Sampai deh di
desa Sawah Luhur, dari namanya terkesan jauh banget, sudah desa, sawah pakai
tambahan luhur lagi. Bagiku seolah di Negeri Entah Berantah. Jangan
bilang-bilang, nanti Eneng tersinggung!.
Roy kita ini mau Baksos, bukan mau tawuran....Liiizzz tahan emosi,
Chormen jangan malah jadi profokator.
|
Romannya panas
nih! Aku mengambil sebotol air mineral kemasan 600 cc, aku titipkan di tas
Tatik, tasnya gede baget, kayaknya semua barang masuk kesitu seperti kantong milik
Doraemon aja. Rasanya pingin sekali meriksa isinya, tapi nggak sopan
meriksa-meriksa tas perempuan. Kalau diizinkan aku yakin timbangan badan pasti
aku temukan.
Kami berjalan
menuju tenda peresmian Taman Bacaan Masyarakat, jaraknya hanya 50 meter tetapi
harus ditempuh selama 10 menit, bukan gara-gara jalannya rusak melainkan karena
sebentar-sebentar photo session, kamseuk! Jangan bilang-bilang, nanti
angkatanku tersinggung!.
Di bawah tenda
sudah berbaris kursi lipat berbaris ke belakang, walaupun di bawah tenda
kehadiran radiasi sinar mentari kuat sekali, panas!. Rasa haus mulai menyapa,
untung aku punya air mineral dalam botol, kalau kak Ros bilang, “Aqua botol
dalam kemasan botol”, aku heran yang kayak begini mau ikutan kuis Ranking 1.
“Tatik, gue minta
minuman gue dong!”.
Tatik mengeluarkan
minumanku yang masih utuh, Alhamdulillah!. Aku sempat cemas ketika Tatik
mengeluar tangannya dari dalam tas besarnya, aku khawatir minuman yang tadi dimasukkan
ke dalam tasnya ketika dikeluarkan berubah menjadi kelinci.
Aku minum
sendirian, karena air mineral gelas belum disajikan, enak bener minum sendirian
di depan orang kehausan, “Men, elo dapet minuman dari mana?”. Ah, nggak tega
meneruskan ceritanya.
Bisa jadi karena
kepanasan dan kehausan kawan-kawan nggak ada yang bergairah main
potret-potretan, tidak denganku. Ketika rombongan anak sekolah berseragam
pramuka bergabung di bawah tenda. Aku meminta mereka berkumpul untuk bergaya.
“Jangan ada yang
mau motret!, Jangan ada yang motret!”. Bener-bener nggak ada yang memainkan
kamera.
Aku nggak
khawatir, nggak percuma aku the O yang kayak Mc. Gyver, selalu punya Plan B.
Aku mengeluarkan kamera saku dan meminta Heppy untuk memotret.
“Ayok kita bilang
piisssss ....!”.
“Piiiiiiissssss
......!”, keluar dari mulut mereka dengan nada yang keras.
“Men, bisa aja
elo ngibulin anak-anak!”.
Aku hanya
tersenyum, dan dalam hati aku berkata, “Emang belum pada tahu? Kalau ngibulin
anak kecil adalah satu-satunya keahlianku yang bisa aku banggakan!”.
Piiiiissssssssss
........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar