Rasanya urusan
kumpul-kumpul nggak pernah lepas dengan makanan, bahkan bisa dibilang mereka
gantet.
Acara Temu Jidad Apadela:
Kerawang 2013 sama juga, makanan juga yang didahulukan, aku baru datang aja
sudah ada yang bilang, “Men, rengginangnya ada tuh!”. Nah, kalau rengginang
gantetnya sama Tatik.
Makanan LSI memang enak, tapi
aku mencobanya nggak banyak, ada gurame bakar, gurame asam manis, iga lada
hitam, keredok dan lain-lain, namun terkesan kurang laku apalagi supnya,
soalnya Kania memesan pepes jambal, jamur, oncom, ayam yang dibawa dari Warung Jambal H. Dirja
sebagai gatetannya kali ini. Justru pepes-pepesan ini yang paling laku.
![]() |
Emes Deden pedagang tas tanah abang yg pindah ke karawang |
Aku mencari makanan yang
dibungkus daun pisang, pertama nasi timbel, setelah itu pepes jambal, oncom dan
jamur, sedangkan pepes ayam aku nggak ambil, sudah kebanyakan.
“Pepes ayamnya nggak?”, tanya
Kania gantetan pepes.
“Nggak ah!, kalau pepes
jamurnya gue mau, gue waktu ke sana kehabisan”.
Pepes segitu banyak ludes,
gara-gara menjual namaku, aku turut bangga, apalagi mendengar komentar mereka.
Hidungku sampai kembang-kempis.
“Eh, ini ambil pepes
jambal Walahar rekomensasi Chormen”.
“Mana pepes jambal yang
ditulis di blog Omen”.
“Enak banget ya!”.
![]() |
Buah tangan dari Kerawang
berupa serabi hijau Rengasdengklok persembahan Purnomo, masing-masing mendapat
2 kotak, dengan cairan manis rasa orisinal dan durian., yang sama manisnya
dengan temu jidad kali ini. Mantab!.
Ada juga sih temu jidad
yang banyak memasang muka masam, waktu
pertama kali, acara rujakan di rumah Iva. Penyebabnya nanas muda.
Aku memperhatikan kawan
yang mengambil nanas dan memasukannya ke dalam mulut, aku mulai menghitung, “Satu,
dua, tiga, …. nyiiiiiit”, muka kawanku meringis bahkan ada yang badannya
merinding karena tak tahan menahan rasa asam.
![]() |
Bersama Nenek |
Pembeli buahnya aku dan
Aria di pasar Manggarai. Waktu membeli buah yang lain sih gampang, giliran
membeli nanas memilihnya susah. Aku menuruti saran Aria.
“Men, daripada elo repot-repot milih nanas, elo juga nggak
tahu mana yang manis mana yang nggak, mendingan beli 1 iket, harganya lebih
murah, isinya 6 harganya sama juga dengan kita beli 4 nanas yang lepasan”.
Seikat nanas dan
kawan-kawan kami serahkan kepada Kania di rumah untuk dikupas, dicuci dan diiris
oleh karyawan ibunya. Ibu Kania dulu kami panggil tante, sekarang kami
memanggil beliau nenek, sebutan anak-anak kami kepada beliau.
“Kelihatannya nanasnya
masih muda banget ya, lain kali belinya jangan ikatan tapi satu-satu, harganya
memang lebih mahal, tapi kita bisa milih”, kata tante Nenek.
“Nggak bisa milihnya
tante, maklum baru pertama kali ke pasar”, jawabku.
Buat kawan-kawan yang dulu
keasaman makan nanas, aku minta maaf ya!. Tetapi paling nggak kamu tahu bahwa
aku bukanlah monyet, bangsanya Sarimin yang doyannya pergi ke pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar