Lusiaji Aris Prabowo '81
Hari ini agak istimewa
karena sepulang sekolah aku mendapat undangan ulang tahun yang dicetak sangat
lux, biasanya kalau ada kawan yang berulang tahun paling hanya bilang, “Aji,
gue ulang tahun, gue traktir elu”, makannya juga nggak jauh-jauh di warung bu
Imron atau somay Johny, agak jauhan dikit warungnya Mak Etek.
Aku buka undangan yang
tercetak di atas kertas harum, dari Tati Rusmawarni yang berulang tahun ke-17, sweet seventeen. Tati sudah almarhumah 6
tahun lalu, beliau pencetus pengajian rutin angkatanku yang menjadi pengajian
rutin pertama di lingkungan alumni Smandel. Terima kasih ya Tati yang membuat
angkatan kita bangga karena selalu terdepan.
Bersama Smandelers 81 |
Selain harum, keterkejutanku
bertambah, karena undangan tersebut ada tulisan R.S.V.P. gaya banget yang menjadi
undangan berRSVP pertamaku, dan yang lebih mengagetkan ada embel-embel, NB:
Wajib Memakai Batik.
Terus terang aku sudah
coba semua batik ayahku, semuanya kegedean karena badanku waktu itu kecil
banget, tetapi aku nggak perlu takut sebab ibuku pasti membelikan batik
untukku, maklum ayahku pernah tinggal cukup lama di Eropa, jadi masalah etika
pasti dipegang teguh.
![]() |
Pelatihan Teroris |
Singkatnya aku bersama
Haryo, kawan sekelasku saat itu di 2 IPA 7, sudah berada di Cawang Baru Tengah
yang letaknya nggak jauh dari rumahku di Otista.
Ternyata yang memakai batik nggak
banyak, paling-paling hanya seperlimanya, ada beberapa kemungkinan, nggak punya
duit untuk beli batik, nggak punya etiket, atau acaranya sudah bocor. Kayaknya
karena acaranya sudah bocor deh!.
Kenapa aku bilang begitu, soalnya kan dulu
kami masih malu-malu meong. Celakanya panitia ulang tahun yang dihadiri lebih
dari seratus orang itu membidik hadirin dan hadirat yang berbatik.
Nah, kami yang memakai batik
dikumpulkan di suatu ruangan, diberi arahan bagaimana cara berjalannya
peragawan dan peragawati, kini aku tahu mengapa mereka banyak yang nggak
berbatik, sayangnya aku nggak mendapatkan bocorannya. Sial!.
Gilanya kami harus berjalan
berpasang-pasangan dan ….. bergandengan tangan, sayang seribu sayang aku nggak
dipasangkan dengan ***, cewek yang aku taksir dulu. Aku tulis begini biar kamu
penasaran aja!. Kamu pasti penasaran kan siapa cewek yang aku taksir?.
Aku dipasangkan oleh panitia dengan
Puspita, panggilannya Ita, cewek yang rumahnya di samping sekolah, rumahnya selalu kompak dengan sekolah, artinya kalau
sekolah banjir, rumah Ita pasti kebanjiran juga.
Kami harus berlengak-lenggok keluar
ruangan dan kembali ke dalam ruangan, rasanya perjalanannya panjang banget.
Nah, awalnya aku malu banget
bergandengan dengan Ita, apalagi Ita memegang tanganku sekenanya, berjalan di
depan penonton yang ngeledikin kami. Itu awalnya!, lama-lama aku merasa lebih
PD bahkan merasa di atas angin, soalnya aku merasakan Ita lebih malu lagi bergandengan tangan denganku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar