam aku di rumah Iva, berbincang dan bercanda, nggak ada yang istimewa.
Hari
Senin Iva bilang begini, “Omen, Omen elo orangnya lucu banget! Elo
dateng malam Minggu gue pikir mau ngapel, eh elo dateng sama pacar elo
...... Aria!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar