Semua sudah
berkumpul di bawah tenda dan sekitarnya, pejabat Pemda Banten, Kepala Sekolah,
guru, murid, Smandelers 81 dan masyarakat. Wow, ramai amat!.
Acara pertama
sambutan dari berbagai pihak, sengaja nggak aku liput di sini, jujur aja aku
nggak suka cerita tentang acara resmi terutama sambutan-sambutan, bukannya
apa-apa aku takut salah tulis yang tadinya sambutan bisa berubah menjadi
sambitan.
Acara berikutnya
seserahan, penyerahan secara simbolik buku bacaan dan perlengkapan perpustakaan
serta seperangkat komputer supaya masyarakat melek internet dan ....... mudah mengakses blogku. Maksud lo!.
Sambil mengisi
waktu kami memberikan kuis untuk masyarakat dengan hadiah yang menarik
pastinya, pertanyaannya berupa pengetahuan umum, kak Mundi yang menjadi emsi.
Nah, Mundi punya cerita seru waktu SMA nanti aku kasih tahu ke kamu deh.
“Meeeeennnnnnnn,
jangan diceritain! Awas ya!”.
Kami bergiliran
memberikan pertanyaan, aku juga mendapat giliran, “Men, itu disuruh Mundi”,
emak-emak di sebelahku mengingatkan.
“Abis ini, Roy
udah duluan maju”.
Roy memberikan
pertanyaan kebapaan banget, maklum namanya juga bapak-bapak, anaknya aja ada 2,
orang semua.
Mundi melihatku
dan berbicara lip sync
“Men, maju!”.
“Pertanyaannya?”.
“Udah gue siapin”.
Aku maju ke depan
diiringi dengan sambutan meriah, “Jangan ada yang motret ...! Jangan ada yang
motret ....!”, duh, sentimen amat. Untung kami membawa photographer
profesional, nggak terpengaruh yang kayak gitu-gituan.
Aku sedikit demam
tanah, karena aku berdiri di atas tanah, bukan di atas panggung. Aku mulai beraksi
sebagai Sri Panggung, eh Sri Tanah.
“Siapa mau
mendapat hadiah harus lari ke sini. Harus lari ya!”, sambil aku tunjuk sejumput
tanah berumput di sampingku. Penonton tertawa, aku jadi geli sendiri, perasaan barusan
aku nggak bermaksud ngelawak deh!.
“Pertanyaannya
gampang, kapan ibu Kartini dilahirkan?”.
Syuuuut ... dengan serta-merta berdiri seonggok manusia di sampingku, larinya
cepat amat, jangan-jangan Gundala Putra Petir, eh ternyata onggokan manusia
tadi perempuan, mungkin adiknya Gundala yaitu Gundali yang bernama lengkap Gundali Putri Petir.
“21 April”, kata
beliau di depan moncong mik, padahal aku baru mau bertanya, “Nama ibu siapa?”.
Ya, udah dapat
hadiah. Akupun menyerahkan hadiah ke ibu guru yang pandai ini.
“Men, kalo yang
ini gue rela motretnya”, Andy bersuara sambil memainkan kameranya, dia
meneruskan suaranya, “Tadi gue perhatian si ibu udah dari tadi ancang-acang mau
lari ke samping elu! Kepingin banget berdiri di samping orang ganteng!”.
Andy loh yang
bilang.
Tiba-tiba syuuuut ... syuuuut ... syuuuut ....
Gundali-Gundali lain ikut beraksi di depan masyarakat dan pejabat Pemda Banten,
mereka nebeng aksi di lapak fotoku.
Penyesalan selalu
datang terlambat, rugi rasanya mengajari mereka “Teknik Photography”.
Mereka bagai
pribahasa, “Guru kencing berdiri, murid ...... ngencingin guru”.
Arti dalam
bahasa sederhana ......... kebangetan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar